Agustus 2021 - heartkokok

Selasa, Agustus 24, 2021

Mengubah Perspektif
Agustus 24, 20210 Comments

 The events of life rejoining and culminating into a point of life, 

 Particularly leaving lessons

to be able to withstand in every conditions, 

to see clearly the greater plan, 

to understand that I am both the architect and tenant of my destruction and rebirth


Menjalani sebuah kehidupan dengan percaya bahwa setiap hari adalah sebuah kesempatan baru, sebuah lembaran yang mungkin berbeda dengan hari yang sudah lalu. 

Menjalani sebuah kehidupan berarti menyadari diri bahwa kita merupakan kumpulan berjuta-juta sel yang memiliki nyawa. Memiliki tugas masing-masing. Namun, terkadang memiliki sebuah hal yang sebenarnya bukan untuk diri sendiri. Melainkan ditakdirkan untuk orang lain. Terkadang dibawa ke atas, turun sebentar, atau tiba-tiba ke atas lalu ke bawah lagi. Terkadang sedih, senang, tawa, duka, lara, bahagia. Pada akhirnya kita pulalah yang akan bertanggung jawab terhadap jiwa masing-masing. Kembali seperti saat kita belum memiliki apa-apa.


Saat dilanda kesusahan, kita dituntut untuk tetap bangkit. Memaksa diri untuk tetap tegar, meski itu tidak dapat terjadi secara sekejap. Ada yang bernama harapan. Berharap jika akan ada kehidupan yang lebih baik setelah mencoba lebih baik lagi. Berharap kepada Yang Maha Besar bahwa penghambaannya dapat diterima. 

Seperti sebuah senja yang segera berganti malam. Mengubah  sesuatu yang saat ini kita sendiri belum yakin adalah sebuah usaha yang melelahkan. Kita semua tahu bahwa untuk mencapai kebahagiaan sebenarnya tidaklah sulit. Dulu pun, saat kita kecil sangat bahagia sekali ketika pertama kali akhirnya bisa mengendarai sepeda. Mungkin setelah terjatuh dan luka di badan. Kita pun sangat bahagia tatkala tahu bahwa besok akan diajak pergi bertamasya. Kita pun berharap di hari penerimaan raport saat kita sudah yakin akan mendapatkan nilai yang baik, orang tua kita akan memberikan kado. 





Sebuah perspektif. 


Bukan sedih karena tidak dapat mengejar impian. Tapi sebaliknya, mungkin lebih baik redaksi pikiran yang berkecamuk diganti dengan betapa senangnya masih diberi kesempatan untuk berkumpul keluarga. Akan ada rencana-rencana yang lebih indah, yang telah direncanakan-Nya. 

Bukan sedih ketika tidak dapat memiliki mobil dan rumah mewah. Tapi senang karena dapat makan dengan cukup, tidur tanpa takut ada yang mengusir, bangun tanpa melihat selang bergelantungan, serta masih dapat melihat dan berjalan dengan baik. 



Begitulah kiranya, permainan demi permainan yang perlu kita menangkan. Mendamaikan pikiran diri sendiri.    Tentang bagaimana diri menempatkan suatu keadaan menjadi lebih baik dari yang ada. Menempatkan diri menjadi makhluk yang penuh rasa syukur. Menggeluti pikiran dengan ketenangan dan kedamaian di tengah dunia yang penuh permainan ini. 


Akan ada hari dimana kita benar-benar merasakan jerih payah yang selama ini kita lakukan, dengan melihat senyuman orang-orang yang selama ini telah membersamai kita, dengan orang-orang yang selama ini kita berbagi. 


Reading Time:
Mencintai Bahasa seperti Diri Sendiri
Agustus 24, 20210 Comments


Pernah tidak sih kalian bingung dalam menggunakan di sebagai kata depan dengan di sebagai imbuhan?
Seperti di sini atau disini?

Bulan Agustus masih belum berakhir.. itu artinya masih ada kesempatan buatku ngungkapin hal yang selama ini, eh... kupendam hehe

Aku adalah seseorang yang dilahirkan di Tanah Jawa. Bagiku dan semua keluarga serta tetanggaku, bahasa Jawa telah melekat sedari lahir. Namun demikian tidak membuat kami benar-benar menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari. Secara tidak sadar kami menggunakan dua bahasa sekaligus, yakni Bahasa Jawa dan Bahasa Indonesia. Bahasa Jawa lebih sering kami gunakan sebagai komunikasi sehari-hari, sedangkan Bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar yang digunakan di sekolah-sekolah, kantor, maupun media masa. 

Dan aku secara sadar telah mencintai kedua bahasa tersebut. 


Siapa bilang pandai dalam berbahasa asing tidak keren? Aku sangat setuju kalau bisa dengan baik menggunakan berbagai bahasa adalah suatu kebanggaan tersendiri. Namun, tidak keren menurutku apabila penggunannya tidak disesuaikan dengan baik. 

Dewasa ini banyak kita temukan fenomena 'Nginggris' yang ternyata secara tidak sadar kita pun telah terjerumus ke dalamnya. Meski aku pun tidak mengerti semua padanan Indonesia yang baik sih. Hehe. Jadi fenomena tersebut menurutku terjadi karena kita sendirilah yang membuatnya demikian. Bagaimana tidak, kita sendiri saja sebagai penutur aslinya tidak mulai menerapkan menggunakan padanan kata dengan baik dan benar. Kita lebih paham makna download, online, offline, dan sebaliknya lebih asing dengan istilah mengunduh, daring, luring, dan sebagainya. 

Karena aku sudah terlanjur bilang, aku cinta Bahasa Indonesia, mau tidak mau aku harus terus menggunakan bahasa tersebut dengan baik dan benar. He.. he.. kalau tidak kita sendiri, siapa lagi kan?

Ngomong-ngomong, masih bisa santai kok nggunain Bahasa Indonesianya, ngga membuat Bahasa Indonesia menjadi terlalu kaku. Ya kan?!

Selain itu, aku pun juga mencintai Bahasa Jawa, eh meski aku tidak pandai menempatkan diri dalam menggunakan bahasa Jawa ngoko, kromo inggil, kromo alus hehe. Tapi yang pasti, aku bangga dengan Jawa dan budayanya. Karena banyak sekali bahasa Jawa walaupun ngoko, aku masih kurang paham. Dimaklumi kan ya, karena aku lama berada di Tanah Sunda (Tapi ngga pandai bahasa Sunda huhu). Jadi, aku yakin dan tetap bangga kalau suatu saat nanti mengajarkan anak cucuku menggunakan bahasa Jawa. Tidak apa-apa sedikit terlambat dalam penggunaan bahasa asing, karena sebenarnya penanaman jati diri seseorang dimulai sejak dini, bukan? hehe
Reading Time:

@way2themes