heartkokok: Mini Literatur
Tampilkan postingan dengan label Mini Literatur. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Mini Literatur. Tampilkan semua postingan

Kamis, Oktober 08, 2020

Sepertinya
Oktober 08, 20200 Comments

Jalanan sepertinya tampak lengang. Hari ini begitu banyak keheningan. Padahal angin bertiup kencang. Sampai-sampai rumahku ini ikut bergoyang diterpanya. 

Saat kutengok di luar rumah, langit hitam abu-abu. Menyisakan sedikit penampakan bintang, namun cukup samar-samar ditutup awan mendung.

Bulan pun masih malu-malu. Cahayanya samar-samar. Masuk melalui berkas-berkas cahaya yang menyusup di antara dedaunan. 



Aku, masih menunggunya. Meski berkali-kali aku dipatahkan oleh bagian lain dalam diriku yang selalu menyuruhku melupakannya. 

Tidak mudah untuk tetap seperti ini. Di tengah badai kesedihan yang menerpa, aku tetap berpikir kalau saja dia datang malam ini, dan bagaimana jika aku sedang tidur. Tak akan ada yang membukakan pintu untuknya. 

Lalu tetap seperti ini, saat aku mengharapkan malam ini, tapi cuaca di luar nampak tidak mendukung. Aku yakin di liar sana kamu tampak kelelahan. Sedang beradu dengan dinginnya malam. 

Dan aku masih di sini. Menunggu kisah yang sempat kita lewatkan. Seharusnya, seandainya, ehm.. sepertinya aku dapat membahagiakanmu. 


Reading Time:

Minggu, September 06, 2020

Will We be One?
September 06, 20200 Comments


I was here 
and I always thinking about it
deep

Until 
suddenly I will forget about it

Till no one know

Till everyone is miss understood

Till everybody will get surprised


 

is that do you have this thought?

Like no one else will reply
no one else will ever ask it again

I'll still believe until we've been there
We're really exist

But you just don't realize it

It's too complicated 
Too risky
truly hurting

Will we be one?
Reading Time:

Sabtu, Agustus 22, 2020

Malaikat Tanpa Sayap???
Agustus 22, 20200 Comments

 Keajaiban membawamu datang di kehidupanku. Waktu mungkin sedang berbaik hati, menempatkan sosok dirimu yang sangat baik

Semua kekhawatiran yang aku rasakan, sudah kupastikan dengan baik. Kekhawatiran itu aku ubah dengan persiapan yang matang. Aku pun sudah meyakinkan diri dengan baik, kubisikkan dalam relung hatiku bahwa aku siap dengan segala tantangan yang ada. 'Aku siap berjuang'

Sesaat, aku seperti kuat. Aku pikir aku bisa melaluinya dengan baik. Merencanakan segala hal, lalu melaksanakannya. Selanjutnya tinggal menyesuaikan diri dengan keadaan. 

Tapi, saat dijalankan. Semua berbeda. Keadaan tidak seperti yang aku bayangkan. Kekhawatiranku memang benar, dan persiapanku pun sepertinya sudah matang. Tapi, ada keadaan yang terjadi di luar kendali. Aku lemah, aku tak berdaya, aku menemukan diriku tertatih. 

Meski seperti itu. Ternyata Tuhan benar-benar baik. Aku ditunjukkan bahwa kekuasaanNya begitu nyata. Ia mengirimkan Malaikat tanpa sayap. Dalam bentuk dirimu, dalam bentuk mereka, dalam bentuk kalian.

Secara tidak sadar aku berusaha menutupi segala hal. Aku memperlihatkan menjadi sebuah pohon yang kokoh. Namun aku pun seperti bunga, perlu bantuan lebah atau kupu-kupu agar aku dapat mekar. 

Satu persatu malaikat itu datang, dan membantuku. 

Saat seperti itulah seharusnya aku mencatat di buku harianku, bahwa uluran tangan tersebut sangat berguna. Dan aku pun harus bisa menjadi seperti mereka, menjadi malaikat tanpa sayap yang dikirimkan Tuhan untuk seseorang. 

Aku ingin sedikit membahas tentangmu, salah satu mailakat tanpa sayap itu. 

Beberapa kali, bahkan seringkali kamu begitu baik. Tidak enggan membantu. Bahkan ketika aku tidak memintanya, kamu pun memiliki inisiatif untuk itu. 

