Agustus 2018 - heartkokok

Jumat, Agustus 31, 2018

Apakah tentang Pertemanan?
Agustus 31, 20180 Comments

Aku bisa berdiri tegak karena saat diri terjatuh di dalam lubang yang paling dalam, ada teman yang ikut membantuku bangkit.

Bismillah.

Menginjak umur 21. Untuk seorang manusia, di umur yang tidak lagi muda tersebut, semakin mengajakku untuk tidak lagi bergantung pada keluarga. Ketergantungan yang selama ini aku lakukan semakin membuatku malu. Padahal di luar sana banyak orang-orang yang telah mandiri dan meraih prestasi yang dapat dibanggakan oleh keluarga. 
6 tahun silam, aku memutuskan untuk melakukan perantauan. Selama itu pulalah aku mencoba untuk sedikit menarik diri dari kehangatan yang keluarga sederhanaku tawarkan. Menghadapi ketidakpastian bahwa di luar sana mungkin aku akan menemukan beragama jenis manusia dengan segala keadaan yang tidak pasti. Mencicipi pahit manisnya dunia yang selama ini tidak pernah terbayangkan sebelumnya.Akhirnya pun 6 tahun tersebut terlampaui dan masih kujalani hingga sekarang. Berada jauh dari kampung halaman demi menimba ilmu dan mendapatkan pengalaman sebanyak-banyaknya. 
Pernah di suatu masa di saatku menginjak sekolah menengah pertama, aku mulai mencoba memahami makna pertemanan. Akupun berharap dan berdoa kepada Tuhan, bahwa aku ingin diberikan teman-teman yang tulus di hidupku. Tuhan pun mengabulkan doanya. 
Aku belajar banyak hal dari orang-orang yang Tuhan berikan untuk menjadi bagian dalam hidupku. Salah satunya adalah dari teman-temanku. Aku bisa melepaskan tawa, penat, kekesalan, kisah hidup bersama mereka. Terimakasih teman, walaupun di hidup ini, engkau datang dan pergi, karena memang begitu kisahnya. 
Reading Time:
Sedikit kata
Agustus 31, 20180 Comments
Belajar dari orang. Belajar dari banyak orang. Belajar dari siapa saja. 

"Hidupmu indah? Hidupmu bahagia? Sudahkah kamu membuat dirimu senang?"

Jika kata-kata hanya sebuah isyarat yang mewakili isi hati, maka kamu berbohong. Kamu lupa ada otak yang memiliki andil yang besar di sana. 
Saat memikirkannya, bukankah aku menganggap bahwa hari yang kumiliki di dunia adalah hari ini. Hari yang harus lebih baik dari kemarin, untuk menuju hari esok yang lebih baik. 
Menata hati sedikit demi sedikit. Memikirkannya dengan otak. Namun kolaborasi yang baik antara keduanya akan menjadikan harimu lebih baik. 
Apakah kita tahu hikmahnya? Pikirkan itu! 

-Sedikit kata-kata yang tiba-tiba datang
Reading Time:

Sabtu, Agustus 11, 2018

Melihatnya Jauh Lebih Dalam
Agustus 11, 20180 Comments
Semakin hari visualisasi semakin menjadi-jadi. Layar kaca, internet, gambar yang bergerak pun mulai menyoroti sebuah kegusaran saat sepi. Ditampakkannya segala keindahan. Memukau sejagad mata. Membiarkannya terbuai sekejap saja. 
Dengan penglihatan, manusia mampu menangkap pesan lebih cepat dari pesan dengan indra lain. Konsepan warna yang dikombinasi seakan menambahkan tipu dayanya untuk sekali lagi menyilaukan setiap mata yang menatap. 
Namun, pernahkah kita lebih jauh memahami pesan yang ingin disampaikannya. Jauh lebih dalam dari yang biasanya? 
Aku membaca, aku pun terlena. 
Tidak, sekarang tidak jaman lagu itu. (Hehe maaf receh). 
Tidak, sekarang aku dan orang-orang didekatku merasa enggan untuk menunggu. Lebih baik, kuputar layar video itu daripada kuharus meneguk lembaran-lembaran kertas yang membuat mataku keriting.  
Lalu saat kuberjalan jauh menyusuri pantai, mendaki terjalnya gunung, aku ingin membagikannya pada dunia tentang apa yang kurasa. Ingin kujuga menengok reaksi mereka tentang tempat yang kutuju. Atau sekedar berbagi cerita bahagiaku. Walau kadang aku merasa layu karena inginku bersimpang dengan tujuan utamaku. Aku terlalu lama memegang ponselku. Sibuk mencari celah memikirkan hasil jepretan yang bagus. Sibuk menata, menyebar hingga membumbui apa yang ada. Aku malu padanya. Kepada alam yang membuatku nyaman. Kepada alam yang membuatku tenang. Jika aku datang bukan untuk benar-benar menikmatinya. 
Saat aku bekerjasama dengan telinga, hidung dan indraku yang lain. Aku akhirnya paham tentang semuanya yang tersembunyi. 
Awalnya kuberpikir bahwa dengan melihat sesuatu secara kilat, sekejap, aku dapat memaknai sesuatu. 
Ternyata itu tidaklah cukup. Mereka yang tersembunyi sesungguhnya tidaklah benar-benar tersembunyi. 
Aku hanya perlu mencarinya lebih dalam. Memahaminya lebih lama. Menunggunya dengan sabar. 

