Februari 2025 - heartkokok

Rabu, Februari 26, 2025

A Long Letter to a New Me
Februari 26, 20250 Comments

Sengaja buat judul blog ini dengan judul "A Long Letter to a New Me" , dengan harapan bahwa impian-impian ke depan agar terwujud satu persatu. (Nulisnya mungkin lama, awal tulisan dimulai dari awal bulan ini 🙇‍♀️) 

Kalau dipikir-pikir, kenapa ya aku tergugah menulis ini? Semoga dorongan ini memiliki energi yang cukup besar, seperti dunia paralel, ya. Dengan Butterfly effect paradoxnya. 

Harapannya juga bisa menjadi kapsul waktu yang mengabadikan momen-momen pendewasaan yang berkesan. Bagi diriku di masa depan, jika suatu saat nanti kamu membaca surat ini lagi, coba kasih tau ya, saat ini Gunung 3720 mdpl sedang buka jadwal pendakian atau enggak, karena itu merupakan impian dari dulu, yang semoga akan segera terwujud, meski tidak tau setelah surat ini ditulis, impian itu hanya terpendam atau sudah aku lakukan...

Sekarang ini aku sudah memasuki tahun baru dengan presiden baru, tapi masih dengan aku yang, sayangnya belum bertemu dengan suamiku 😂. Atau mungkin sudah pernah bertemu tapi belum bersatu? Entahlah. 

Maaf ya, nak, mungkin kamu harus sedikit lebih lama untuk lahir di dunia ini. Tapi ibu percaya, kalau rencana Allah jauh lebih indah. Tapi karena ibu ingin segera melihatmu di dunia, ibu selalu berharap untuk didekatkan segera dengan ayahmu. 

Tapi begitulah hidup, kita kerahkan usaha kita semaksimal mungkin, peluk impian kita, dan kita serahkan kepada sang Maha Kuasa. 


Demi Masa


Waktu berjalan begitu cepat, namun terkadang terasa sangat lambat. Beberapa hal sudah terlewati dan perlu dilepas. Melepaskan sesuatu yang belum sempat digenggam terasa lebih ringan. Karena pada dasarnya, genggaman yang terlalu erat dan membuat melekat membuat sakit, pada saat kita memendamnya, pun terlebih saat melepasnya. 

Hari-hari perlu kita lewati dengan berani. Meski demikian, ada titik tertentu saat ragu muncul, hingga langkah terhenti. Tapi harus diingat, meski kita sedang terhenti, waktu enggan menunggu, waktu terus berjalan. 

Sekelumit pikiran yang selalu berlalu lalang tanpa henti membuat segalanya terlihat begitu rumit. Seakan tidak ada jeda, bergemuruh dalam hati dan pikiran. Membuat ragapun akhirnya terkena imbasnya, mudah capek dan tak bersemangat. 

"Sepertinya aku harus lebih pandai mengatur riuh yang ada dalam pikiran, aku tidak mau terus menerus tenggelam dalam hal yang sebenarnya belum tentu terjadi,"

Jika kita terus berjuang mencari cahaya, lambat laun, cahaya akan memasuki tubuh. Dengan kedamaian yang aku rangkai dalam bercengkerama dengan Pencipta, perlahan, kedamaian tersebut seakan menyelimuti, walau hanya aku sisihkan sebentar waktuku untuk sang Pencipta. 

"Apakah tenang yang seperti ini, ya Allah?"

Harus kuakui bahwa, ketenangan dengan penerimaan takdir dan rasa syukur yang mendalam tidak bisa dideskripsikan dengan kata-kata. Rasa tenang yang selama ini selalu kita cari sampai menelusuri ujung bumi. Kita cari dengan berbagai bentuk kegiatan. Ternyata begitu dekat dengan kita. Bahwa Allah begitu dekat. 

"Tidak perlu risau, apa yang kita usahakan, apa yang kita harapkan, akan berujung indah pada waktunya"

Sungguh, butuh waktu yang tidak sebentar untuk benar-benar mengaplikasikan hal tersebut dengan baik. Bagai sebuah mata pisau, yang ada malah rasa malas karena tidak termotivasi, soalnya berpikir jika semua telah digariskan, namun sebetulnya kan, harus diperjuangkan dengan maksimal, baru setelah itu bertawakkal, bukan? Pelan-pelan, mari kita usahakan seperti itu, ya. 


Mengedepankan akhlak dan ilmu

Siapakah manusia favoritmu? 

