heartkokok

Jumat, Juni 17, 2022

Untuk Apa? Lebih Dekat dengan konsep IKIGAI
Juni 17, 20220 Comments



"..the view you adopt for yourself profoundly affects the way you lead your life. It can determine whether you become the person you want to be and whether you accomplish the things you value.-Carol S Dweck (Mindset)


Kamu hidup sebenarnya untuk apa? 


 i k i g a i 

[ ik - ee - guy ]  •  Japanese 
a reson for being; the things that you get up in the morning 

Tanpa melewatkan pentingnya sebuah proses, setidaknya menurutku, aku harus terus berpikir tentang tujuan atas kegiatan atau pekerjaan yang aku lakukan sekarang.. Iya kan? 

Dulu, sewaktu kecil aku mengira kalau orang dewasa dapat dengan mudah melakukan apa yang ia senangi, tanpa takut nggak ada barengan, tanpa harus mengkonfirmasi atau perlu membuktikan kepada orang lain atas apa yang dilakukannya. 



Saat keniscayaan itu muncul, ternyata kedewasaan seakan mengharuskan kepada setiap insan untuk bisa melangkah dengan sendiri, tetap tegar di tengah badai yang menerpa, meski bahagia kadang diselimuti duka. 


Secara tidak langsung, aku juga harus melatih otak dan hati untuk mencari tujuan utamaku melakukan semuanya.

Berawal dari meneguhkan niat, apakah niat sudah kubenahi?

Apakah cara yang aku lakukan untuk mencapai tujuan sudah kurangkai dengan baik?

Bagaimana jika terpaan datang, omoongan orang meracau, dan datang sesuatu yang tidak sesuai rencana?

Meski tidak harus terlalu kaku, namun jangan pula menyepelekan, karena waktu itu akan cepat berlalu, tanpa tujuan dan rencana yang jelas, tiba-tiba akan datang penyesalan di ujung, 


 ''  Buatlah musik, meski tak ada seorang pun yang mendengar. Lukislah sebuah gambar, meski tak ada seorang pun yang melihat. Tuliskan sebuah cerita singkat yang tak akan dibaca orang.  '' - Ken Mogi The Book of Ikigai

 

Bukan tidak mungkin, kita butuh sebuah validasi atas berbagai pencapaian yang sudah kita lakukan. Seperti penerimaan dan penghargaan yang kerap kita harapkan. Namun ternyata, pemikiran tersebut membuat tidak tenang, hidup jadi tidak apa adanya. 


Melalui tulisan ini, yuk diri ini renungkan.. 

 - Yap, sudah kah kamu membenahi niatmu, untuk menjadikan hidupmu bermanfaat? untuk mencari ilmu? untuk menyelaraskan kehidupanmu, atau hanya sekedar mengisi perut?

-  Apakah rencana yang kamu rakit sudah kamu laksanakan secara istiqomah, apakah masih sering tertunda?

-   Mungkinkah kamu menemukan kesulitan, dan perlu pertolongan senior, mentor, atau teman sejawat?

-  Atau jangan-jangan, kamu masih ingin sebuah tantangan yang lebih dari sekarang?


Jika suatu saat, kita menjadi lupa akan tujuan akhir hidup, cobalah berhenti sejenak,  lalu cari tahu cara untuk kembali pada jalur itu. 


Jadi, untuk apa?

Untuk sebuah kehidupan yang bermakna,

untuk sebuah perjuangan yang berharga,

untuk sebuah romantisme jiwa,

untuk sebuah pertanyaan yang akan terjawab di masa depan.


"Dan tidaklah Aku ciptakan Jin dan Manusia kecuali untuk beribadah kepadaku" (Q.S adz-Dzaariyat: '56). 




Reading Time:

Minggu, Juni 12, 2022

Time Capsul
Juni 12, 20220 Comments

Pengen dong, balik ke masa lalu!


"Time continues on. That’s why time eventually creates farewells, and it always leaves people with regrets." (Deok Sun)



Kalau punya kekuatan 'Time Traveler'' siapa sih yang nggak pengen kembali ke masa lalu, untuk mengulang masa indah yang pernah terjadi atau untuk memperbaiki kesalahan yang udah dilakukan dulu? Atau jangan-jangan mau gunain kekuatan itu untuk pergi ke masa depan, penasaran mungkin nanti kita jadi apa, nikah sama siapa? Barangkali yang mau investasi, biar melimpah hartanya di kemudian hari?





He..hee seperti di kisah film aja ngga sih ngebayanginnya! 


"Fate does not come to you at just anytime. It should happen, often at the most dramatic moments brought by coincidence. That is what makes it fate. That is why, another term for fate, is timing" (Jung Hwan)


Berbicara tentang, jika bisa mengulang masa lalu, atau mungkin pengen ngelupain orang atau sesuatu di masa lalu, apakah kalian pernah merasakan posisi ini?