Aku yang kini terbawara arus perubahan teknologi. Namun tetap berusaha mencari. Mencari sesuatu yang tersembunyi. Menyibakkan keindahan yang bahkan cukup tuk diresapi, dihayati lebih dalam. 

-Terinspirasi dari beberapa menit menunggu matahari terbenam, Punaga, Sulawesi Selatan- 
Reading Time:

Jumat, Agustus 10, 2018

Makna
Agustus 10, 20180 Comments
/Mak.na.
n

Aku mengenal makna dari mu. Mengenal betapa tanahmu dipenuhi oleh harapan-harapan dan doa-doa yang selalu dikumandangkan. Memberikan kabar yang baik kepada kami, makhluk yang sedang mencari jati diri
Dari Bogor, kami meniti rangkaian rencana hingga berani melangkahkan kaki menuju tanah Celebes. Mengepakkan sayap kami, yang masih tertatih untuk terbang namun tak gentar dengan berlandaskan niat yang sama, menimba ilmu. Kami haus akan ilmu, namun kami pun ingin sekali berbagi dengan masyarakat dengan ilmu yang kami punya. 
Bersama Nahkoda, kami tatih langkah-langkah yang berat mewujudkan mimpi tersebut. Nahkoda tidak sendiri, karena kami dipimpin oleh seorang pria tangguh yang siap sedia menanggapi pahit manisnya hari-hari bersama dengan Superteam yang selalu menyokong kapal tersebut untuk terus berlayar. 
Angin yang membawa kami dapat berlayar ke tanah Celebes tidak dapat menemukan arah yang tepat, jika tanpa bimbingan dari dua dokter cantik yang berjiwa muda, yaitu drh Leni dan drh Hera beserta kampus FKH IPB. 
Hmmm.. mentari pun menyambut kami, membawa kan kehangatan bagi kami yang telah lelah membuka mata hingga menunggu datangnya pagi. Seperti itulah mungkin yang bisa digambarkan, atas perjalanan yg panjang. 
Kami pun tahu, saat malam saat kami bekerja hanya orang tertentu saja yg masih mendengar keributan kami. Pun saat siang saat semua orang sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Kadang nyali kami ciut karena tekanan dari berbagai arah datang untuk menyudutkan kami. 
Lalu, kami pun terus merajut asa mencari makna yang terpendam mengapa kami melakukan itu semua. 
Sedikit saja kami mengerti, kami terus-menerus mempertanyakan hal yang sama. Memindai di tumpukan jerami alasan-alasan untuk tetap bertahan. 
Hingga saat-saat yang dinanti tiba. Kapal kami hampir menuju darmaga tempat yang kami tuju. Mencoba tuk sedikit melihat maupun menengok, berharap ada sedikit bayangan tentang tanah yang kami injak nanti akan seperti apa. Nyatanya hanya kejutan-kejutan yang kami dapat. 
Tanah tersebut sangatlah indah, bagi kami yang pertama kali menginjakkan kaki di dalamnya kami haru namun berbalut tawa. 
Indahnya sambutan hangat yang diberikan untuk kami yang ingin merepotkan orang-orang di dalamnya, menambah rasa syukur kami. Jauh dari tempat kami berasal, kami sudah yakin akan memiliki keluarga baru, guru baru, ilmu baru, pengalaman baru dan kekasih baru. Kekasih yang kami maksud adalah tentang rasa kami yang semakin dalam saat menikmati keindahan alam yang ditawarkan oleh Celebes. 
Bunyi-bunyi lonceng sapi, terpaan angin yang mendebarkan ombak, hingga tawa anak-anak yang akan tersimpan baik di memori kami. Begitupun senja yang sangat memukau bak permata, hingga membuat kami terinspirasi tuk terus membuat sajak-sajak indah setelahnya.
Lantas, bersama para penumpang kapal yang sangat baik tuk diajak kerja sama, terukir berbagai cerita indah tentang sebuah perjalanan kami yang singkat di Sulawesi Selatan. Seperti yang kami rasakan, kami mendapatkan panggilan jiwa dari tanah yang  memiliki potensi besar di bidang veteriner tersebut. Karenanyalah kami mendapatkan  ilmu yang kami harap dapat bermanfaat untuk kami dan masyarakat ke depannya. 
Atas rindu yang selalu muncul, kepada teman baru kami, bapak-ibu kedua kami, dokter hewan panutan kami, murid-murid kami yang selalu riang, para malaikat tanpa sayap yang selalu membantu kami, terimakasih dan maaf. Kami titipkan rasa rindu yang selalu tertanam di hati. 