Padahal pada umumnya, aku selalu menunjukkan sisi diriku yang paling kuat. Tapi, ada saja keadaan yang secara tidak sengaja menunjukkan sisi kelemahanku saat ada dirimu. Aku terlihat sangat rapuh. Aku terlihat begitu ingin dirangkul. 

Sesekali aku mencoba berpura-pura. Aku bilang 'tidak ada apa-apa'. Walau kau menanyakan ada yang salah denganku.  Dan akhirnya pun aku kalah. Aku menunjukkan perasaan sedihku yang sebenarnya. Aku ternyata membutuhkanmu. 

Lalu, pantaskah aku mengharapkanmu menjadi lebih dari Malaikat Tanpa Sayap?

Reading Time:

Minggu, Juli 19, 2020

Di Toko Tua
Juli 19, 2020 2 Comments
Hari itu langit kota hujan tidak begitu mendung
Namun tak pula terlalu cerah
Sehingga bulan pun malu malu
Bintang pun sembunyi sembunyi

Aku sedang menerka sebuah rongrong
Yang sangat padat oleh curut
Aku sedang melahap sebuah redup
Yang hilang dimakan gulita

Pada mulanya aku tidak menanti
Sebuah hari yang dapat dikata
Mengubah perasaanku padamu 
Di malam itu

Kita memasuki toko tua
Langkah demi langkah 
Sayup sayup 
Kita berjalan beriringan




Aku menikmati suasana malam
Meski tanpa bulan tanpa bintang
Hanya ada aku dan kamu
Dan pegawai-pegawai itu

Saat kutanya kepada pegawai
Sebenarnya aku pun ingin menanyakan
Apakah kalian menjual bunga seruni
Untuk dia yang berada di sebelah kanan

Kamu pun seperti bersabar
Atas keriwehanku yang tak kunjung pudar
Hingga toko tua pun hampir bubar
Dan rasaku pun mulai gusar

Dan malampun semakin larut
Perjalanan pulang membawa kabut
Namun, tidakkah nampak jelas 
Raut bahagiaku



Reading Time:
Do you Realize?
Juli 19, 20200 Comments
Sometimes, the sun is too hot
And people tend to forget
That there is the wind
Still bring the coolness

Well, again. Sometime we don't realize what we already have instead what we haven't have. Sometime we don't understand what is really going on, until we get enough after something that happened have a good benefit on us. That's natural. 

But, are we too reckless if we just let it happen? Are we too greedy if we want a happiness? 

Loosing something means that we're learning to keep what we already have. Sometime we should feel the opposite to know the meaning. 

Maybe I was to busy catching up the butterfly? Until I didn't realize that there is a bee that actually sticking up? 
Maybe I was too busy waiting the star when I already can watch the moon? 


So, had I already looking for something here in myself, here in my side? 

For same reason, we can't really push someone to catch up the building of the house that's already going on, meaning we can't push someone to be with us, until we didn't realize that actually there's someone who's in his silent, helping us, talking about something meaningless until something meaningful.

That there's someone who really care for us, who want to hear all of our sorrow. 
That there's someone who can make us laugh easily,
That there's already someone that never expecting us to always give update what we're up to, but always ready if we're asking for helps. 
That there's someone who will remind us that our choices are matter, always want us happy, and only want to stay in our side. 

Do you realize?
Reading Time:

Rabu, Juli 15, 2020

We're All Have a Secret
Juli 15, 20200 Comments
How about life?

Right. The scenario is unpredictable. But who knows? 
Maybe we're really determined to reach something. All of us having hopes. That's why we can live. 

Life. 
Teaching us about deep ocean
High mountain
Step up the rocky stairs. 

Wait. 
Wait a minute.
Let me think for a moment. 

Every steps are counted. 
With a beautiful spark, you let it there. 

Every moment could teach us. 
Containing senseless until creating a best part of life.

Life.
Life is unpredictable, isn'it?? 

Every each of us can't tell all secret. 
In every case
Will have deep secret. 



Reading Time:

Jumat, Juni 26, 2020

Could you, Just Remember Once Again?
Juni 26, 20200 Comments
Image by <a href="https://pixabay.com/users/Victoria_Borodinova-6314823/?utm_source=link-attribution&amp;utm_medium=referral&amp;utm_campaign=image&amp;utm_content=5373440">Виктория Бородинова</a> from <a href="https://pixabay.com/?utm_source=link-attribution&amp;utm_medium=referral&amp;utm_campaign=image&amp;utm_content=5373440">Pixabay</a>
Could you,
Just remember once again?

