heartkokok

Kamis, September 22, 2022

I am Content With What I am
September 22, 20220 Comments
If summarized, the posts I wrote on the blog recently are closely related to understanding myself, 
interpreting my life journey, 
and trying to accept everything I'm currently have.


I once heard this famous Japanese saying,


 『足るを知る者は富む』 
  Taru wo shiru mono wa tomu
 I am content with what I am


More or less it means something like, a person who is satisfied with what he has is an abundant person. It could also be interpreted that being grateful for what we have makes us rich.
And..


I decided to try to always believe that.


  
Furthermore, I want my dialogues with myself to become a collection of stories that I can tell to myself in the future or to my children or friends in the future, so that the process of maturation is quite simple. But that thought is what makes it complicated.


In fact, I still punctuate this serious conversation with laughter. The reason is that happy stories, tragic romantic stories, the chaos of work life, strange behavior that I make, as well as friends' stories make it so beautiful. It becomes a scenario that has been designed with the role I am playing.


 As a final word,
 I want to thank myself for being able to embrace all the strands of the story.

 And the most important thing that I always whisper to myself is, I am content with what I am.


 I am content with what I am..

I am grateful for who I am.
Because if I feel satisfied (still am and will continue to try), I will always feel enough, know I have shortcomings but I will not compare myself with other people. So that I will feel enough with what I have.


Currently, dialogue with ourselves is something that must continue to be done, then we try to dialogue with other people, with information that we can get from various trusted sources, then finally we summarize it again into a heading that can be used as a guide for life. (Regarding life principles and others)


Different opinions are normal, and we shouldn't believe one hundred percent about what we think, because it's not completely true, and we could be biased by things we only want to believe.

Reading Time:

Jumat, September 16, 2022

Rafting with GSL Fams
September 16, 20220 Comments

Rafting atau arum  jeram?


Membayangkannya saja cukup ngeri ya.. hahaha tapi kan belum pernah, dan.. sepertinya akan sangat seru!


Pengalaman pertama untuk menikmati arum jeram kulakukan bersama GSL fams. Kondisi cuaca untuk hari itu sangat mendukung. Tidak ada sama sekali tanda-tanda akan terjadi hujan. 

Perjalanan dimulai dari klinik kami di Semarang, menggunakan bus pariwisata. Kali ini tujuan pertama kami adalah menjemput kolega kami yang ada di cabang untuk kemudian berlanjut menuju Magelang. Sejak pertama kali bus meluncur, ada saja kelakuan dari teman-teman kami, yang tentunya dipandu dengan duo pembawa acara yang kocak. 

Ditemani dengan karaoke bersama, pembagian kelompok yang penuh dengan gelak tawa, dan berbagai jajanan yang mengitari, perjalanan yang ditempuh sekitar dua setengah jam tersebut terasa menyenangkan. Sampai-sampai tidak kerasa kalau sudah memasuki kota Magelang. 


Akhirnya setelah melihat pemandangan jalanan kota Magelang kami sampai di tempat tujuan. Setelah sampai, kami tidak langsung melakukan aktivitas utama, tapi dimulai dengan naik ke angkot-angkot untuk menuju ke titik poin arum jeram. Memakan sekitar 20 menit untuk sampai ke sana. Saat sampai ke titik poin, kami mengenakan perlengkapan seperti helm, pelampung, dan membawa dayung. Pemandu kemudian membagi kami menjadi tiap boat berisikan 4 orang dengan satu orang pemandu. Mereka juga memberikan penjelasan singkat mengenai tata cara dasar melakukan arum jeram dan prosedur keselamatan umum. 


Yap, dan saat yang ditunggu-tunggu pun tiba. Sepertinya sungainya cukup bersahabat, bagi pemula seperti kami. Awalnya sih saat naik ke boat aku sedikit degan. Tapi aku yakin kita semua akan selamat, karena cuaca yang cerah serta pemandu yang terlatih dan tentunya telah bersertifikat. 


Dan benar saja, meski ada sedikit arus yang harus diterjang, dan beberapa kali tersangkut, kami tetap bisa menikmati liburan kali ini dengan gembira. Sepertinya pun yang membuat kegiatan kali ini lebih menyenangkan adalah saat semua orang mencoba untuk menjatuhkan sesama teman yang lain. hahaha. Saking hebohnya mereka sampai berkali-kali terjatuh, bangkit, dan terjatuh lagi. Sepertinya, 'dendam' saat bekerja bisa dilampiaskan di sini. hahaha (bercanda aja sih). Ada yang menjadi pemburu keras, ada yang sengaja menceburkan diri sendiri biar ga diceburin, ada yang bertubi-tubi jadi incaran orang, tapi tetap ada yang anteng-anteng saja haha. 