Nahkoda, terimakasih untuk engkau yang selalu ada. 
Superteam, terimakasih untukmu yang siap sedia. 

Satu lagi, kali ini aku sangat ingin mengungkapkan kata-kata manisku yang bukan sajak ini kepada teman-temanku di Kab. Takalar. Sebuah rasa syukur karena ku telah ditempatkan bersama kalian. Bukan hanya tentang bidang veteriner saja. Di sini, kurangkap ilmu yang InsyaAllah dapat melekat. Kudapatkan pembelajaran mengenai keikhlasan untuk membantu teman, mengenai indahnya saling membully, kali ini aku jadi terbully hehe, mengenai manfaat membangun relasi, mengenai pemaknaan berbagi, mengenai nikmatnya indomaret saat lelah menepi. Kepada Alfiyan sang korkab yang kurekomendasi main di Tokyo drift, Odi imut yang tidak suka marah kala itu, Adit sang pujangga juga pahlawan Tarantula man ku, Falih yang senang dengan pengalaman pertama magangnya (semoga dapet lanjut sama Ummah), Anggi tukang masak handalan kami, Isni yg tak pernah absen berkabar dgn pujaan hatinya, Sarah yg suka kipas, klasta si Ondeng, Laras yg terus berjuang di kondisinya yg kadang tak mendukung. Love you guys 😘
Kujuga tak mampu untuk membalas kebaikan keluarga baru kami, terimakasih dari lubuk hati yang dalam kepada dinas kab Takalar, kepada dokter Fitrah dan suami selaku ibu dan bapak bos, serta Bilal yang sedia menampung kami yang liar ini, menyajikan sambal cobeknya. Serta bunda kami, Pak Kadir, Pak Harist, Drh Achmad beserta istri, Drh Mul yang selalu ngajak kami jalan ke Makassar, mengenalkanku dunia malam, bukan itu kok hehe, dan semua orang yang tak dapat kusebutkan satu persatu.


Pokoknya mah "Assippanna Tawwa" (Spanduk Raja Cobek) 
Reading Time:

Kamis, Agustus 09, 2018

Hati yang Ragu
Agustus 09, 20180 Comments
Menjunjung tinggi sebuah harapan... saat diri tertatih mempertahankan perasaan, di tengah kebingungan yang merebak
Kamu ada d depan mata, tapi terkadang aku malu tuk menatap
Aku dan kamu hanyalah sebongkah gugusan angin yg menerpa angkasa
Patut tuk dirasa tp tak terlihat oleh mata 
Sebuah misteri sebuah ilusi
Jika itu ilusi maka aku akan membuat nyata ilusi itu
Aku ingin menjadi angin yg membawa serbuk bunga
Bermanfaat dan bahagia
Hanya terkadang aku lupa bahwa
Ada hati yang aku punya
Yg kadang tidakku mengertinya

Aku kadang bingung dengan tatapannya
Berharap ia memiliki rasa yg sama
Namun keduanya hanya bungkam

Aku kadang bingung dengan tingkahnya
Ia berbuat baik tp kutahu tidak hanya untukku
Hingga membuatku tetap membisu

Aku kadang bingung dengan perkataannya
Ia berkata manis saat mengajakku bicara
Atau karena pikirku saja

Aku kadang bingung dengan hatinya
Kerap kali ia menunjukkan bahwa ia memiliki hati yg lain yg ku takuti untuk masuk kedalamnya

Bukan maksudku penuh bimbang seperti ini
Mungkin bulan tahu maksudku
Karena ia melihat jendela kamarku
Memikirkanmu
Karena jika jauh ku rindu
Jika hampa ku memikirkanmu
Yg bukan siapa-siapaku
Reading Time:

@way2themes