Hey, dude
Come with me in my memories
I'll bring it back 
To enable me 
Tell you what I feel at that time


The chair was so quiet
Only two of us who sat there 
For reading a book 
Just in case there would be a quiz

It seemed that we listened to a song 
I listened in my left 
You listened in your right 
In one headset 

Dear time,
Could you repeat this time?

I felt so nervous
I didn't really remember what I heard   at that time
Because I didn't pay attention to what song we heard 
But your comment to that song 

Dear me, 
Why did I want to bring back memories?

At that time
I didn't brave enough 
Looking at your face 
To make sure you smiled

Could you,
Just remember once again?


Now I know
I never meant to decide to whom 
I paid attention
Cause it came naturally


Dear future,
Do you kind to me? 
 
Reading Time:

Senin, Juni 22, 2020

Kaku
Juni 22, 20200 Comments
Pada mulanya
Seperti sebuah senja
Teduh oranye menyilaukan

Lambat laun 
Seberkas senyumu 
Tertimbun malam

Langit sepi
Tak ada bintang 
Bulanpun alfa

Hanya ada aku
Yang sedang 
Bermuram durja

Aku pikir inilah saatnya
Mulai berbicara
Tentang semua

Namun 
Jari ini kaku
Tuk sekedar menguncap rindu


Reading Time:

Senin, Mei 25, 2020

I Try to Solve The Unsolved
Mei 25, 20200 Comments
Well, do you remember about everything?
Did you ever think about it the same way?
Why I asked a lot of questions?

Neither you, 
I never known that
Yet, I try to solve the unsolved

After a lot of coincidence
some might be come right after my intention
or yours?
                
Hahaha.. 
Those laughing words means a lot to me
But how often since I really paid attention to that?

wkwk 
Actually those secret means everything to me
though when I only gave 'yes' or 'no'
for every questions you gave

Just right beside you, 
I already feel safe

I wish I could stop the ticking time
Beneath the star after the moon
When you gave the ride
to walk me home

     I just love those little conversation
     where we spoke about nonsense 
    I just love those small talk
    which I wish to become big talk

Someday I wish I could tell what I really feel
I could tell now right away
but, 
my fear is bigger than my faith

       Right this time,
       I don't want to burn my ego
       wanting you is so frustating
      Like always, give me time to be with you, 
        longer, 
       safer, 
      warmer, 





Reading Time:

Selasa, Mei 12, 2020

Ku yang Berusaha untuk Biasa
Mei 12, 20200 Comments
/ /  Pada malam ini yakni pada detik ini

   Sekali lagi, aku merasakan kelemahan jari jemari
   Untuk sekedar menanyakan
   Sedikit kabar tentangmu   

            Pernah sekali waktu itu, aku sangat menggebu-gebu
            Merasakan api rindu
            Yang tak pernah padam oleh waktu

Untuk itulah aku mengawali
Sebuah percakapan panjang 
Penuh untaian cerita, namun bukan rindu
                                  
                              Aku tetap meraskannya sebagai kata rindu,     
                              Walaupun kau yang lebih dulu mengakhiri
                              Percakapan pada malam itu


/  /  Aku merasa nelangsa

Sejenak aku merenungi berbagai usahaku untuk terus berada dekat di sisimu. Setiap cela aku selalu mencari letak kesalahan yang telah aku perbuat. Terkadang aku hibur diri dengan mengingat kebaikan atau hanya respon baikmu terhadap beberapa pertanyaanku. Sungguh baik, pikirku. Kumencari lagi dengan menelusuri lorong waktu yang lebih dangkal, barangkali aku belum sempat memasukkannya ke dalam jurang yang lebih dalam. Tapi, alfa. Aku masih menyangkal kalau apa yang sudah kulakukan untukmu kurang. 


/ ./ Sedikit lagi, aku akan berusaha sedikit lagi


Lagi - lagi kalimat tersebut terus terprogram di otakku. Setidaknya untuk saat ini aku bisa menemukan fase untuk meredam api itu. Aku mencoba untuk tidak lagi menginginkan mengetahui kabar darimu. Baik secara langsung atau hanya melihat namamu muncul di layar. Aku ingin istirahat, atas lelahku yang tak berujung. Satu hari aku telah berhasil. Namun hari kedua aku kalah, karena ada urusan yang mengharuskan aku menjawabnya, ya pertanyaan darimu. 

