Rabu, September 06, 2017
September 06, 2017
BY feni0
Comments
Bincang- bincang lagi nih, guys
sama aku. He.. he.. Wah selamat ya sudah duduk- duduk di kursi yang empuk di
kelasnya masing- masing. Dan satu lagi, ada yang menyebut kalian sebagai
mahasiswa lho!
Aku tersadar bahwa statusku
sebagai mahasiswa adalah bukan tanpa arti. Banyak di luar sana yang memberikan harapan
besar terhadap para mahasiswa. Iya, itu aku dan kamu, para mahasiswa. Iya, itu
aku yang terkadang masih sering mengeluh bukan menyumbangkan pengaruh. Iya itu
aku, yang masih lupa asalnya garam dan nasi yang dimakan, hingga dengan mudah
membuangnya. Iya, aku yang masih sering tidur di kelas, sedang yang lain
memimpikan belajar di tempat duduk itu. Iya, aku yang masih begini dan begitu.
Ceritanya, aku sedang ikut
program relawan menjadi pengajar di sebuah desa. Saat berkunjung di tempat para
murid, aku diperkenalkan oleh murid sebagai mahasiswa yang mengajarnya di
kelas. Bahkan, aku sempat menanyakan cita- cita muridku, dan aku kaget karena
ia menyebutkan cita- citanya menjadi mahasiswa. Hal tersebutlah yang
menantarkanku untuk memikirkan statusku, sebagai mahasiswa. Kalau status
pacaran, mungkin ada sebuah komitmen yang dijaga oleh kedua insan itu. Begitu juga
status mahasiswa yang aku emban, aku merasa mempunyai sebuah komitmen yang harus
dijaga. Aku semakin terharu, ketika ada orang tua murid yang bercerita bahwa
ingin rasanya suatu saat anaknya dapat melanjutkan kuliah. Katanya, kelak masa
depan akan cerah.
Satu lagi, aku mendapatkan
wejangan dari seseorang. Katanya, “Apakah Indonesia miskin? Tentu tidak. Siapa
yang punya beragam jenis pertambangan selain Indonesia? Siapa yang punya
keanekaragaman hayati yang besar ? Siapa yang negaranya terdiri dari kepulauan
dengan dikelilingi ring of fire? Siapa
yang laut dalamnya dapat dihuni ikan? Nah, sekarang adalah waktunya Indonesia
menjadi pengendali semua itu, karena jika tidak diurus dengan baik, pihak
asinglah yang nanti menguasainya. Dan mahasiswa harusnya memiliki pola pikir semacam itu, bagaimana menyusun
strategi untuk mengurus itu semua.”
Belum selesai, beliau memberikan
wejangan, aku teringat lagi perkataan seorang bapak, di suatu desa di sekitar
wilayah kampus. Katanya,” Kami sangat senang dengan program- program yang ada
di kampus, namun kami masih kesulitan dalam penjualannya. Mahasiswa itu
datangnya sebentar- sebentar, kalau proyeknya selesai ya mereka pergi, padahal
kami ini tetap membutuhkan mereka.”
Mahasiswa? Lo, mahasiswa? Yap,
semoga benar, menjadi mahasiswa yang dapat memberikan kemanfaatan bagi nusa.