Sejujurnya, yak, ada di dalam bagian diriku yang paling dalam, berandai 'kalau seandainya aku dulu gini, mungkin ini', ada kata-kata yang menyelimuti diri, yang akhirnya ngebayangin kalau punya kekuatan itu wkwk. Mungkin bagi kalian yang mau move on dari seseorang? Bisa aja langsung Wushhh˜˜


Btw, itu hanya intermezo saja sih, hehe, aku udah lama ngga olahraga jari dengan nulis di blog, yah meski topiknya nggak penting-penting amat, dan juga siapa sih yang mau baca? palingan nanti aku sendiri lagi yang akan membacanya di masa depan wkwk.


Kali ini, aku mau membagikan momenku jalan-jalan di salah satu tempat di Semarang, bersama beberapa teman dari zaman kuliah, yang asalnya satu daerah. 



Btw karena aku suka bernostalgia, cocok banget kalau berkunjung ke tempat-tempat bersejarah, ngerasa lagi ngobrol sama gedung-gedung tua itu wkwkw 😂 Jadi deh, aku nyaranin tempat untuk jalan-jalan ke sini, meski kita semua udah pernah ke tempat ini (Gagasan tempat ini tercipta karena kita gagal piknik, gara-gara bawa makanan sendiri, padahal di tempat yang mau kita datangi 'Dilarang membawa makanan dari luar' wkwk 😌😁)





Reading Time:

Jumat, Maret 25, 2022

Rasan- Rasan
Maret 25, 20220 Comments

Rasan-rasan menurut telaah berdasarkan versi pengertianku, adalah sebuah istilah yang sering digunakan meski tidak sadar kita sering lakukan, eh?

Maksude piye sih? Hahaha.. 


Menyambut Bulan Ramadhan yang penuh rahmat, sudah sepatutnya kita bahagia. Lha tapi, kalau minyak goreng harganya bikin resah masyarakat, kita juga dipaksa tetap bahagia?


Nah, rasan-rasan jenis satu ini adalah salah satu contohnya. Hanya bisa merasakan, ngedumel, nggrundel, tapi gabisa apa-apa karena ga punya daya kekuatan seperti para petinggi bangsa. La wong, istri ngedumel ke bapak-bapak, uang belanja kurang, eh bapak-bapak harus gimana? Balik ngedumel ke istri kalau harus ngirit gausah pakai minyak saja? hihi . 


Aku sih, gamau lanjut bahas minyak goreng ya. Kalau kata anak jaman now, aku tuh butuh healing!!

Wes was wos, jadi gini deh, kalau keseringan lihat gaya hidup para selebriti atau selebgram yang biasa nangkring di sosial media, meski uang menipis, errr, alias kantong kering, err pengen rasanya bisa menikmati gaya hidup seperti mereka.

Kok, dari tadi ar er ar er sih!!! gajelas wis.. wis..

sumber canva
Hanya Ilustrasi 


Berlanjut ke rasan-rasan yang berikutnya, seperti kata bijak bestari, kalau sepertinya kita kok selalu ngerasa kurang ya. Hari ini makan tempe, besok ingin pecel lele, hari ini beli mobil, besok ingin ke Australi, hari ini bisa umroh, besok ingin umroh lagi. 


Yah, ga bakal menyangkal sih ya, karena manusia itu ya uniknya karena itu. Sudah tercukupi hidupnya, makan minum bisa, tapi ya pasti akan kurang. ya to?


Rasan-rasan juga bisa terjadi saat tiba-tiba kita menginginkan kehidupan orang lain, yang sepertinya lebih indah, terjadi juga pada kita. Yang lebih parah lagi, ya kalau nilai orang lain selalu saja buruk, meski kadang yang dilakukannya benar, sudah terlanjur buruk di mata kita, ngerasani diri ini luweh ditimbang liyane.


Was wes wos, rasan-rasan yang paling enak sih ya, ngerasani pemerintahan Wakanda, ga bisa ini itu, harusnya ini itu, kok gini gitu, tapi mentok kepental tembok, hehe karena ya emang sana bakal mau ngedengerin? 


 

Reading Time:

Jumat, Maret 04, 2022

 Hitung-hitungan
Maret 04, 20220 Comments
Perhitungan manusia berbeda dengan perhitungan-Nya...

Bisa dipastikan, berapa pun penghasilan manusia, jikalau tidak dapat merasakan cukup dan syukur, akan selalu kurang.  
Begitu pula, umur.. . Belum tentu umur menjadi tolak ukur kedewasaan seseorang, banyaknya amal, ataupun kebijaksanaan seseorang. 



Weleh, kok tumben sih bahas tentang ini? 


Baru- baru ini, keluarga besar menerima berita duka dari bagian keluarga kami, yang tidak ada tanda-tandanya sedikitpun, sakit pun tidak, dan yah, begitulah rahasia Tuhan, umur tidak ada yang tahu. 

Setiap kali pun, jika dihitung-hitung dan nggak akan pernah selesai untuk menghitungnya, nikmat yang diberikan setiap individu itu terlampau besar. Nikmat kesehatan yang tiada harganya pun, tidak bisa digantikan dengan apapun. 