Well, memang keadaan sungainya cukup, cukup tenang dan cukup berarus, teman-teman yang 'bar-bar', pemandu yang ramah, latihan otot dengan sedikit dayung-mendayung, membuat liburan kali ini begitu menyenangkan. Gak kerasa besok sudah masuk kerja lagi ya, sudah dulu ya cerita tentang liburannya ˆˆ





- A Little Gallery with GSL Fams - 



Reading Time:

Rabu, Agustus 31, 2022

A Quick Reminder
Agustus 31, 20220 Comments


Just a reminder that there's so much more 

that we still don't know about ourselves 

and that's what makes life so beautiful. 



Next, you could find your next favourite musician 

or fall in love with someone you haven't even met yet. 



You might see a new shade of green

 that will become your new favourite color 

or you could become obsessed with a new food 

that you thought you once hated.



We change as life goes on,

We grow as life changes,

our experiences shape us into a new person.


It's beautiful, 
it's absolutely beautiful... 







-Inspired by a post on instagram

Reading Time:
A Maple Leaf
Agustus 31, 20220 Comments

Welcoming Autumn!

Bersiap menuju bulan September, Selamat datang musim gugur!




Tunggu, tunggu dulu, tidak ada musim semacam itu di lho di Indonesia, hahaha 


Kalau ngomongin tentang musim gugur, pikiranku langsung tertuju ke daun Maple. 

Kenapa gitu?


Maple, menjadi sebuah daun yang entah kenapa aku kagumi sejak di bangku sma. Sebenarnya aku tidak terlalu mengetahui filosofi di balik itu semua sih. Yang aku tahu, kalau ngomongin tentang musim gugur ya..identik dengan daun ini. 

Sebelum aku memikirkan tentang filosofi atau keterkaitan maple dengan musim gugur,  aku menyukai Maple karena murni Maple, sebuah daun yang memiliki banyak warna, terutama warna merah kecoklatan yang berguguran saat musim gugur. 

Maple, memiliki karakter kuat yang membawaku larut di dalamnya. Lalu apa sebenarnya filosofi di balik daun Maple?


 Baca juga Leaves, left, and Lost 


Menurut pendapatku pribadi, dan imajinasiku pribadi, daun Maple memiliki sebuah kehangatan, arti dari sebuah pengorbanaan, dan mimpi. Seakan daun Maple menyeruakan perasaan semangat untuk mengejar sesuatu yang kita harapkan, entah itu mimpi atau sebuah perasaan cinta. 

  

Oiya, daun Maple menjadi sebuah simbol di bendera Kanada, tetapi sebenarnya aku ga ngehubungin sama sekali ke sana.. Hehe. 


Berdasarkan berbagai sumber di internet, aku baru mengetahui kalau daun Maple memang dijadikan sebagai simbol cinta. Selain itu, Maple juga menggambarkan keseimbangan dan panjang umur. Oleh karenanya Daun Maple menjadi simbol kekuatan cinta, uang, dan panjang umur. Hem... 


Hehe yaudah deh, terlepas antara makna daun Maple berdasarkan imajinasiku dan beberapa arti lain menurut sebuah kisah, aku tetap mengagumi daun Maple. 




Kartu post bergambar Daun Maple itu diberikan oleh temanku, yang dulu saat sma dapat kesempatan untuk pergi ke Amerika selama satu tahun. Sekitar 7 tahun lalu tepatnya. Saat aku membukanya lagi saat ini, aku kembali lagi menyelami mimpiku yang ada di doanya pada kartu pos tersebut,

 ''.. semoga kamu bisa melihatnya sendiri..''. 

Perasaanku sebetulnya bercampur aduk, antara senang dengan harapan yang didoakannya, serta rasa sedikit sedih karena belum bisa melihat daun Maple secara langsung :')


But, to life is to dream!

Masih boleh kok, teruslah bermimpi. ^^


Maples in Japan (photo by M.) 












Reading Time:

Minggu, Agustus 28, 2022

Anticipation Letter from a Pen Pal
Agustus 28, 20220 Comments
Slowly!
I first heard this app from my friend, she said I could write a letter to somebody out there, with a pen pal. 

This app is bringing back the concept of the past, that we could send a letter to a pen pal friend, plus our message is anonym and will be delivered in several minutes to hours even days, depending on the distance. 