Selama hidup ternyata aku jarang sekali mengidolakan penyanyi favorit atau artis favorit. Seringkali aku kagum kepada seseorang atau artis dalam sekian waktu, tapi nampaknya aku tak sampai benar-benar menjadi fans sejati. Tidak harus punya karyanya, tidak harus bertemu dengannya, atau sampai punya fandom.  

Setelah kutelisik, bukan aku yang tidak memiliki ambisi, nyatanya kalau aku sedang suka dengan mereka, akan kutelusuri karyanya, akan kubaca info tentangnya, dan akan aku ambil pelajaran yang bisa kupetik darinya, terkadang ada juga kok harapan untuk bertemu dengan mereka. Namun yang bisa aku ambil dari sikapku ini adalah, pembelajaran untuk "menyukai sesuatu dengan sekedarnya". 

Tapi, sebagai Muslim, manusia favoritku sepanjang waktu, dengan keinginan tinggi untuk bertemu, adalah Rasulullah SAW. Rasulullah diutus ke bumi untuk menjadi rahmat bagi semesta alam. Dan manusia favoritku tersebut juga ditugaskan untuk menyempurnakan akhlak. Saat kita berusaha untuk memiliki akhlak yang baik, ternyata jika aku sedang melakukan apa yang idolaku ajarkan. 

Karena untuk memiliki adab yang baik harus dengan ilmunya, maka akhlak dan ilmu sama-sama memiliki peran yang penting dalam kehidupan. Coba telaah, kan kita sebagai manusia memiliki banyak batasan dalam berbagai aspek kehidupan, seperti saat kita tidak bisa memilih siapa orang tua, tempat dilahirkan, rupa yang seperti apa, dan berbagai batasan lainnya; sehingga berbagai persoalan hidup tersebut  perlu bisa kita hadapi dengan emotional intelligence yang baik, adab yang baik, dan dengan ilmu. Atas izin Allah, berbagai persoalan hidup akan kita hadapi dengan tenang dan tak lupa mengambil pelajarannya. 


Rasa syukur adalah hal yang penting 

Pertama harus aku akui bahwa, penafsiran diri sendiri maupun orang yang kita mintai pendapat mengenai karunia dan nikmat yang telah Allah berikan terkadang salah. Beberapa contoh tidak perlu disebutkan, karena pasti ada titik dimana kita mempertanyakan, "mengapa aku, ya Allah?". Tidak jarang aku sendiri senang membanding-bandingkan dengan orang lain akan pencapaian yang mereka punya. Padahal, semua memiliki harga masing-masing. Ada sebuah perjuangan dan pengorbaan atas apa yang mereka dapat. Rasa syukur pun perlu ku gemborkan ke diri sendiri, karena apa? Karena akan ada banyak godaan yang terus menerus datang sehingga kita bisa kufur nikmat, karena setan tidak suka dengan manusia yang pandai bersyukur. 

"Syukuri apa yang sudah Allah berikan, semua orang memiliki bagiannya masing-masing, syukuri apa yang menjadi bagianku"

Meskipun saat bersyukur kita salah tafsir, contohnya saat kita tidak lolos sebuah pekerjaan, kita berpikir bahwa pekerjaan tersebut tidak baik untuk kita, ternyata tidak sepenuhnya seperti itu, siapa tahu bos pemilik usaha tersebut berdoa untuk dapat karyawan dengan spesifikasi tertentu dan memang kita belum mencapai kualifikasinya, tapi meski salah, toh benar kok, kalau memang rezekinya, kalau memang terbaik untuk kita, pekerjaan tersebut akan kita miliki. Sekali lagi perlu kuingat bahwa, 'takdir terbaik adalah yang telah kita alami'. Harus diingat ya, perlu banyak bersyukur dan belajar dari surah Ar-Rahman. 

Nikmati hidup dengan penuh tanggung jawab. 


Perbaiki solatmu 

Keteguhan iman ternyata memang perlu selalu dijaga. Satu ibadah wajib yang memiliki kekuatan ini perlu sekali aku latih terus menerus tanpa berhenti. Sebagai tiang agama, aku bersyukur bahwa sedari kecil sudah diajarkan untuk mendirikan solat. 

Tau gak diriku yang di masa lalu? Terimakasih karena tidak pernah berhenti. Aku tahu, terkadang kita mempertanyakan ke diri sendiri bahwa, apakah solatku yang masih belum ssempurna ini akan diterima oleh Allah? Akankah aku bertambah pahalanya? 

Nyatanya, tidak ada yang sia-sia. Solat itu sendiri sudah merupakan sebuah wujud kehambaan. 


To be continued... つづく



Reading Time:

@way2themes