Yang lebih dekat lagi, adalah jika mencoba menghitung kebaikan yang kita berikan vs kebaikan yang orang tua berikan. Nah, benar. Nggak akan sama sekali kita menyamai keseimbangan di bagian akhir, karena kebaikan orang tua jauuuh lebih banyak dibandingkan apapun. Kasih sayang mereka, merawat dari kecil hingga dewasa. 

Dan, dengan hitung-hitungan tersebut, manusia sepintar apapun menjadi kalah. Karena besaran satuan yang digunakan berbeda dengan kalkulator buatan manusia. 

Berbagai pembelajaran sudah selayaknya aku amalkan bukan?
Reading Time:

Selasa, Februari 15, 2022

Kejadian Konyol: Salah Masuk
Februari 15, 20220 Comments

Di suatu pagi yang cerah, aku sangat PeDe untuk datang ke sekolah untuk melaksanakan ujian. Waktu itu, aku duduk di bangku SMP. 

Hari ini tiba saatnya ujian semester IPS, meski banyak sekali hapalannya, jauh-jauh hari kita sudah dibekali oleh guru pembimbing materi yang sekiranya akan keluar pada saat ujian. Hari itu, aku duduk deretan paling pojok, berhadapan dengan meja guru, tiga baris dari depan bersebalahan dengan kakak tingkat. 


Sekolah kami menerapkan pengacakan kelas dan rekan duduk setiap mengadakan ujian guna mengurangi kecurangan. Sehingga kelas yang digunakan bukan kelas masing-masing dan rekan sebangku bisa jadi beda angkatan dengan kita. Dengan sangat santai dan cepat, aku kerjakan semua soal-soal yang aku sudah paham betul, he.. he.. Meski banyak, aku seperti sudah pernah baca semuanya, kok. Gampanglah!!


Saat itu, hanya selang tiga puluh menit dari waktu pembagian soal, sedangkan waktu yang diberikan untuk menjawab pelajaran ini adalah satu setengah jam. Dengan sombongnya, aku menyudahi pekerjaanku, dan sudah yakin betul akan jawaban yang aku pilih. 

Untuk sekedar mengisi waktu, aku bergegas untuk izin ke toilet. Jalan demi jalan aku susuri, mulai dari izin ke pengawas ujian, hingga keluar dari kelas yang aku gunakan untuk ujian. 






 

Setelah keluar dari toilet untuk buang air, aku bergegas kembali ke kelas ujian dengan berjalan sangat pelan. Lalu dengan sangat santai, aku masuk ke ujung pintu dan izin untuk masuk. 

Tanpa rasa bersalah, aku berjalan hingga ke kursi duduk tempat terakhir aku mengerjakan ujian. 


  Baca juga : Tragedi Sebuah Bunyi Klakson


Dengan sangat kaget dalam hati aku menjerit, '' Lho, kok, bangkuku ada orangnya!''. Lantas, aku refleks menoleh ke kanan dan ke kiri serta melihat seluruh ruangan dan sadar , ''Maaf bu, saya salah masuk kelas,''

Langsung saja seisi kelas itu dengan keras menetertawakanku. Aku pun izin keluar ruangan, lalu mencari letak kelasku. Ternyata, aku hanya salah satu kelas, kelas yang harusnya aku masuki tadi tepat di sebelahnya.


Setelah ujian selesai, secara tiba-tiba aku harus bergaya seperti artis yang tidak tahu malu, wkwkwk. Tapi sebenarnya ulat maluku baru saja sudah terputus dan merasakan kesombonganku sesungguhnya memakan diriku. 

Dengan tetap santai dan tidak merasa melakukan kesalahan, setiap kali ada orang yang menanyakanku, aku hanya menjawab, 'hehe salah masuk kelas,''

Reading Time:

Minggu, Februari 06, 2022

A Quarter Life
Februari 06, 20220 Comments

Sering banget denger istilah 'Quarter Life Crisis', sebenarnya apa sih maknanya?


Selamat datang di kehidupan menuju dewasa yang sesungguhnya. Umur yang matang, karir yang cemerlang, percintaan yang sehat, punya kendaran, mulai cicil rumah!

Duh apaantuh?

Wkwkwk.


Serentetan standar hidup yang diciptakan oleh manusia itu sendiri menjadi patokan kesuksesan, yaa bagi kita yang masuk di usia 25-tahun. Banyak yang sambat, kalau gak tahan dengan semua pencapaian yang mesti diraih jika sudah memasuki usia ini. Padahal kan, tahu sendiri yee kalau NGGAK SEMUA SAMA!

Jalan hidup orang, tentulah berbeda. Kalau mau dibuat standarnya, nggak bakal bisa. Yaaa walau berarti kita bisa dong punya target sendiri, inget ya untuk diri sendiri kalau ingin meraih suatu hal di umur tertentu. 



Hukum itu nggak berlaku untuk semua individu. Pasalnya, kan kita ngga tahu tuh jalan yang dilalui oleh orang-orang yang sudah meraih banyak prestasi di usia mereka. 