/ /  Aku mulai senang lagi 

Aku bukan tersipu, tapi aku hanya ingin meyakinkan padamu, bahwa pertemanan kita tetap baik-baik saja. Jika aku sedikit berusaha, berarti aku sedang mencoba mengkaitkan lagi patahan dahan yang hampir saja memisahkan kita. Tidak  ada lagi aku yang bersikap biasa, hanya aku yang sedang berusaha untuk biasa. 

Bait-bait puisi atau sesuatu ini aku ukirkan demi menunjukkan ketulusanku pada hari ini. Senandung yang aku dengarkan tidak lain hanya untuk mengobati luka yang entah itu asalnya darimana. Mungkin, luka itu hanya luka yang kubuat. Tidak lebih. 

Reading Time:

Senin, Desember 10, 2018

Masih Untukmu
Desember 10, 20180 Comments
Aku masih merasakan betapa aku tak rela jika aku bukan tanpa mu ..meskipun aku juga tidak dapat menjamin bahwa kamu bisa denganku
Aku takut.. selama ini aku telah mencoba membuka hati lalu aku takut mengakui bahwa aku bisa dengan yang lain.. bahkan sekedar sapaan saja dari orang lain itu aku takut..

Aku tak tahu bahwa kali ini aku masih bisa tetap menaruh hati padamu.. walau aku lebih ikhlas dan terima jika di depanku aku melihatmu bersama yg lain.. menyapa yg lain.. dan bergurau dgn yg lain.. atau bahkan jika nanti pada akhirnya kamu bersama yg lain..

Aku hanya belum bisa menggantikan org di hatiku .. selama ini hanya kamu..

Aku masih berharap saat itu kamu masih mengetahui bahwa perasaanku masih untukmu

Belum pernah aku mengagumi
Selama ini.. seikhlas ini.. sedalam ini.. setenang ini.. sekhawatir ini..


Reading Time:

Senin, November 05, 2018

Luapan Sesuap
November 05, 20180 Comments

#1 
Sulit.
Julid.
Kulit.
Berbelit-belit.
Ah, nanti saja ngelakuinnya, toh masih belum deadline ini?
Dan akhirnya akan pusing sendiri pas mepet deadline.

#2
Suatu sore di sebuah tempat ramai. Pedagang baslok kembali lagi ke tempat ia selalu berjualan. Tidak ada kios, tidak ada terpal, melainkan hanya gerobak beserta payungnya. Oiya ditambah lagi satu kursi tempat ia duduk sepanjang hari. Basloknya lumayan enak. Beliau juga ramah. Sebagai pembeli aku pun hanya mampu mampir ke lapaknya beberapa kali. Namun, setiap kali kesana aku merasakan ada banyak cerita yang ia simpan. Keriput di wajahnya membuatnya tetap terlihat lemah, walau aku tahu beliau berusaha tetap menjadi gagah. Kelembutannya dalam melayani pembeli memperlihatkan bahwa ia nampak dipenuhi kasih sayang merawat anak-anaknya di rumah. Di sela waktunya menunggu pembeli, dibacanya sebuah Koran. Terkadang diselingi dengan secangkir kopi. Tak jarang pula dengan pelan memainkan gawai di tangannya. Benar, beliau memang penuh cerita, meski tak langsung menceritakan.

#3
Waktu itu, aku pernah berpikir mengenai arti perjuangan. Aku mempertanyakannya, bukan karena lelah. Tapi lebih karena tidak sabar. Dan sepertinya ketidaksabaran akan sesuatu banyak dampaknya.
Banyak yang menjawab bahwa sesuatu memang ada yang tidak layak untuk terus diperjuangkan. Bukan berarti tidak pernah mencobanya dulu. Walau dengan belajar dari pengalaman yang sudah-sudah menurutku sudah bisa untuk memutuskan untuk membuat keputusan itu, memperjuangkannya dengan maksimal atau meninggalkannya. Tergantung kondisi. Berjuang itu pahit di awal, tapi manis pada akhirnya.

#4
Kisah cinta di usia 20an. Bukan hanya perasaan suka yang mestinya dicari. Tapi aku sedikit belajar bahwa semuanya memang mengarah ke jenjang yang serius. Meskipun pada awalnya tidak tahu bahwa orang tersebut adalah yang akan menemani sisa hidup kita ataupun bukan.
Memikirkannya matang-matang membuat sebuah awalan yang baik untuk menjalin hubungan yang sehat. Ada saatnya kita bersenang-senang seperti anak kecil, ada saatnya pula kita harus mencari value yang harus kita pegang sebagai pengembang diri.  
Banyak pasangan yang tetap menjalin komunikasi yang baik dengan pasangannya, tetapi tetap melejit dengan kariernya masing-masing. Ia tetap mempertajam skillnya dan terus menggeluti hobinya tanpa hanya bersenang-senang memikirkan perihal percintaannya saja. Mereka saling menguatkan untuk melatih diri masing-masing. Jika waktunya bertemu, ya bertemu saja. Aku suka yang seperti itu. Ya, berat sih untuk menjalankannya, kata mereka yang mengalaminya. Cuman, mereka merasakan kedewasaan tumbuh di antara mereka berdua.