''Amazing!" 
That's one of my first impression, until I tried to use the apps and found some friends.

 
The idea of exchanging letter is really good, we can talk freely without afraid of a judgement.

It's different from another social media. We can have deeper connection as we don't look other people from their appearances, nationality, religion, and races. In contrast, we try to listen their way of thoughts, how they see the world through their point of views. 

....and every letters are written with heart. 
It's easy to read, but when we want to pour our ideas into writing, is a challenging one!!\\


It's also hard to find a pen pal. 
You know when someone is exchanging letters, the sender and receiver should find something in commons. So the conversation will flow, again and again. But again, the name of this app is Slowly, why not enjoying it slowly?


The feeling when I could find a matching friend, after I write some letters will become a mixed feeling. 

For example if there's a notification, 'You have an incoming letter" my heart is pounding, I'm really happy. 

I'm wondering is he/she will become one of my pen pal for good? 


The anticipation letter make us curious and excited just like waiting our online shops packages. Moreover, we couldn't just sent the letter, and in a second the receiver will reply, no... It needs a patience for the sender to wait for the letter to arrive, then wondering... 

Is he/she will replying back? 
What should I write for the reply? 
Did I talk too much?
Is he/she still activate the account? 

And eventually sending a letter with this worries. 

But feeling happy again if the notification arrives. 


""" Arriving in 15 hours """ 






That's make this app really special. 


When I read Slowly stories (from other users), they said this app give big impacts for their life. Some people did really inspiring or supporting each other, exchanging languages, their daily life, and cultures, even meet up each other, and many more. 

Even tough I was calculated as a new user, and still received only some letters, I'm sending my sincerest thanks to the developer and also my pen pals out there. 

'Thanks for making such a great app'
'Thanks for reading my random stories'
'Thanks for replying me back and send me your stories'


I like writing (for example this blog 😅), 

The feeling when I write my letter is like having a friend to talk with almost about anything. The difference compare when I write for my blog of course, I have somebody that will reply my stories, answer my questions, making a joke sometimes, and I could have wider perspectives from stranger that live in different part of the world and still anonymous (unless we both agreed to share personal information). 

We can travel across the world just by writing letters!!


Well, is a good apps worth a try. To be noticed, it's not a dating apps that you might be imagined, it's a place to find a virtual friendship in non-romantic ways (it's still possible if you could find one). 


Happy writing! 


Cheers, 

FeNi






Reading Time:

Sabtu, Agustus 27, 2022

25s Insecurities
Agustus 27, 20220 Comments

Quarter-life crisis they said, uh? 


Reaching the age of quarter centuries, branches of mind, stressful working condition, friends' successful stories, high standard of life from influencers, cultivating into one point, 


I N S E C U R I T I E S 


Nowadays, insecurities have become the most spoken topic, especially for youth generations. As it really happens in my surroundings, when exploring social media, you'll find some feed that would post about this topic.


Why do we feel insecure?


Well, I'm not gonna talk about somebody else's, I'm gonna talk about what I really feel. 


After struggling for formal education until I graduated and maintaining to get my job, here I am, talking nonsense in this blog. Actually I'm not good at discussing it, or I just haven't found a person to discuss it, no idea. But, it's really dancing in my mind, so I think it's the time to write about it, preventing it from exploding in my mind. hahaha. 


Well, they said that 'Privilege' matters. Some people do have this privilege for their life, some do not have such a thing. 


I do agree with that, to be precise we're having different beginning to achieve something. So that, different processes, and different finishes. You may not agree with that kind of 'privilege' thing, eh?


If we're talking about it, we should actually realize that, we're not defined by certain ages to be called a successful person, am I right?


Maybe when you're becoming one of the 'Sandwich Generation', that's still striving for earning money to pay your family's needs, you got the job, but you can't be such a decent person that is already married with their loved one, having their own houses, and business. They could make some other side jobs, travelling overseas, in contrast you're still busy with your own life. 

If it's counted and seen only from one perspective, then you could say that life is unfair, isn't it?


Then something called, insecurities will be the right term to define your mood. 

But, is that so?


  Also read Perfect with imperfections


I should admit that, sometimes I do feel insecurities strike my head. That would make myself become a loser, having low self-esteem. 

However, I choose to not feel that any longer


I do feel that, but I should see something from a different point of view (Still trying to do that). 

In my opinion, we should recognize our feelings, admit that, and accept that. If we already recognize ourselves better, we could take another step to get up. 


The key of all the things is we should be more grateful and loving ourselves. 