Hihi.. sebenarnya sih ini ngingetin diri sendiri yak kalau, Kita punya jalan masing-masing. We have our own paths. Gaperlu lagi peduli dengan pencapaian orang lain, tapi lebih memaksimalkan kehidupan kita. Cielah... 

Yaa.. begitulah, kadang impian-impian yang selama ini kita telah rajut, terkadang perlu disimpan untuk sementara waktu. 

Jadi, pesanku untuk diri sendiri di suatu umur yang cukup matang adalah, fokus ke perkembangan diri!

Dengan mimpi yang dirajut setiap hari (pantesan ngantuk mulu wkwk), dan kerjaan yang sudah dilakukan tiap hari (capek ah), ubah mindset untuk membuat semua terjadwal dengan baik, rencanakan target beberapa bulan ke depan hingga beberapa tahun ke depan, serta tetap santai yuhu .....


xixi, yok ndak boleh males yok! bisa yok!









Reading Time:

Rabu, Januari 19, 2022

Tidak Semuanya Perlu Diungkapkan
Januari 19, 20220 Comments

Tidak semua hal perlu diungkapkan. 

Haiii 2022. 

Sudah lebih dari separuh bulan, menjalani hari di tahun baru ini. Rasanya kok gitu aja ya? Hehe

Beneran, rasa pahit dan manis yang di alami selama 2021 kini tergantikan dengan lembaran baru. Biarkan pekerjaan rumah maupun harapan yang tertunda kita rakit kembali di tahun ini. Semoga yaa terlaksanakan. 


Jadi, pelajaran apa sih yang paling berkesan di tahun 2021? 


Kalau aku pribadi, salah satunya sangat memaknai arti ngga papa, ga semuanya perlu diungkapkan. 


Meski sering terjebak dalam hal, gada salahnya buat didiskusikan, diobrolkan dulu agar lebih jelas, tapi ternyata kita juga sering terjebak, di saat sebenernya suatu hal jadi lebih mudah lho jika kita ga ngasih tau ke siapa-siapa. 


Memang perlu pandai dalam memposisikan diri untuk bisa menyaring informasi yang masuk maupun yang keluar dari diri kita. Terlebih lagi jika hal tersebut menyangkut urusan nama baik diri maupun orang tersebut. 


Well, ngomong-ngomong soal itu, kan banyak tuh kejadian yang di sorot media mengenai kasus pencemaran nama baik atau UU ITE. Padahal kan, kalau ga gitu bukannya kejahatan ga akan terungkap? 


Hihi.. duh berat ah aku gamau ngomongin yang berat-berat. Ribet juga yaa urusan di negara Wakanda ini (aku lihat komen netizen wkwk). 


Menyangkut hal pribadi, gak ngungkapin sesuatu itu bisa jadi menahan untuk gak sembarangan cerita ke sosial media. Aku sadar, jejak digital itu sulit sekali dihapus. Bisa jadi karena kita nggak 'ngeh' atau sudah ngehapus ternyata masih bisa terlacak, bahkan 'ada yang merasa tersindir' atas ucapan kita di sosial media, padahal nih yaa kita nggak ngomongin mereka atau berusaha menyindir orang-orang tertentu.. hehe ribet juga ya nak milenial ini. 


Begitulah, memang ada beberapa hal yang tidak perlu diungkapkan. Dalam kehidupan nyata juga bisa terjadi seperti itu. 

Memang agak berat ya untuk dapat menjadi pandai dalam penempatan diri agar bisa menyaring mana yang bisa kita ceritain mana yang tidak. Apalagi memilih mana orang yang kita percayai untuk diceritakan atau tidak. 


Yaa benar, hati-hati. Walau kita perlu untuk menceritakan sesuatu hal, agar bisa lebih 'plong' tentu kita juga harus bisa lebih berhati-hati dalam bercerita,


Btw, aku juga harus hati-hati yaa, kan blog juga bisa jadi jejak digital. Hihihi . 


Oh ya, semoga di tahun 2022 mindset yang aku punya tetap positif, bisa menata dengan baik rencana-rencana yang ingin aku laksanakan di tahu ini, tentunya juga harus lebih cermat, aamiin. 


Kalau harapanmu di tahun ini apa? 


Reading Time:

Senin, Desember 27, 2021

Perfect with Imperfections
Desember 27, 20210 Comments

 "You're perfect with your imperfections"


Ketika melihat huru-hara kehidupan, hingar-bingar kota, wara-wiri media, huh.. akan banyak kesempurnaan yang seakan-akan hinggap di diri orang. Yap, bukan di diri sendiri, yang kurang ini itu, yang belum bisa ini itu, yang nggak sanggup ini itu.


 




Seperti pepatah jawa yang sering kudengar, "Urip iku Mung Sawang-Sinawang", jelas pasti bahwa seringkali kita merasa bahwa rumput tetangga lebih hijau dari rumput di rumah sendiri. 

Bahwa, kok sempurna banget sih hidupnya? 