#5
Perasaan itu bisa tumbuh.

Aku percaya bahwa perasaan itu bisa tumbuh, seperti aku percaya pada orang-orang yang menikah dengan jalan ta’aruf. Seperti orang yang menikah setelah kenal beberapa bulan saja.
Pada mulanya, aku tidak terlalu percaya bahwa perasaan bisa tumbuh.  Saat itu, aku mengenalnya sebagai orang yang biasa dan berbicara sebagai orang yang biasa. Dan selalu menganggap apa yang kulakukan padanya dan sebaliknya sebagai suatu yang biasa. Melihatnya berjalan sendirian di tempat yang sepi juga sebagai sesuatu yang biasa.  Dan memang tetap biasa aja.
Hal itu baru disadari setelah perasaan itu tumbuh, ternayata aku sebegitu tidak menyadarinya. Pertemanan menjadikan simpati dapat datang ke sesama. Bahkan pertemanan pula dapat menjadikan emosi kita semakin terlatih, baik untuk selalu bersama, berdebat, makan bareng, kumpul bareng, jalan bareng. Semua menjadi tidak biasa. Dan menjadi lebih luar biasa lagi jika hal-hal yang biasa kita lakukan bersama teman tidak lagi kita lakukan.

Sekali lagi perasaan itu bisa tumbuh.

Kita harus lebih berhati-hati lagi. Jika yang tumbuh adalah perasaan sayang, maka baguslah demikian. Tapi jika sebaliknya, perasaan benci yang tumbuh maka patut diwaspadai, bisa-bisa kebencian membuat semua tindakan yang baikpun ikut menjadi buruk.

Lalu tentang dirimu, hanya dirimu bukan mereka
Aku bahkan lupa siapa dulu saat kusakit siapa yang membelikan makanan itu kamu atau yang lain. Karena aku menganggapnya biasa, hingga aku takut hanya mengaitkannya bahwa itu kamu, padahal orang lain. Seperti itulah, semua akan dianggap spesial jika perasaan itu telah tumbuh.

Perasaan itu bisa tumbuh. Hanya saja dalam menjalaninya, kadang layu, kadang menguning, kadang bisa tumbuh, atau bila lupa memupuk lama-lama akan mati secara perlahan Tentu aku masih tidak memahaminya bahwa perasaan bisa tumbuh. Setidaknya, aku sadar bahwa sebuah alasan pun bahkan aku tidak dapat benar-benar menjelaskannya dengan baik. Alasannya adalah tanpa alasan.


Reading Time:

Jumat, Agustus 31, 2018

Sedikit kata
Agustus 31, 20180 Comments
Belajar dari orang. Belajar dari banyak orang. Belajar dari siapa saja. 

"Hidupmu indah? Hidupmu bahagia? Sudahkah kamu membuat dirimu senang?"

Jika kata-kata hanya sebuah isyarat yang mewakili isi hati, maka kamu berbohong. Kamu lupa ada otak yang memiliki andil yang besar di sana. 
Saat memikirkannya, bukankah aku menganggap bahwa hari yang kumiliki di dunia adalah hari ini. Hari yang harus lebih baik dari kemarin, untuk menuju hari esok yang lebih baik. 
Menata hati sedikit demi sedikit. Memikirkannya dengan otak. Namun kolaborasi yang baik antara keduanya akan menjadikan harimu lebih baik. 
Apakah kita tahu hikmahnya? Pikirkan itu! 