Stargazing a future :D



'' Fall in love with taking care of yourself. Fall in love with the path of deep healing. Fall in love with becoming the best version of yourself but with patience, with compassion and respect to your own journey.''  - S. Menutt


We want everything to be perfect, we have abundant willingness, high expectation on something, but how if 


We choose to embrace all that we have been and are with love, acceptance and tenderness?


By loving ourselves, we can take better care of ourselves. We then know how to begin to accept our true self, not blaming all the failures that we made. And we will gain more because we know how to improve ourselves with patience, compassion, and we know the best for ourselves because we have our own path, our own timing, our own journey. 


Taru wo shiru mono wa tomu. 

I am content with what I am.


Also read I am content with I am. 





.

Reading Time:

Minggu, Juli 17, 2022

Kita Sama
Juli 17, 20220 Comments

 

"Miskin kaya susah senang ada dimana-mana
Orang desa orang kota kita semua sama
Biar rambut sama hitam tapi hati bisa berbeza
Walau muda atau tua yang beza hanya takwa"




Masih ingat lagu religi oleh Raihan ? Bagi kalian kaum yang seumuranku dan di atasku, harusnya tau sih ya wkwk.

Menurutku, ini adalah salah satu fungsi lagu religi, menghibur pasti iya, tapi sekaligus menjadi pengingat akan kehidupan yang penuh fatamorgana ini, terlebih makin maraknya media sosial. hi hi hi

Sepertinya ngga ada bosannya ya aku membahas tentang media sosial, sebenarnya karena apa sih? Apakah sekuat itu pengaruhnya? Apakah karena aku juga menjadi korban dampak buruk media sosial? 

Jawabannya tentu iya, pengaruhnya sangat kuat, mungkin jadi korban tapi tidak sadar, TAPI tetep kok masih banyak manfaatnya!


Well, secara tidak sadar hidup kita sering  terbawa arus 'trending' terkini, yang lagi 'viral' saat ini.  Sehingga muncul kemudian istilah, FOMO, fear of missing out

Takut ketinggalan zaman, takut gasesuai dengan teman-teman, silau sama kesuksesan orang! Dia enak banget, beli ini itu! Dia keren banget kuliah di LN! Dia masih muda, lulus dari univ ternama, nikah muda, langsung punya usaha, kaya lagi!

Gemerlap silau duniawi tersebut gampang banget mampir di otak, apalagi jika mode galau sedang on! wkwk. Jadi ngebuat tambah gundah galau gulana. 

Kalau sudah begitu, istirahat sejenak dan mari kita tengok salah satu insight dari Mbak Kalis yang aku petik!


'Pandanglah dunia seperti karakter diri yang ingin kamu bentuk. Semuanya kembali ke kebutuhan dan filsafat hidup masing-masing, jangan-jangan keputusan kita bias pada kehidupan orang lain dari media sosial?'

Eits.. gimana? Tuh kan ngena banget ya. Setiap orang pasti memiliki cita-cita sendiri ingin hidup yang seperti apa, ingin tinggal di rumah yang gimana, atau memiliki pasangan yang seperti apa, pekerjaan yang mapan, dan segenap impian yang lain. Aku ngerasa dengan memiliki cita-cita kita menjadi semangat saat melakukan suatu hal, kalau lagi cape ya, istirahat dulu nanti dilanjut lagi, ya kan!

Tapi, beneran nihh yang mau kita pengen itu sesuai dengan hati nurani? Beneran ga ikut-ikutan aja? Nggak cuman asal buat konten?

Jadi, ngga usah takut ya diri ini jika ga bisa seperti yang lain! Engga semua hal yang dibagikan di sosial media mereka itu bener, jangan takut jalan yang sekarang kamu tempuh berbeda!


"Anyway, hidup itu secukupnya saja. Mau jajan enak, uangnya cukup

Mau main sama ponakan, waktunya cukup

Dan cukupnya kita itu beda-beda. Ngga usah distandarisasi." WMN by Narasi



Kita sama dalam banyak hal, 

Kita sama-sama menginginkan kebahagiaan, 

Tapi persamaan kita kita tidak tentu sama, kita memiliki jalan dan rentang waktu yang berbeda-beda


 


 
Reading Time:

Kamis, Juli 07, 2022

Menikmati Peran
Juli 07, 20220 Comments

Sudah sampai pada titik ini, setelah perjalanan yang panjang. Maka, saatnya kita bisa bisikkan kepada diri masing-masing,

 

 

"Kamu begitu berharga, apa adanya"


Jalanilah peran kita sebagai individu maupun sebagai warga masyarakat yang baik, entah apapun peran yang sedang kita jalani.  


