“Hidup itu lucu, ya
yang dicari, hilang
yang dikejar, lari
yang ditunggu, pergi
sampai hati kita lelah dan berserah
saat itu semesta bekerja
beberapa hadir dalam rupa sama
beberapa lebih baik dari rencana” Nkcthi
Bagaimanya ya agar kita bisa bahagia?
Resep kebahagiaan itu sebenarnya apa sih? Tiap hari kita disibukkan dengan dalih mencari kebahagiaan. Sering lupa waktu. Sering termakan waktu. Nyatanya, kadang kehidupan mengajarkan betapa kebahagiaan itu sejatinya tidaklah sulit untuk dicari. Karena kebahagiaan itu bisa timbul dari diri sendiri.
Kita merasa bahagia karena kita sendiri yang menghendakinya.
Lho, kok gitu sih?
|
「From now on, I can be who I want to be」 『 Ha... Is that so? 』*Gudetama |
Awalnya, aku juga ga paham (dan masih belum paham bener juga sih. Hahaha) kalau kebahagiaan sejatinya telah hadir di sekitar kita.
Dulu sewaktu kecil, kita cenderung menjadi orang yang dicintai. Semenjak dewasa kita pun terkadang masih ingin dicintai, hingga terkadang sulit untuk menjadi orang yang pertama mencintai. Sehingga sering pula kita ingin mencari karakter yang kita inginkan dalam diri seseorang. Padahal cara yang tepat adalah menciptakan karakter tersebut pada diri sendiri.
Well, namun tidak melulu harus tentang cinta. Kebahagiaan juga dapat kita rasakan segera setelah kita saat kita dapat menghirup napas dengan bebas. Pernah merasakan betapa sumpeknya saat kita dilarang melepas masker pada saat pandemi?
Kita telah dibekali kesehatan dan kebahagiaan oleh Sang Pencipta. Nikmat dan karunia tersebut merupakan segala anugerah yang perlu disyukuri agar kita bahagia. (Ingat itu ya, Fen!).
Sewaktu kecil dulu, kita seringkali bahagia karena hal-hal kecil. Misal, saat bisa naik sepeda setelah jatuh kesekian kalinya, saat berhasil membuat layangan, saat dikasih uang jajan lebih, bahkan bahagia hanya karena disamperin di rumah untuk diajak main teman.
Kebahagiaan sepertinya nampak sangat dekat. Karena pikiran kita belum banyak dituntut oleh banyak hal di sekitar, dan kita memang bahagia karena hal sederhana.
Lantas saat dewasa, mengapa kita menggantungkan kebahagiaan kepada orang lain?
Aku jadi inget kisah di film NKCTHI dan drama Be Melodramatic, kalau kebahagiaan itu kita yang nentuin, bukan orang lain.
Seketika aku berpikir, benar adanya bahwa kita memang tidak bisa menggantungkan orang lain atas kebahagiaan kita pribadi. Kita bahagia karena kita memang yang menghendakinya. Meski, saat nanti jika punya pasangan atau anak, mungkin kita bakal berkata bahwa 'aku bahagia karena mu'.
Memang benar adanya, bahwa kehadiran orang-orang di sekitar membuat jiwa kita menjadi tenang, membuat tentram, dan akhirnya kita bahagia. Lalu, bagaimana jika ternyata tiba-tiba orang itu pergi?
Mungkin, memang rumit. Tapi, sederhananya. Bahwa kita lah yang menentukan bahwa diri kita berhak bahagia, kita sendirilah yang membuat diri kita bahagia, karena kita menghendakinya.
Happiness comes from within you. You'll never find it by chasing relationship, money, jobs, beauty. Happiness always starts within.
Dan, kebahagiaan itu sering terjadi karena kita melakukan, atau aktif, seperti aktif memberi, aktif mencintai, dan aktif berbagi.
Kalau kubuktikan ya, memang saat kita 'aktif' kita tanpa sadar menghendaki diri kita untuk bahagia. Bahagia atas senyumnya, bahagia atas urusannya, dan bahagia atas pilihannya.
Hehehe.. gak kok gak sulit. Kita tetap bahagia dengan hal-hal sederhana ♪
Tidak ada komentar:
A word from you is a gift for me...