Hehe.. Sedikit menyinggung epilog drama Webtoon yang kubaca, Joyful Delight, dari sana aku mencoba mengambil hikmah, bahwa ketidaksempurnaan selalu dimiliki tiap orang, jika mencari yang sempurna, yaa tidak akan pernah ketemu, dan begitulah hingga Joy kembali menerima Aydan. Dia memang tidak sempurna, tapi termasuk orang yang baik kepadanya, kepada keluarga dia sendiri, dan yang terpenting adalah setia. 


Kembali lagi mengenai, pemikiran yang sejatinya bisa kuubah, mengenai nasib, mengenai usaha, dan mengenai keikhlasan dalam diri. Fokus kepada diri menjadi hal yang tersulit untuk saat ini. Agar memiliki niat yang jelas untuk terus tumbuh, untuk menjadi salah satu bintang yang bersinar, dan yang penting untuk membuat lingkungan sekitar memiliki semangat yang sama akan keberhasilan. 


Benar adanya, ketidaksempurnaan diri terkadang menjadi penghalang, kadangpula menjadi sebuah penerimaan, seperti "ada baiknya juga yaa aku gabisa ini, aku ga terjun ke dunia ini, karena sepertinya tidak cocok dengan prinsipku".. 


Dan seperti itu, keluarga yang kita miliki, tidak bisa kita pilih.

Semua memiliki sisi baik dan sisi buruk masing-masing, yang menurutku bisa kita jadikan pilihan adalah 

 '' Bagaimana kita menjadikan keluarga sebagai semangat hidup, sebagai tempat untuk berbagi, sebagai tempat untuk pulang. '' 


Seperti nantinya, teman, pasangan, tetangga, yang memilki keunikannya sendiri, yang selalu mengajarkan untuk saling berbagi dan saling menolong. 


Siapa sangka, ketidaksempurnaan mu adalah sebuah kesempurnaan yang dianugerahkan Tuhan kepadamu. 





Reading Time:

Selasa, November 09, 2021

Meski Pelan
November 09, 20210 Comments
Jelaskan, pada rasa hampa yang hambar. Bangkitkan lagi jiwa-jiwa yang penuh akan tanda tanya. Aku berhenti, tatkala semuanya masih samar. Aku, hilang. 

Bersama kenangan, anganku bercampur aduk. Aku rasa, kenyamanan itu hanya semu. Memenuhi degup jantung, yang hilang oleh bayang-bayang. 


Kali ini, cukupkanlah basa-basi itu. Meski basa, tapi terasa asam. Perlahan, hanya menggerogoti harapan. Yang kemudian sirna ditelan malam. 

Aku sudah berbeda, tak seperti sedia kala. Yang menganggap hadirmu anugerah. Yang menjadikan derai-derai janjimu bersimbah di tubuhku
 

Rasa itu mulai meredam. Beginilah memang yang kuharapkan. Perlahan-lahan, penuh kehati-hatian. Karena dengan ini aku tak menampik, aku tak menyangkal. Tapi ku coba tuk menerima. 





Mungkin, lembaran-lembaran pada diri yang penuh tinta hitam akan dirimu, aku cukupkan. Akan kubuka lagi yang baru. Mungkin, dengan goresan yang pelan, dengan tinta yang berbeda, dengan jiwa yang lebih tenang. 

Meski lamban, kuharap tinta itu tak lekang oleh zaman. Oleh peradaban yang bergerak sangat cepat. Oleh rasa yang berujung sengsara. 

Kebahagiaan itu, terasa seperti udara. Tenang, tidak terlihat, namun terasa. Dan dengan kesadaran, kebahagiaan menjadi lebih bernyawa. 

Sampai detik ini, meski pelan, aku tetap bertahan. 
Reading Time:

Minggu, November 07, 2021

Belum
November 07, 20210 Comments

Aku telah melewati batas arah yang jauh

Telah lama mengintai 

Dari balik bola mata

Yang redup


Angan-angan untuk bertemu

Tidak cukup memanggil

Sosok dirimu

Yang tersembunyi


Rindu tak berperasa

Telah menyelimuti 

Gelora diri

Yang sepi


Aku dan kamu

Adalah sebuah nada tanpa senandung 

Sebuah cerita tanpa kisah

Sebuah takdir yang belum menyatu


















Reading Time:

Jumat, November 05, 2021

Time is Relative; Learning from Einstein
November 05, 20210 Comments
Ingin sedikit membahas mengenai Teori Einstein yang menyebutkan tentang Relativitas Waktu. 


Waktu itu.. relatif. 


Pada teorinya, yakni 'Special Theory of Relativity', Einstein mengungkapkan bahwa waktu itu relatif. Dengan kata lain seberapa cepat waktu berlalu bergantung pada kerangka acuan yang kita pakai atau 'your frame of reference'


Aku juga tertarik dengan konsep ini, 
"One person's past could theoretically be another's future--which is why Einstein described the past, present and future as "persistent illusions."


Apakah benar seperti itu? Apakah seperti saat ketika terkadang kita merasa waktu berlalu begitu cepat atau terkadang berjalan begitu lambat? 


Kalau begitu sih, bisa jadi memang waktu itu relatif. 