Sejak kecil seringkali kerap dikenalkan dengan beragam jenis profesi, yang kemudian menjadi sebuah patokan untuk jawaban, "Apa cita-citamu?"

Seringkali jawaban-jawaban monoton yang akan sering keluar, seperti dokter, guru, polisi, tentara, PNS... 


Berbicara mengenai profesi, di luar sana banyak ragamnya, bahkan banyak yang tidak ditunjukkan saat kita duduk di bangku sekolah. Meski saat kecil dulu kita tidak mengetahui pekerjaan mereka, meski guru maupun orang tua kita bahkan masyarakat tidak mengenalkannya pada kita. Bisakah kita mencita-citakannya?


Seperti misalnya, ada orang yang tidak menginginkan dirinya menjadi seorang pedagang kaki lima, seorang penyapu jalan, seorang buruh, namun keadaan membuatnya seperti itu. 

Ada pula yang pada awalnya menginginkan menjadi sebuah profesi tertentu, secara beruntung ditakdirkan bekerja sesuai cita-citanya.

Atau pula yang tidak menginginkan profesi tertentu, karena permintaan orang tua atau keluarga, jadilah ia seperti keinginan mereka.. 


“In real world, the vast majority of people don’t have pre-existing passions waiting to be discovered and matched to a career. The real path to work you love, it noted, is often more complicated.” -Dr Newport 


Begitu banyak misteri dunia, yang sulit kita mengerti. Peranku, peranmu, peran mereka berbeda, pekerjaan yang dilakukan berbeda, tanggung jawabnya pun berbeda, ada yang memandangnya rendah, ada yang memandangnya wah, rezekinya pun berbeda-beda, ada yang sedikit ada yang berlimpah, tapi yang terpenting adalah perasaan cukup. 


Kata Abi Quraish Shihab, "Yang sedikit tapi berkah, lebih bagus dari yang banyak tetapi tanpa berkah. Rezeki bukan sekedar materi. Persoalan rezeki itu kan persoalan kepuasan hati." 


So, jangan berkecil hati ya bagi yang merasa perannya tidak tersorot oleh ribuan mata, tidak terlalu bagus untuk diperlihatkan, terlalu rendah untuk ditiru, 

 

 Sesederhana pun peranmu, Tuhan maha Tahu apa yang sedang kamu perjuangkan.... 


Karya salah satu penulis, @sholahayub

   Aku sangat biasa saja. lahir dari keluarga rata-rata. Ilmu sedikit sekali untuk mengobarkan cahaya.. Tak paham cara melampaui stigma dan menjadi sorotan manusia.. kurang indah menampang di banyak mata. apalagi jadi bahan bicara.. Tapi saat kekuatan besar belum bersua dalam dada. Mungkin Allah masih beri kesempatan kita untuk menikmati hal sederhana. Dan beramal semaksimal dibisa. Sesei

derhana .. untuk keluarga.. Mungkin tidak banyak, tapi bisa dekat. Mungkin tidak nampak hebat, tapi akan selalu diingat. Mungkin tidak luas berdampak, tapi tertapak kenanangan hangat.  Ya..jika bukan sekarang, pasti tiap kita punya lingkar kecil berharga untuk diberi kasih sayang.. sekecil apapun kekuatan, sesederhana apapun peran.. Allah Maha tahu apa yang sudah kamu perjuangkan.."



Hidup di dunia, bekerja itu merupakan sebuah kewajiban, 

untuk menghidupi diri, menafkahi keluarga,

untuk bermanfaat.. 


Sebagai contoh, peran diri ini ditakdirkan menjadi seorang dokter hewan, di sebuah kota kecil. Pasti banyak orang yang lebih baik dari kita di luar sana, dan akan terus ada yang lebih baik lagi, seiring perkembangan zaman, perkembangan keilmuan...

Dan, aku harus mengingat ini, 

 

 "Usaha, tenaga, karya.. lebih layak diperjuangkan.. untuk alasan yang lebih berarti"


Mari jadikan refleksi, 

Ya benar, menjadi seorang dokter hewan bukanlah cita-citamu dari kecil, yang akhirnya membawamu memiliki profesi sekarang, namun nikmatilah peran itu. Kan benar peran yang kau jalani ini adalah sebuah titipan yang perlu dilakukan dengan baik,

Jalani, kuasai, dan tebarkanlah manfaat... !


