Pernah tidak kalian merasa bahwa kegagalan, kehilangan, dan kepedihan terasa begitu menyakitkan?
Semua orang akan bilang , ya. dan itu menyakitkan sekali. Pada dasarnya kesedihan boleh dirasakan, tetapi tidak boleh terlalu lama. Seperti pengalamanku saat ini. Tidak lama dari ini laptopku yang tergolong masih baru tidak bisa dinyalakan. Padahal aku baru dibelikan oleh ortu setelah lebaran, kurang lebih 2 bulan dari sekarang. Akan tetapi, di saat menjelang UTS yang kebanyakan materi harus aku pelajari dari slide, laptop tersebut benar-benar tidak mau menyala. Lantas aku harus membeli tiket untuk pulang ke rumah demi mendapatkan service gratis karena masih dalam masa garansi. Sedih sih awalnya, tapi tidak apa-apalah, mungkin Allah memberikan kesempatan buatku untuk bertemu keluarga, untuk melepas rindu. Selain itu juga, aku harus pandai-pandai memlihara laptop agar kejadian seperti ini tidak terulang kembali karena mungkin saja dari akunya yang salah.
Masalah ini belum selesai, masalah lain datang menghampiri. Uang yang aku taruh di dalam saku celana hilang. Padahal nominalnya lumayan dan mungkin bisa untuk makan seminggu. Niatnya aku bawa buat isi saldo pulsa. Yah, mungkin itu belum rezekiku. Jadi tidak apa-apa kan bisnis pulsanya berhenti sementara? He,,he.. Untung saja uang aku yang lain masih ada di temen, jadinya aku masih ada sedikit buat seminggu ke depan.
Ehm,,, ada rasa senang bercampur kegalauan menghampiriku, yah...tepatnya kemarin. Aku mengikuti program Global Citizen dari AIESEC dan dinyatakan lolos interview. Sejak awal aku sudah tenang karena ada sejumlah uang milik ortu ku yang kira-kira bisa untuk membiayaiku pergi volunteer. Selain itu, waktu itu aku benar-benar yakin bahwa biayanya paling hanya sampai 5 juta. Tetapi perkiraanku salah. Tahap awal untuk menjadi member di internasional, aku harus membayarkan 1,5 juta. Setelah itu membayar lagi sebesar 1 juta. Aku kira uang itu akan dikembalikan lagi jika nantinya aku mendapatkan project yang harganya tidak bisa aku jangkau. Ternyata, uang tersebut tidak dapat kembali. Dan selain itu, pertimbangan lain juga datang. Waktu kegiatan tersebut adalah 6-12 minggu sedangkan aku tidak mungkin mengorbankan kuliahku. Sebenarnya harusnya aku bisa karena angkatan atas sudah ada yang pergi ke sana dan nyatanya berhasil. Mungkin karena akunya yang kurang pengalaman saja. Setelah itu, jika aku dengan egois mengunakan uang ortu ku yang sudah tidak memiliki penghasilan tetap, nantinya masa depanku dan adikku yang masih kecil bagaimana. Ditambah lagi aku merupkan seorang sarjana kedokteran hewan yang walaupun mengikuti bidikmisi pasti kedepannya harus mengeluaran biaya lagi untuk membeli buku, praktikum, dan hal lain yang tidak ditanggung bidikmisi. Lalu jika saja akhirnya aku meminjam KJSB, apakah mereka mau mengizinkan kalau hanya untuk kegiatan volunteer saja? Akan tetapi aku percaya akan ada jalan yang lebih baik sehingga aku tidak boleh hanya menyerah begitu saja. Di luar sana masih banyak bantuan yang siap membantu orang-orang yang mau bekerja keras.
Kesedihan yang aku alami terlihat menyedihkan, tetapi nikmat-nikmat Allah jauh lebih banyak dan tidak dapat dihitung. Semisalnya saja di saat aku mengalami kepedihan, teman-temanku yang ada di sampingku ikut membantuku seperti ngasih ongkos ojek, bagi-bagi makanan, menghiburku, mendoakanku, dan menanyakan keadaanku.
"Ya Allah, aku menyesal atas dosa-dosa yang aku perbuat, tapi jangan biarkan aku takabbur atas nikmat-nikmat yang Engkau berikan. Sesungguhnya Jadikanlah semua yang aku lalui berkah dan mendapatkan ridho-Mu. Engkaulah yang aku tuju."
Tidak ada komentar:
A word from you is a gift for me...