Sederhananya yaa seperti itu tadi. Kalau ribetnya mungkin yaa seperti perbedaan waktu di bumi dan di antara planet-planet lain. Hahaha banyak kok film yang sudah membahasnya, seperti Interstellar

Nah, kalau yang sering dirasain, sih semacam kalau lagi seneng kok tiba-tiba udah sore aja ya.. sedangkan kalau lagi bosan, jenuh, atau khawatir...eh kok lama banget ya ga selesai-selesai.. hehe. Termasuk kalau lagi berduaan sama seseorang yg disukai kok ga kerasa ya.. wkwk yaa seperti itulah. 





Dan benar saja, teori Einstein yang sederhana sering didapati dalam kehidupan sehari-hari. Kalau dipikir-pikir, 5 tahun itu lama banget, ada 2.825 hari. Tapi saat dijalani, ih udah gedhe aja ya.. eh udah lulus aja ya. Gak kerasa!  Padahal kan, emang lama. Tak terhitung manis pahitnya kehidupan sehari-hari yang kita jalani selama 5 tahun itu. 


"..And once the storm is over, you won't  remember how you made it through, how you managed to survive. You won't even be sure, whether the storm is really over. But one thing is certain. When you come out of the storm, you won't be the same person who walked in. That's what this storm's all about. "- Haruka Marumi


Jadi, menurut hematku kepada diri sendiri adalah....
Kehidupan akan terus berjalan. Susah ya jangan lama-lama dirasakan. Senang ya secukupnya. Tapi harus bersyukur setiap hari, dong! 
Sedikit motivasi kepada diri sih, jika apabila di suatu hari terdapat kesulitan, sesungguhnya di kemudian hari akan mendapatkan kemudahan. Begitu juga saat suatu hari merasa sedih, tenang, hari akan berganti. Esok semoga akan lebih baik lagi. 


Ehm.. nanti kita cerita ya, tentang hari besok yang lebih baik. (⁠◕⁠ᴗ⁠◕⁠✿⁠)

Reading Time:

Senin, Oktober 25, 2021

Kini ia Berdamai dengan Waktu
Oktober 25, 20210 Comments
Gajah di pelupuk mata tidak terlihat, semut di seberang pantai nampak jelas


Lagi-lagi, sangat sulit untuk melihat kesalahan diri sendiri. Sebagai akibatnya, kadang gemar menemukan kesalahan orang lain, namun tidak sadar kesalahan yang sering dilakukan. 


Sangat benar sekali. 


Dahulu kala, Si Rubah mencari ilmu di negeri seberang. Waktu bersama keluarga menjadi  berkurang. Hanya saat liburan saja, ia sempat pulang barang sebentar. 


Kalender selalu dilihatnya, menjelang hari kepulangan. Tanda silang ia sematkan sebagai tanda mendekati tanggal yang telah ia lingkari. Semakin lama tanda silang tersebut menjadi semakin dekat. Pertanda kepulangannya ke tempat kelahiran pun semakin dekat. 


Ia sangat gembira. Hari-harinya selalu ia lewat dengan penuh semangat, terlebih menjelang hari itu tiba. Berbagai tempat ia singgahi bersama kawannya, yang sebentar lagi akan berpisah sepanjang liburan. 


Hari itu tiba. Semua barang telah dikemas. Tampaknya hanya beberapa lembar pakaian serta sedikit oleh-oleh, jika ada yang perlu dibawanya. Tiket sudah ditangan, waktunya bersiap menuju stasiun. 


Rasa senang menghirup bau tanah kelahiran terlihat dari raut wajahnya. Perjumpaannya dengan sanak saudara serta ketentraman desa yang akan ia dapat menjadi bara semangat tersendiri. 

Nampaknya, kesenangannya hanya sekejap. Selanjutnya ia lupa dengan sesuatu yang dihadapnya. Bangga benar ia nampak asyik berbincang dengan jari-jarinya, sedang asyik berkabar dengan mereka yang jauh di sana. Sesekali melihat para selebriti dengan gaya hidupnya. Seseringkali melihat aktivitas temannya yang ia tak dapati di rumah. 

Detik berganti menit, menit berganti jam, hari berganti minggu. Tak terasa Si Rubah telah menghabiskan waktu liburnya. Tersisa beberapa jam menjelang waktu kepergiannya kembali ke tanah rantau. 


Ia menjadi panik. Seakan waktu telah memakan habis dirinya. Tak sempat ia bersenda gurau dengan kakek neneknya. Bermain-main dengan saudara-saudaranya. Tak gunakan waktupun untuk sekedar membuatkan kopi ayahnya. 


Namun, ia kalah. Waktu telah memberangusnya. Mengembalikan ia menyeberangi ke negeri sana. Membawanya kembali jauh dari rumah. 



Liburan demi liburan terlewat dengan sendirinya. Ia selalu ingin menjadi lebih baik, namun tekadnya selalu kalah oleh waktu. Ia pun kembali termakan oleh waktu. 

Pulang tercampur aduk oleh pergi. Pulang terasa seperti pergi. Pergi serasa seperti pulang. 


