Rabu, Oktober 08, 2025
Mencintai Tanpa Melekat
Erich Fromm berpesan, "Saya ingin orang yang saya cintai tumbuh dan berkembang demi dirinya sendiri, dan dengan caranya sendiri, bukan untuk tujuan melayani saya."
Nampaknya, yang sering disebut cinta dan keinginan untuk memiliki adalah sebuah hal yang patut dikoreksi. Karena pada dasarnya, mencintai adalah merelakan, melepaskan sebuah kemelekatan.
Cinta yang memaksakan agar sesuatu itu seperti yang dieskpektasikan, hanyalah ego dengan dalih cinta. Terkadang, ego membuat kita merasa menjadi 'si paling'. Merasa paling berkorban, merasa paling diandalkan, dan paling bisa. Tanpa sadar, luka yang ada di diri kita sendiri, malah menjadi sebuah senjata yang melukai pasangan atau orang yang kita cinta.
Also Read Cara Mencintai
Cinta yang tulus dan ikhlas, ialah cinta yang lembut, dengan halus, dengan ketegasan dan keberanian, bahwa "Aku mencintaimu, aku mencintaimu karena ingin melihatmu berkembang dengan caramu sendiri, bukan karena aku ingin memilikimu, bukan karena kamu memenuhi kebutuhanku.".
Tidak bisa dipungkiri, kita ialah insan biasa, yang mendambakan kasih, mendambakan dukungan, dan tempat pulang. Tempat yang bisa membuat kita merasa aman, merasa tentram, dan damai. Karena dengan berada di sisi orang lain, itulah di saat kita bisa memberikan rasa saling. Saling jaga, saling cinta, dan saling ridho. (Eh, kok, jadi tepuk sakinah wkwk).
Lho, tapi kan, artinya kita harus benar-benar menggenggam apa yang menurut kita berharga, kan?
Also Read Love Can't Last
Sedikit benar, bahwa kita pun perlu memiliki usaha untuk menjaga sebuah hubungan. Jika ingin terus tumbuh, maka perlu usaha untuk memupuknya dengan kasih sayang, senantiasa mengairi dengan pengorbanan, dan memberikan cukup ruang. Dengan begitu, genggaman kita tak serta merta membuat sebuah ruang yang penuh kekang. Tapi sebaliknya, memberikan ruang yang cukup untuk membiarkannya bertumbuh. Kita pun, dengan begitu, berlatih memberi dan mengikhlaskan.
Sounds difficult, isn't?
Tentu semua itu tidak mudah. Perlu ada seni dalam mempraktikkannya.
Seperti halnya, untukmu yang ditakdirkan untukku. Aku harap, rasa cinta kita saling tumbuh karena rasa cinta yang besar kepada Sang Maha Pencipta. Kita ikatkan komitmen dalam bingkaian cinta kepada Sang Pemberi Cinta.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
A word from you is a gift for me...