-Sedikit kata-kata yang tiba-tiba datang
Reading Time:

Sabtu, Agustus 11, 2018

Melihatnya Jauh Lebih Dalam
Agustus 11, 20180 Comments
Semakin hari visualisasi semakin menjadi-jadi. Layar kaca, internet, gambar yang bergerak pun mulai menyoroti sebuah kegusaran saat sepi. Ditampakkannya segala keindahan. Memukau sejagad mata. Membiarkannya terbuai sekejap saja. 
Dengan penglihatan, manusia mampu menangkap pesan lebih cepat dari pesan dengan indra lain. Konsepan warna yang dikombinasi seakan menambahkan tipu dayanya untuk sekali lagi menyilaukan setiap mata yang menatap. 
Namun, pernahkah kita lebih jauh memahami pesan yang ingin disampaikannya. Jauh lebih dalam dari yang biasanya? 
Aku membaca, aku pun terlena. 
Tidak, sekarang tidak jaman lagu itu. (Hehe maaf receh). 
Tidak, sekarang aku dan orang-orang didekatku merasa enggan untuk menunggu. Lebih baik, kuputar layar video itu daripada kuharus meneguk lembaran-lembaran kertas yang membuat mataku keriting.  
Lalu saat kuberjalan jauh menyusuri pantai, mendaki terjalnya gunung, aku ingin membagikannya pada dunia tentang apa yang kurasa. Ingin kujuga menengok reaksi mereka tentang tempat yang kutuju. Atau sekedar berbagi cerita bahagiaku. Walau kadang aku merasa layu karena inginku bersimpang dengan tujuan utamaku. Aku terlalu lama memegang ponselku. Sibuk mencari celah memikirkan hasil jepretan yang bagus. Sibuk menata, menyebar hingga membumbui apa yang ada. Aku malu padanya. Kepada alam yang membuatku nyaman. Kepada alam yang membuatku tenang. Jika aku datang bukan untuk benar-benar menikmatinya. 
Saat aku bekerjasama dengan telinga, hidung dan indraku yang lain. Aku akhirnya paham tentang semuanya yang tersembunyi. 
Awalnya kuberpikir bahwa dengan melihat sesuatu secara kilat, sekejap, aku dapat memaknai sesuatu. 
Ternyata itu tidaklah cukup. Mereka yang tersembunyi sesungguhnya tidaklah benar-benar tersembunyi. 
Aku hanya perlu mencarinya lebih dalam. Memahaminya lebih lama. Menunggunya dengan sabar. 

Aku yang kini terbawara arus perubahan teknologi. Namun tetap berusaha mencari. Mencari sesuatu yang tersembunyi. Menyibakkan keindahan yang bahkan cukup tuk diresapi, dihayati lebih dalam. 

-Terinspirasi dari beberapa menit menunggu matahari terbenam, Punaga, Sulawesi Selatan- 
Reading Time:

Kamis, Agustus 09, 2018

Hati yang Ragu
Agustus 09, 20180 Comments
Menjunjung tinggi sebuah harapan... saat diri tertatih mempertahankan perasaan, di tengah kebingungan yang merebak
Kamu ada d depan mata, tapi terkadang aku malu tuk menatap
Aku dan kamu hanyalah sebongkah gugusan angin yg menerpa angkasa
Patut tuk dirasa tp tak terlihat oleh mata 
Sebuah misteri sebuah ilusi
Jika itu ilusi maka aku akan membuat nyata ilusi itu
Aku ingin menjadi angin yg membawa serbuk bunga
Bermanfaat dan bahagia
Hanya terkadang aku lupa bahwa
Ada hati yang aku punya
Yg kadang tidakku mengertinya

Aku kadang bingung dengan tatapannya
Berharap ia memiliki rasa yg sama
Namun keduanya hanya bungkam

Aku kadang bingung dengan tingkahnya
Ia berbuat baik tp kutahu tidak hanya untukku
Hingga membuatku tetap membisu

Aku kadang bingung dengan perkataannya
Ia berkata manis saat mengajakku bicara
Atau karena pikirku saja

Aku kadang bingung dengan hatinya
Kerap kali ia menunjukkan bahwa ia memiliki hati yg lain yg ku takuti untuk masuk kedalamnya

Bukan maksudku penuh bimbang seperti ini
Mungkin bulan tahu maksudku
Karena ia melihat jendela kamarku
Memikirkanmu
Karena jika jauh ku rindu
Jika hampa ku memikirkanmu
Yg bukan siapa-siapaku
Reading Time:

