Selasa, November 09, 2021
Meski Pelan
Jelaskan, pada rasa hampa yang hambar. Bangkitkan lagi jiwa-jiwa yang penuh akan tanda tanya. Aku berhenti, tatkala semuanya masih samar. Aku, hilang.
Bersama kenangan, anganku bercampur aduk. Aku rasa, kenyamanan itu hanya semu. Memenuhi degup jantung, yang hilang oleh bayang-bayang.
Kali ini, cukupkanlah basa-basi itu. Meski basa, tapi terasa asam. Perlahan, hanya menggerogoti harapan. Yang kemudian sirna ditelan malam.
Aku sudah berbeda, tak seperti sedia kala. Yang menganggap hadirmu anugerah. Yang menjadikan derai-derai janjimu bersimbah di tubuhku
Rasa itu mulai meredam. Beginilah memang yang kuharapkan. Perlahan-lahan, penuh kehati-hatian. Karena dengan ini aku tak menampik, aku tak menyangkal. Tapi ku coba tuk menerima.
Mungkin, lembaran-lembaran pada diri yang penuh tinta hitam akan dirimu, aku cukupkan. Akan kubuka lagi yang baru. Mungkin, dengan goresan yang pelan, dengan tinta yang berbeda, dengan jiwa yang lebih tenang.
Meski lamban, kuharap tinta itu tak lekang oleh zaman. Oleh peradaban yang bergerak sangat cepat. Oleh rasa yang berujung sengsara.
Kebahagiaan itu, terasa seperti udara. Tenang, tidak terlihat, namun terasa. Dan dengan kesadaran, kebahagiaan menjadi lebih bernyawa.
Sampai detik ini, meski pelan, aku tetap bertahan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
A word from you is a gift for me...