Minta petunjuk Tuhan, agar diagnosa yang diberi, dapat membantu menyembuhkan penyakit, minta petunjuk Tuhan, agar perawatan, pelayanan yang diberikan adalah semata-mata menjadi kewajiban, menjadi sebuah tuntunan ilmu yang bermanfaat, menjadi sebuah peran yang akan dipertanggungjawabkan.



Additional words from stranger, my pen pal, he is a researcher... (Aug '22)

''' Your job's responsibility must be very heavy. You can't allow any mistake to judge and treat the patients. And pets are not just animals for owners but their family members. So the responsibility you feel must be the same as physicians feel. And everyone has a lot of knowledge from the internet, so you may have to upgrade your knowledge every moment. ''' 

'' ... but my work has less responsibility than yours. And even if I make some mistakes, this doesn't lead to any critical damage (not to die). It was just physically tiring. ''' 



Tetap semangat dalam berkarya ya!

Reading Time:

Minggu, Juli 03, 2022

Kisah Si Boy - Seekor Anjing Pendonor
Juli 03, 20220 Comments

Pahlawan kecil yang ini bernama Boy,

Rambutnya berwarna campuran cokelat tua dan hitam

Asal usul rasnya tidak begitu jelas

Tubuhnya pun mungil



Khas"Anjing Kampung!"

Begitu kebanyakan orang menghardiknya

Kehadirannya di dunia

sering disalahartikan



Tidakkah kita melihat

Malaikat kecil ini begitu lugu

Dengan berlari-lari kecil dia langkahkan kakinya,

Ia kibaskan ekor, menggonggong pelan,

Mengendus-endus dengan rasa ingin tahu yang

tinggi

Mengajak bermain




Boy dengan pendamping saat Dog Fashion Show


Mungkin pada kisah lamanya,

Ia dianggap hanyalah sebuah beban,

Bagi hewan lainnya,

ia adalah seekor pendonor, sosok pahlawan,

sesosok malaikat



Ia menjadi malaikat tanpa sayap,

yang dengannya mengalir darah-darah suci

Darah-darah kehidupan

Ia memberi kesempatan untuk hidup,

Bagi anjing lainnnya,



Agar masih bernafas di dunia,

Agar mereka masih dapat bahagia dengan

keluarganya

Agar mendapat kasih yang tidak ia dapat

sebelumnya



Dalam bisikannya, seakan dia berkata

"Pada suatu hari nanti,

Aku ingin dibangunkan

Dari gonggongan kebahagiaan,

dari mereka yang mengalir darahku"



Kisah si Boy

2022 by FR








Reading Time:

Jumat, Juli 01, 2022

Juli 01, 20220 Comments

 Tidak ada yang kekal di dunia yang kejam ini--- bahkan tidak kesulitan kita. Charlie Chaplin

Hidup tidak harus mudah, apa pun asal bukan kehidupan yang kosong. Lise Meitner







Reading Time:

Jumat, Juni 17, 2022

Untuk Apa? Lebih Dekat dengan konsep IKIGAI
Juni 17, 20220 Comments



"..the view you adopt for yourself profoundly affects the way you lead your life. It can determine whether you become the person you want to be and whether you accomplish the things you value.-Carol S Dweck (Mindset)


Kamu hidup sebenarnya untuk apa? 


 i k i g a i 

[ ik - ee - guy ]  •  Japanese 
a reson for being; the things that you get up in the morning 

Tanpa melewatkan pentingnya sebuah proses, setidaknya menurutku, aku harus terus berpikir tentang tujuan atas kegiatan atau pekerjaan yang aku lakukan sekarang.. Iya kan? 

Dulu, sewaktu kecil aku mengira kalau orang dewasa dapat dengan mudah melakukan apa yang ia senangi, tanpa takut nggak ada barengan, tanpa harus mengkonfirmasi atau perlu membuktikan kepada orang lain atas apa yang dilakukannya. 



Saat keniscayaan itu muncul, ternyata kedewasaan seakan mengharuskan kepada setiap insan untuk bisa melangkah dengan sendiri, tetap tegar di tengah badai yang menerpa, meski bahagia kadang diselimuti duka. 


Secara tidak langsung, aku juga harus melatih otak dan hati untuk mencari tujuan utamaku melakukan semuanya.

Berawal dari meneguhkan niat, apakah niat sudah kubenahi?

Apakah cara yang aku lakukan untuk mencapai tujuan sudah kurangkai dengan baik?

Bagaimana jika terpaan datang, omoongan orang meracau, dan datang sesuatu yang tidak sesuai rencana?

