Ayam kecil itu seperti kucing, masuk dan keluar rumah dengan sesuka hati
Saat pertama kali pandemi aku memutuskan untuk memelihara ayam buras (alias ayam kampung). Hitung-hitung untuk menambah kegiatan, bukan untukku tapi untuk adekku . He..he ..
Ayam tersebut dibeli di pasar hewan Pon, Ambara. Sekitar 12 ekor kalau tidak salah. Karena posisiku masih kuliah di Bogor, aku tidak terlalu banyak melihat perkembangannya (cielah kaya anak aja). Dan kalau ga salah di hari Lebaran, ehm ayam tersebut sudah cukup dewasa untuk dikurbankan (huhu agak sedih sih).
Sekarang ayamku tinggal Satu Pasang Pasutri (duh tapi ga kunjung mengerami juga wkwk). Satu ekor betina yg namanya Saiko (ya memang seperti yang kamu pikirkan dia memang phsycho alias tingkahnya rada-rada dari kecil). Dan yang terakhir tambahan si Minul kecil.
Minul ini unyu sekali. Dia adalah ayam broiler. Tahu kan ayam broiler yg pada mulanya dibeli karena diwarnai dengan berbagai warna oleh penjualnya. Yang sebenarnya merupakan ayam DOC (day old chick) afkir. Bisa jadi karena diprediksi perkembangannya buruk, tidak sesuai standar, atau karena stok DOC yg berlebihan atau mungkin alasan lainnya.
Pada perkembangannya Minul tumbuh menjadi ayam kecil yang warna bulunya kembali seperti semula. Putih, bersih, tak sembarang bersih. Jadikan yang putih tetap putih. (Loh kok kaya narasi iklan sih hehe).
Meski aku dokhe, emang ga jamin juga sih, kelakuan ayamku aneh-aneh. Malah karena dokhe jadi aneh kali ya? Haha..
Ayam Pasutri tidak kunjung bertelur dan mengeram sehingga berkembang biak. Meski setiap hari mereka ditempatkan di kandang yang sama.
Si Saiko juga sangat aneh kelakuannya. Dari kecil dia ini berbeda dari saudara-saudaranya. Dia kelakuannya aneh. Dan tentu tidak bisa disatukan dengan saudara-saudaranya yang lain. Berdasarkan Ilmu Perilaku Hewan yang aku pelajari, si Saiko ini memang memiliki kelainan dari kecil. Suka mematuk-matuk. Hal tersebut bisa karena trauma, kekurangan nutrisi, atau memang takdir aja kali ya hehe.. (Wkwk ngasal nih). Tapi hebatnya sejak Saiko dewasa, dia hampir bertelur setiap hari. Tau lah ya kalau telur ayam Kampung yang kecil itu sangaaatlah nikmat. Jadi kadang rebutan hihihi..
Dan yang terakhir si Minul yang kalau bisa dibilang mirip kucing. Dia mungkin usianya sudah hampir dua bulan. Tapi badannya masih segitu-segitu saja. Padahal nih ya, kalau seusianya dia sebagai ayam broiler sejati sudah dari kapan taun tersaji di piring kalian masing-masing. Hihi..
Minul yang jalannya tinal-tinul, suka sekali ngikutin orang yang berjalan di depannya. Bahkan nih ya, walaupun kebiasaan orang di desa itu melepas liarkan ayam-ayamnya, gak bakal dibiarkan masuk ke dalam rumah, sekalipun rumah pemiliknya. Tapi beda sama Minul, aku suka ga tega kalau mau ngusir dia. Bahkan aku biarkan sesaat dia mondar-mandir di rumah. Pengen kudusel-dusel juga, tapi Minul ayam jadi teriak-teriak malah wkwkw.
Bukan Minul |
Akan tetapi, sekeluarga ga akan biarkan Minul lama-lama di dalam rumah. Jadinya.. syahhhh .. syaaahh.
Bye bye Minul,
Tidak ada komentar:
A word from you is a gift for me...