Oktober 2020 - heartkokok

Minggu, Oktober 18, 2020

Apakah Aku Masih Berharap?
Oktober 18, 20200 Comments

 Ringkas, tak sepenuhnya mewakili 

Ada bagian yang sengaja diciptakan untuk tidak ditampilkan

dengan segera semua itu telah usai


Berbeda sudut pandang saat meliput sejumlah kisah

Sangat kontras, panggilan pun berbayang

Kadang berujung bias

Saat berada di penghujung suatu masa

Aku pun sedikit terlena

Mengharap dambaan fatamorgana


Berbagi sebuah memori 

Yang saat ini menjadi misteri

Mengusik berhari-hari


Saat ini pun aku masih tak tau maknanya

Jika ditanya

Apakah aku masih berharap?

Reading Time:

Kamis, Oktober 08, 2020

Sepertinya
Oktober 08, 20200 Comments

Jalanan sepertinya tampak lengang. Hari ini begitu banyak keheningan. Padahal angin bertiup kencang. Sampai-sampai rumahku ini ikut bergoyang diterpanya. 

Saat kutengok di luar rumah, langit hitam abu-abu. Menyisakan sedikit penampakan bintang, namun cukup samar-samar ditutup awan mendung.

Bulan pun masih malu-malu. Cahayanya samar-samar. Masuk melalui berkas-berkas cahaya yang menyusup di antara dedaunan. 



Aku, masih menunggunya. Meski berkali-kali aku dipatahkan oleh bagian lain dalam diriku yang selalu menyuruhku melupakannya. 

Tidak mudah untuk tetap seperti ini. Di tengah badai kesedihan yang menerpa, aku tetap berpikir kalau saja dia datang malam ini, dan bagaimana jika aku sedang tidur. Tak akan ada yang membukakan pintu untuknya. 

Lalu tetap seperti ini, saat aku mengharapkan malam ini, tapi cuaca di luar nampak tidak mendukung. Aku yakin di liar sana kamu tampak kelelahan. Sedang beradu dengan dinginnya malam. 

Dan aku masih di sini. Menunggu kisah yang sempat kita lewatkan. Seharusnya, seandainya, ehm.. sepertinya aku dapat membahagiakanmu. 


Reading Time:

Rabu, Oktober 07, 2020

Sedikit Celotehan Seorang Buruh
Oktober 07, 20200 Comments

Meski tanpa berpikir panjang, ceritaku karut-marut tak karuan. Sempat ku berusaha untuk merapikan dan menata ulang yang perlu ditata. Ah, tapi keadaan tetap saja seperti itu. Tidak membiarkan ruang diamku kembali bergeming. 

Senyap. 

Seperti mode hapeku saja. 

Aku bahkan tidak berani menghubunginya. Meski saat ini terbilang sudah seminggu aku tak mencoba mencari kabar. Gusar tanpa arti yang selama ini berkabut di otak, tidak benar-benar aku tanggapi. Karena beban kerjaan sudah membuat aku tak sempat lagi merangkai kata itu. 

Sepertinya aku perlu suatu wangi-wangian agar kamarku yang sempit ini menjadi lebih hidup. Yah, sekedar melepas penat saja sih sebenarnya. Toh, dari pagi sampai malam aku harus kerja rodi di pabrik itu. Tapi, setelah sekian tahun aku bekerja, tidak ada yang bisa aku dapat. Selain hanya ocehan para petinggi yang hanya berceramah tidak karuan itu. 

Nasih, ya nasib. 


Sebagai buruh, tidak besar keinginanku. Pulang kampung bawa sejumlah uang beserta sembako pun itu sudah sangat muluk-muluk. Boro-boro mau nikah besar-besaran, yang ada pasti kaya si Fulan, hidupnya hanya untuk membayar tagihan. Yah, begitulah, aku juga tidak memikirkan itu kali ini, makanya juga aku masih malas menghubunginya. Biarlah saja seperti ini dulu. 

Mungkin, aku masih beruntung, meski hidup pas-pasan aku tidak punya banyak tagihan hutang, kecuali kamar kosan ini saja. Coba saja Dewan rapatnya lebih pagian lagi. Jangan jam 12 malam gitu. Aku kan jadi tidak sempat nyusul mereka.. buat sekedar kasih sedekah kopi, agar setidaknya yaa mereka dapat lebih lama lagi membahas omong kosong, eh maksudnya membahas masa depan rakyat. Katanya sih. 

Aku yang tak paham isinya undang-undang, duh apalagi ratusan halaman itu. Yah, setidaknya aku masih berpikir dengan akal sehatku. Kalau hidup sebagai pelayan, ya melayani rakyat. Sebenarnya aku kerja atau dikerjai sih? 



Reading Time:

@way2themes