Meski tidak harus terlalu kaku, namun jangan pula menyepelekan, karena waktu itu akan cepat berlalu, tanpa tujuan dan rencana yang jelas, tiba-tiba akan datang penyesalan di ujung, 


 ''  Buatlah musik, meski tak ada seorang pun yang mendengar. Lukislah sebuah gambar, meski tak ada seorang pun yang melihat. Tuliskan sebuah cerita singkat yang tak akan dibaca orang.  '' - Ken Mogi The Book of Ikigai

 

Bukan tidak mungkin, kita butuh sebuah validasi atas berbagai pencapaian yang sudah kita lakukan. Seperti penerimaan dan penghargaan yang kerap kita harapkan. Namun ternyata, pemikiran tersebut membuat tidak tenang, hidup jadi tidak apa adanya. 


Melalui tulisan ini, yuk diri ini renungkan.. 

 - Yap, sudah kah kamu membenahi niatmu, untuk menjadikan hidupmu bermanfaat? untuk mencari ilmu? untuk menyelaraskan kehidupanmu, atau hanya sekedar mengisi perut?

-  Apakah rencana yang kamu rakit sudah kamu laksanakan secara istiqomah, apakah masih sering tertunda?

-   Mungkinkah kamu menemukan kesulitan, dan perlu pertolongan senior, mentor, atau teman sejawat?

-  Atau jangan-jangan, kamu masih ingin sebuah tantangan yang lebih dari sekarang?


Jika suatu saat, kita menjadi lupa akan tujuan akhir hidup, cobalah berhenti sejenak,  lalu cari tahu cara untuk kembali pada jalur itu. 


Jadi, untuk apa?

Untuk sebuah kehidupan yang bermakna,

untuk sebuah perjuangan yang berharga,

untuk sebuah romantisme jiwa,

untuk sebuah pertanyaan yang akan terjawab di masa depan.


"Dan tidaklah Aku ciptakan Jin dan Manusia kecuali untuk beribadah kepadaku" (Q.S adz-Dzaariyat: '56). 




Reading Time:

Minggu, Juni 12, 2022

Time Capsul
Juni 12, 20220 Comments

Pengen dong, balik ke masa lalu!


"Time continues on. That’s why time eventually creates farewells, and it always leaves people with regrets." (Deok Sun)



Kalau punya kekuatan 'Time Traveler'' siapa sih yang nggak pengen kembali ke masa lalu, untuk mengulang masa indah yang pernah terjadi atau untuk memperbaiki kesalahan yang udah dilakukan dulu? Atau jangan-jangan mau gunain kekuatan itu untuk pergi ke masa depan, penasaran mungkin nanti kita jadi apa, nikah sama siapa? Barangkali yang mau investasi, biar melimpah hartanya di kemudian hari?





He..hee seperti di kisah film aja ngga sih ngebayanginnya! 


"Fate does not come to you at just anytime. It should happen, often at the most dramatic moments brought by coincidence. That is what makes it fate. That is why, another term for fate, is timing" (Jung Hwan)


Berbicara tentang, jika bisa mengulang masa lalu, atau mungkin pengen ngelupain orang atau sesuatu di masa lalu, apakah kalian pernah merasakan posisi ini?

Sejujurnya, yak, ada di dalam bagian diriku yang paling dalam, berandai 'kalau seandainya aku dulu gini, mungkin ini', ada kata-kata yang menyelimuti diri, yang akhirnya ngebayangin kalau punya kekuatan itu wkwk. Mungkin bagi kalian yang mau move on dari seseorang? Bisa aja langsung Wushhh˜˜


Btw, itu hanya intermezo saja sih, hehe, aku udah lama ngga olahraga jari dengan nulis di blog, yah meski topiknya nggak penting-penting amat, dan juga siapa sih yang mau baca? palingan nanti aku sendiri lagi yang akan membacanya di masa depan wkwk.


Kali ini, aku mau membagikan momenku jalan-jalan di salah satu tempat di Semarang, bersama beberapa teman dari zaman kuliah, yang asalnya satu daerah. 



Btw karena aku suka bernostalgia, cocok banget kalau berkunjung ke tempat-tempat bersejarah, ngerasa lagi ngobrol sama gedung-gedung tua itu wkwkw 😂 Jadi deh, aku nyaranin tempat untuk jalan-jalan ke sini, meski kita semua udah pernah ke tempat ini (Gagasan tempat ini tercipta karena kita gagal piknik, gara-gara bawa makanan sendiri, padahal di tempat yang mau kita datangi 'Dilarang membawa makanan dari luar' wkwk 😌😁)





Reading Time:

Jumat, Maret 25, 2022

Rasan- Rasan
Maret 25, 20220 Comments

Rasan-rasan menurut telaah berdasarkan versi pengertianku, adalah sebuah istilah yang sering digunakan meski tidak sadar kita sering lakukan, eh?