Rabu, Juli 25, 2018

Rembulanku
Juli 25, 20180 Comments
Rembulan mungkin sekarang sedang menampakkan senyumnya. Ia seakan terus mengajakku tertawa. Berdansa di malam hari, ditemani terpaan angin yang mendayu-dayu. Inginku sedikit mengernyitkan dahi karena terus-menerus dibuatnya bingung. Tindakan yang kulakukan selalu saja kupikirkan matang-matang sebelumnya. Tapi, apa daya. Diriku hanya bisa menyalahkan apa yang aku kerjakan, meski itu sudah puluhan kali aku memendamnya baru ku mengungkapkannya. Hanya sebuah sapaan kepada rembulan, sepertinya tengah menjadi seperti pertimbangan yang berat, kutakut akan membuat rembulan sendu. 
Rembulan juga sedikit saja berterimakasih padaku. Aku tahu bahwa dengan mulutku yang membisu, tapi aku setia menunggu. Di depan rumah, ku ambil sebuah kursi menunggunya untuk datang tiap malam. 
Meski sepi, dan banyak cahaya lain yang hendak menerangi. Rembulan selalu memiliki posisi yang baik di sanubari. Ia mungkin tidak pandai memikat, tapi entah mengapa ia memiliki kekuatan untuk membuat irama tubuhku mengalir kencang. 
Tapi, rembulan. Sepertinya engkau tidak menginginkan apa yang aku inginkan. Engkau mengerti bahwa ada alasan mengapa aku selalu menunggumu. 
Hanya rindu yang bisa kumiliki. Karena dengan itu, aku mengharapkan sosokmu untuk datang di malam-malam penantianku. Menanti dirimu. 
Sebuah pesan yang aku tahu, rembulan bukan makhluk sempurna. Ia pasti terkadang tidak mengerti bagaimana dirinya bisa mengendalikan dirinya sendiri. 
Mungkin saja ia malu, untuk menemaniku. Karena ia takut hatinya gusar saat nanti terpisah denganku setelah sepanjang malam bercengkerama denganku. Ada hati di sana yang ia pertaruhkan untuk itu. Hatinya, dan hatiku. 
Tapi, bisa jadi rembulan tidak memihakku. Karena di luar sana banyak manusia lain sepertiku yang selalu mengharapkan kehadirannya di malam hari. Ingin segera merasakan indahnya bintang ditemani oleh rembulan. 
Rembulan, jika hal pertama yang engkau pikirkan. Maka, tidak usah lagi engkau gusar memikirkan hal itu. Aku ialah seorang yang mampu bertahan saat dirimu tidak ada. Aku mungkin akan bercengkerama dengan makhluk lain, untuk sekedar berbagi kerinduan atau bekerja bersamanya, menorehkan manfaat yang banyak bagi mereka.
Rembulan, jika yang terjadi adalah hal yang kedua. Maka, sepertinya aku akan sedikit terluka, tetapi tenang saja. Senyummu yang selalu kunanti akan setia menemani hari-hariku nanti. Rindu itu yang akan menjadi penawar bahwa aku sebenarnya tidak akan sanggup jika jauh darimu. 
 
Reading Time:

Selasa, Mei 01, 2018

Rasa
Mei 01, 20180 Comments
Hal yang lucu adalah ketika pernah menuliskan sesuatu tentang someone who i adore.. baik itu di buku atau dimanapun, maka beberapa minggu kemudian aku akan merasa malu untuk membukanya.

Rasa itu ada karena sebuah aksi dari pikiran. Rasa ada karena pikiran kita menunjukkan suatu hal yang membuatnya semakin mencuat keluar. Tapi sekali lagi, rasa bisa diredam dengan pikiran itu sendiri.

Seperti hati yang memilih untuk membiarkan perasaan itu ada, hanya sekedar lewat atau membiarkannya berlalu. Atau bahkan memilih rasa itu ada tapi seolah- olah tidak ada dengan cara menyembunyikannya?

Ku pernah merasakan bahwa membiarkan rasa ada dan hanya berpaling. Rasa itu juga pernah ada dan ku masih sering mempertanyakan kehadirannya secara tiba- tiba. Ku juga pernah membuat rasa itu ada dan singgah, namun saat kubiarkan orang lain tahu tentang perasaan itu, jantungku berdesir keras.

Banyak hal yg selanjutnya aku pikirkan jika rasa itu hanya bersifat sementara dan orang lain belum sempat tahu bahwa rasa itu berpaling pada orang lain. Namun, ada hal lain ketika ku memberitakan rasa itu pada teman, yaitu bahwa ternyata tidak selamanya pikiran kita benar tentang apa yang dirasakan. Pengalaman mereka lah yang menjadikan kita tahu sebenarnya rasa yang kita rasa saat itu apa. Bahkan, kesedihan yang ditimbulkan dari rasa itu sedikit terobati dengan pendapat- pendapat mereka.