Suatu ketika, waktu memberikannya kesempatan yang lebih baik. Waktu masih kenyang. Waktu memberikannya harapan. 


Ia pun menjadi lebih tersadar. Bahwa bukanlah waktu yang memakannya. Ia sendirilah yang menceburkan diri kepada waktu. Ia lupa oleh waktu. 


Meski berjalan lebih lambat, ia berusaha berkompromi dengan waktu. Ia sedikit demi sedikit menjadi mawas dengan sekitar. Menjadi lebih dekat dengan keluarganya. Keluarga yang selalu menerima. Keluarga yang sempurna dengan ketidaksempurnaannya. 


Ia pun bersyukur, kepahitan yang diterimanya menjadi kesempatan yang baik untuk menebus kesalahannya. 


Sekarang terdengar tawanya bersama kakek neneknya. Terdengar gaduhnya bersama saudara-saudarnya. Terdengar harum kopi dan pisang goreng bersama ayah ibunya. 


Kini, ia berusaha memeluk waktu. Terlihat berjalan lambat namun terus bergerak maju sesuai kemampuannya. 


Kini, ia berdamai dengan waktu. 







Reading Time:
Berfilosofi
Oktober 25, 20210 Comments
Mengumbar manisnya janji palsu, merangkai berbagai kata, yang indah tiada tara.. 
Janji.. janji.. janji lagi. Mungkin kamu menjadi salah satu orang yang sering termakan janji palsu? Atau obralan janji manis wakil rakyat? 

Duh.. duh duh.. bikin diabetes saja deh!  Hi..hi..hi


Permainan kata saat berfilosofi dengan diri sendiri, mungkin bisa lebih manis dari itu. Ya, kan ada benarnya, minimal untuk kedamaian pikiran kita saat itu, meski terkadang banyak salahnya sih. 

Berfilosofi mungkin sebagian besar dianggap sebagai rangkaian kata berkepanjangan yang tiada habisnya. Ruwet, mbulet, seperti benang kusut. 

Awalnya aku belum menyadari, kata-kata yang tiba-tiba saja muncul dalam benak, terus mengalir bagaikan air. Tak terhenti hingga pada suatu titik yang memuaskan hati. 

Benar adanya bahwa, kata-kata manis tak ubahnya wacana, jika tidak diwujudkan. 






Bagi orang yang notabennya gemar berpikir, hal tersebut sangatlah wajar. Mengumbar kata-kata lewat tulisan, yang mungkin tidak dimengerti oleh sebagian orang. Bahkan hanya dimengerti oleh diri sendiri. 

Namun, pikiran yang semrawut perlu dibantu untuk dirapikan. Baik dan buruknya tergantung olahan kata yang dipergunakan. Membaca menjadi suatu alat untuk mengasah kepiawaian penggunakan diksi yang tepat. Lebih lanjut, beragam kisah dan makna yang tersurat dan tersirat menjadi bahan bakar untuk perdebatan dengan kata-kata yang terpendam itu. Berharap, makin hari menjadi makin bijak. 

Mencari kesimpulan saat berfilosofi rupanya sulit. Semakin digali, semakin dalam. 

Perlu adanya tanda henti untuk memaksa pikiran itu tidak bertambah liar, meski sebelumnya perlu ditambahi tanda koma. Seperti adanya pengingat, bahwa di dunia ini ada sebuah misteri yang dimiliki dan diatur oleh Sang Maha Pengatur. 

Bagiku, mengisi kertas putih dengan tinta hitam tetaplah penting. Sebagai pelepas penat, sebagai pelipur lara, sebagai media penyalur kata-kata yang tidak terbendung. 

Semoga menjadi bijak bestari.. bukan malah menyombongkan diri. 



Reading Time:

Sabtu, Oktober 09, 2021

Apakah Gapapa Menjadi Biasa Saja?
Oktober 09, 20210 Comments

Menjadi bermanfaat tanpa harus menjadi terkenal, bisa gak sih?


Mungkin ada banyak orang yang tertarik untuk menjalani kehidupan penuh dengan pengikut atau follower di media sosial. Karena dirasa orang yang memiliki banyak pengikut dapat dengan mudah menjadi orang yang berpengaruh. Menjadi orang yang dikenal sebagai influencer. Sehingga mudah sekali untuk dikenal oleh banyak orang, diikuti gaya hidupnya, gaya berpaikannya, gaya perawatan tubuhnya, dan banyak hal lain yang mungkin lebih privat, seperti pula gayanya dalam beragama, err meski sih dalam beragama tidak nampak ya dari luar. 


Namun, aku pikir tidak perlu ya semua orang menjadi seperti itu. Nanti, kalau semua orang terkenal siapa dong yang nonton hehe. 

Menjadi generasi yang melewati masa perkembangan zaman, yang merasakan perkembangan teknologi begitu cepat, yaa memang harus diakui sih kalau media sosial memberi pengaruh yang signifikan bagi kehidupan. Kita pun dapat memanfaatkan media sosial sebagai hal yang bermanfaat bagi hobi, usaha, ataupun pendidikan. 