Maksude piye sih? Hahaha.. 


Menyambut Bulan Ramadhan yang penuh rahmat, sudah sepatutnya kita bahagia. Lha tapi, kalau minyak goreng harganya bikin resah masyarakat, kita juga dipaksa tetap bahagia?


Nah, rasan-rasan jenis satu ini adalah salah satu contohnya. Hanya bisa merasakan, ngedumel, nggrundel, tapi gabisa apa-apa karena ga punya daya kekuatan seperti para petinggi bangsa. La wong, istri ngedumel ke bapak-bapak, uang belanja kurang, eh bapak-bapak harus gimana? Balik ngedumel ke istri kalau harus ngirit gausah pakai minyak saja? hihi . 


Aku sih, gamau lanjut bahas minyak goreng ya. Kalau kata anak jaman now, aku tuh butuh healing!!

Wes was wos, jadi gini deh, kalau keseringan lihat gaya hidup para selebriti atau selebgram yang biasa nangkring di sosial media, meski uang menipis, errr, alias kantong kering, err pengen rasanya bisa menikmati gaya hidup seperti mereka.

Kok, dari tadi ar er ar er sih!!! gajelas wis.. wis..

sumber canva
Hanya Ilustrasi 


Berlanjut ke rasan-rasan yang berikutnya, seperti kata bijak bestari, kalau sepertinya kita kok selalu ngerasa kurang ya. Hari ini makan tempe, besok ingin pecel lele, hari ini beli mobil, besok ingin ke Australi, hari ini bisa umroh, besok ingin umroh lagi. 


Yah, ga bakal menyangkal sih ya, karena manusia itu ya uniknya karena itu. Sudah tercukupi hidupnya, makan minum bisa, tapi ya pasti akan kurang. ya to?


Rasan-rasan juga bisa terjadi saat tiba-tiba kita menginginkan kehidupan orang lain, yang sepertinya lebih indah, terjadi juga pada kita. Yang lebih parah lagi, ya kalau nilai orang lain selalu saja buruk, meski kadang yang dilakukannya benar, sudah terlanjur buruk di mata kita, ngerasani diri ini luweh ditimbang liyane.


Was wes wos, rasan-rasan yang paling enak sih ya, ngerasani pemerintahan Wakanda, ga bisa ini itu, harusnya ini itu, kok gini gitu, tapi mentok kepental tembok, hehe karena ya emang sana bakal mau ngedengerin? 


 

Reading Time:

Jumat, Maret 04, 2022

 Hitung-hitungan
Maret 04, 20220 Comments
Perhitungan manusia berbeda dengan perhitungan-Nya...

Bisa dipastikan, berapa pun penghasilan manusia, jikalau tidak dapat merasakan cukup dan syukur, akan selalu kurang.  
Begitu pula, umur.. . Belum tentu umur menjadi tolak ukur kedewasaan seseorang, banyaknya amal, ataupun kebijaksanaan seseorang. 



Weleh, kok tumben sih bahas tentang ini? 


Baru- baru ini, keluarga besar menerima berita duka dari bagian keluarga kami, yang tidak ada tanda-tandanya sedikitpun, sakit pun tidak, dan yah, begitulah rahasia Tuhan, umur tidak ada yang tahu. 

Setiap kali pun, jika dihitung-hitung dan nggak akan pernah selesai untuk menghitungnya, nikmat yang diberikan setiap individu itu terlampau besar. Nikmat kesehatan yang tiada harganya pun, tidak bisa digantikan dengan apapun. 

Yang lebih dekat lagi, adalah jika mencoba menghitung kebaikan yang kita berikan vs kebaikan yang orang tua berikan. Nah, benar. Nggak akan sama sekali kita menyamai keseimbangan di bagian akhir, karena kebaikan orang tua jauuuh lebih banyak dibandingkan apapun. Kasih sayang mereka, merawat dari kecil hingga dewasa. 

Dan, dengan hitung-hitungan tersebut, manusia sepintar apapun menjadi kalah. Karena besaran satuan yang digunakan berbeda dengan kalkulator buatan manusia. 

Berbagai pembelajaran sudah selayaknya aku amalkan bukan?
Reading Time:

@way2themes