Dan, belum berakhir mengenai rasa itu. Karena menurutku hal tersebut sangatlah misterius. Meskipun ku sudah menemukan bukti bahwa rasa juga memiliki alur yang dapat terbaca. Bahwa ada rule dari sananya tentang rasa bagi seorang teman, seorang yang baru saja datang, seorang dari masa lalu, seorang keluarga dan berbeda antara perasaan wanita dan laki- laki.
Aku tahu bahwa ku sebenarnya tidak semudah itu dapat membuang dan mengambil perasan itu sekejap. Kadang rasa yang telah dipendam dalam-dalam ternyata dapat kembali muncul di depan, tidak sempat mengetuk pintu. Hanya kesedihan yang ada, namun tak jarang juga ada tapi tak dianggap ada karena rasa tersebut belum mencapai ambang normal.

Ku adalah orang yang mudah berpura- pura tentang perasaan. Internal ku masih memiliki proporsi yang lebih tinggi dibandingkan dengan external ku.
Bahkan, di depan seseorang yg ku taruh rasa yang lebih dari yang lain. Ku sangat pandai memainkannya. Membiarkan hanya diri ini yang tahu bahwa  keinginan untuk selalu bersamanya hanya sampai di tenggorokan. Tidak bisa dilepaskan di ujung bibir. Bahkan, aku lebih memilih untuk merelakan jika saat orang lain lebih membutuhkan, maka aku memilih orang itu pergi untuk orang lain yang sedang membutuhkannya.

Aku tahu rasa ini tidak penting, tapi rasa itu berbahaya. "Jangan main- main dengan rasa", itu kata seorang guru.

Entah sampai kapan aku mampu menyembunyikan segala yang kurasa. Atau hanya aku saja yang tahu bahwa kusudah menyembunyikannya dengan benar? Memendamnya dengan benar? Atau alam bawah sadar membantuku mengungkapkannya? Sehingga raut wajah dan mataku seakan membantuku menyuarakannya?
Reading Time:

Sabtu, Desember 16, 2017

Makna Sebenarnya
Desember 16, 20170 Comments
Apakah aku menyalahkan makna cinta
yg merindu tapi tak tahu mau berkata apa
apakah aku ingin cinta saat ia tak ada aku menanti
saat ia ada aku tak akui

Apakah rasa dibenakku ini dapat dipanggil cinta
jika aku mengharap ada tapi tidak pernah kuungkapkan

Apakah aku mengharap cinta jika saat rayuan datang aku menghadang

Apakah aku butuh cinta
jika rasa rindu pahit dan sedih sangat kunikmati
atas nama cinta
Reading Time:

Jumat, Desember 15, 2017

Puisi Sore
Desember 15, 20170 Comments
Kenapa aku harus menaruh sedikit hatiku padamu
Padahal jelas terlihat bahwa
Aku belum tahu alasan itu
Aku takut lagi lagi, rasa ini hanya singgah sementara
Hanya menghasilkan satu bait puisi
Yang entah hilang dimakan zaman

Sekali lagi, aku berharap sekali lagi

Mengapa

Lalu keluar pertanyaan dari otakku mengapa

Mengapa tidak kamu saja yang terlebih dahulu jatuh hati padaku
Lalu kau dapat dengan mudah mengatakannya

Mungkin karena aku anggap kau sebagai teman
Aku terus mengelak untuk membenarkan perasaan
Aku terus menahan setiap cemburu yang muncul
Jika kau bersamanya
Jika kau bersama mereka

Aku terus menyangkal jika
Pada akhirnya aku pun menyerah bahwa ada setitik rasa di pucuk surat itu
Aku tidak dapat menimbang kadarnya
Sampai aku merasakan getarannya


Di puisi ini
Lagi dan lagi
Aku merasakan hal yang sama
Merasakan penyesalan yang sama
Merindukan sesuatu yang sama

Aku..
Masih berlanjut...
Reading Time:
Resonance
Desember 15, 20170 Comments
Why this really disturb me. I actually cant stand to always prevent myself not thinking about you even for a while. I really need to take a deep breath, than I reduce my pain because this feeling. I after this become so much selfish. My heart beat really fast. I know you, but do you know me? I do care to know what you are up to. If love is cruel for me as I just being a one sided lover? Cant I just syncronize it to become resonance, between you and. This can't still be called love.

You know that I'm so much hurt. You had been in my side for very little while. But I just cant bear that I fall into you. I do not think anything else. What I believe is just that you were on my side that time.
Reading Time:

@way2themes