Dan menjadi manusia, seringkali dihampiri pikiran untuk menjadi manusia yang bermanfaat. Ya kan begitu?




Dan disadari pula, ada beberapa celah yang masih bisa digunakan oleh siapa saja yang masih ingin menjadi bermanfaat tanpa harus menjadi terkenal. 


Teruslah berbuat baik, karena siapa tahu kebaikan itu bisa menjadi salah satu cahaya di kehidupan kita. 


Selalu saja ada jalan untuk memberikan kontribusi bagi masyarakat. Bantuan tersebut bisa kita sesuaikan dengan kemampuan. Karena bantuan sekecil apapun itu, aku yakin akan berarti jika melakukannya dengan tulus. 


Banyak artis terkenal yang juga melakukan kegiatan amal secara tertutup, dalam artian tidak diumbar-umbar. Meski publik tidak tahu, dan mereka tidak ingin juga, tetap melakukan kebaikan. Wah, jadi bisa juga ya bantuan kecil itu bisa tetap kita lakukan. 


Banyak juga para aktivis lingkungan, para pengajar, memberikan dedikasinya yang tinggi terhadap apa yang dilakukannya. Meski telah berkali-kali dilupakan, telah berkali-kali ditendang, tetap tidak patah semangat. 


Meski saat ini, wahai diri, bahkan saat tidak memiliki apapun, tetap berbuat kebaikan. Lihatlah sekitar, tidak usah terlalu jauh. Mungkin tenaga kita diperlukan untuk membantu mengajari beberapa anak tetangga dalam pelajaran, mungkin butuh bantuanmu dalam meminjamkan buku, mungkin perlu didengarkan. 

Kebaikan itu ada dimana-mana. Banyak orang baik, tapi dunia perlu lebih banyak lagi orang baik. 


Reading Time:

Senin, Oktober 04, 2021

Lo Sirik Gue Tambah Baik
Oktober 04, 20210 Comments

Kebaikan itu seperti pesawat terbang. Jendela-jendela bergetar, layar teve bergoyang, telepon genggam terinduksi saat pesawat itu lewat. Kebaikan merambat tanpa mengenal batas. Bagai garpu tala yang beresonansi, kebaikan menyebar dengan cepat. Tere Liye (Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin)


Sebetulnya, pernyataan yang aku buat judul "Lo Sirik Gue Tambah Baik" kutemukan dari tulisan Truk yang lewat beberapa waktu lalu. Lagi-lagi, truk memang sering sih jadi inspirasiku dalam hidup. Hahaha.. bahkan memang tulisan yang ada di badan atau ekor truk seringkali viral di sosial media.

Lantas, kenapa ya langsung membuat aku berpikir.? Bisa jadi karena pernyataan tersebut hampir mirip dengan buku yang sedang aku baca kala itu, dan aku sudah menyelesaikannya tentu. Judulnya "Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin" karya Tere Liye. 

Sudah lama aku menjadi penikmat buku-buku karya Tere Liye. Selain bahasanya yang mudah dipahami namun tetap sopan, dan memegang kaidah bahasa tentunya, ceritanya unik dan selalu membuat ketagihan. 

Kalau sedang mencari novel berjenis romansa, buku ini sepertinya cocok deh. Alurnya yang maju-mundur terkesan rapi dan mudah dipahami. Saat membaca pun kita ikut merasakan emosi yang dimiliki oleh Tania, tokoh utama. Tentang perasaannya kepada malaikatnya, Kak Danar, tentang paradoks yang dialaminya, tentang persahabatannya, dan semua hal yang penulis suguhkan, serasa menjadi bagian dalam diri. 

Hinga pada akhir cerita, perasaanku ikut sedih, ikut menangisi kejadian yang membuat Tania memiliki puncak rasanya, bahkan ketika tidak digambarkan bahwa Kak Danar mengungkapkan perasaannya secara tersurat, aku tahu benar perasaan keduanya dari awal.

Beragam jenis kejadian yang dialami para tokoh menggerus emosi. Rasa cinta yang berharga, bahkan ketika kita tidak memintanya, tiba-tiba ada. Namun, ketika semua itu tidak seperti yang diimpikan, ditinggal pergi oleh orang terkasih, tidak dapat memiliki apa yang dicintai. 

Tapi, seperti judulnya, bahwa seperti daun itu ketika jatuh, tak ada yang perlu disesali. Tak ada yang perlu ditakuti. Biarkan dia jatuh sebagaimana mestinya. Biarkan angin merengkuhnya, membawanya pergi entah ke mana. (Hal 197)

Bahwa hidup harus menerima.. Bahwa hidup harus mengerti.. Bahwa hidup harus memahami.. Tak peduli lewat apa, penerimaan, pengertian, dan pemahaman itu datang. Tak masalah meski lewat kejadian yang sedih dan menyakitkan. 

Bahwa, kadang kejahatan tidak lebih baik dibalas dengan kejahatan lagi. 














 

Reading Time:

@way2themes