heartkokok

Jumat, Januari 01, 2021

Saat yang Tidak Ditampakkan Terlihat
Januari 01, 20210 Comments

 Ada suatu saat. 

Lemari tempat ia menyimpan segala pikirannya, ternyata tidak benar-benar rahasia. 

Lemari itu, ternyata memiliki kapasitas terbatas. 

Pada lemari itu, terdapat lubang-lubang, yang memungkinkan serangga apapun bisa masuk. Dan dapat merusak apa yang ada di dalamnya. 

Lemari itu ternyata, tetap menampakkan sisinya yang disembunyikan dengan rapat. Segelnya sebenarnya bukan tak kuat, hanya saja kurang mampu untuk menahan kapasitas yang berlebih itu. 

Alhasil, apa yang dirasa telah disimpannya dengan baik. Perlahan terkuakkan satu persatu. Meski begitu, ternyata ia tak begitu menyadarinya. Sebelum ia tanyakan sendiri bagaimana orang lain melihat keadaannya, bagaimana cara dia selama ini, yang dikira sudah pandai menyimpan, ternyata salah, dia tidak cukup baik menyimpannya. 

Ada kejanggalan yang dicurigai. Sesuatu itu memang disimpan dengan rapat. Namun, semakin ia mencoba untuk tidak memperlihatkannya, semakin itu terkuak. Terlihat samar-samar, namun menampakkan perasaannya dengan sendirinya.

Novel Jemput Terbawa- Pinto Anugrah


Lemari ternyata salah. 

Kata Si Kunci "Kamu tidak salah, kamu sudah mencoba yang terbaik. Namun, tidak ada yang tahu bagaimana perasaan itu bisa berubah seperti apa dan itu adalah hal yang wajar."

"Jadi, kamu ga perlu merasa bersalah. Itu di luar batas kemampuanmu, tentang bagaimana orang lain menyikapi itu. Kamu pun berhak bahagia," lanjut Si Kunci. 

Lemari, ia tersadar akan suatu hal. Benar, selama ini ia begitu memberatkan dirinya sendiri. Perasaannya, benar-benar di luar kendalinya. 

Namun, kendali diri masih dapat dikuasi. Tentang bagaimana ia perlu menyikapi tentang perasaan yang ada dalam dirinya tersebut. Ia perlu menatanya, sehingga tidak ada luka. Ehm, bukan tidak ada luka. Karena pasti akan timbul luka, entah itu secara cepat atau lambat. Namun, lebih ke, bagaimana menyikapi dengan benar, mengusahakan sebisanya agar semua pihak tidak terluka. Agar, ia pun tahu. Bagiamana agar perasaan itu, mau dipupuk, atau dibiarkan hanyut oleh hujan. 

Kita, hanya melihat saja. Sejauh mana perasaan itu bertahan seiring berjalannya waktu. Sejauh mana, kesempatan, tentang dia dan dirinya, yang mengusahakan atau tidak mengusahakannya, dan saat 'saling' menjadi kata yang paling ditunggu. 



Reading Time:

Kamis, Desember 31, 2020

Cara Mencintai
Desember 31, 20200 Comments

 'Bukan fokus pada objeknya, tapi lebih fokus pada caranya'


Kata itu yang aku dapatkan setelah membaca konten di islami.co. Tentang mencintai. Adalah cinta yang merupakan topik yang tiada habisnya untuk dibahas. Adalah cinta yang membuat segalanya indah. Adalah cinta yang selalu memiliki misteri dan ceritanya masing-masing. 


Selama ini, terkadang kita disibukkan dengan mencari siapa yang dicinta. Namun, kadang lupa bahwa ada hal yang penting dalam itu, yakni tentang cara mencintai.


Ada rasa cinta yang membuat kita berharap lebih pada objek yang kita cintai tersebut. Dan, rasa sedih dan kecewa yang akan menjadi ujung dari cerita itu. Karena apa yang kita harapkan, apabila itu terlalu tinggi, dapat membuat kita merasakan luka. 


Ada rasa cinta yang membuat kita mengoleksi segala pernak-pernik objek yang kita cintai tersebut. Kita pun menjadi senang, apapun kita lakukan. Dan, ujung dari itu adalah kita takut kehilangan atas apa yang selama ini dapat kita genggam. 


Ada rasa cinta yang membutakan. Membuat kita patuh terhadap apapun. Tunduk pada apapun. Atau rela melakukan apapun atas nama cinta. Sampai-sampai kita tidak tahu batas yang wajar hingga akhirnya menyiksa diri, demi kebahagiaan yang kita cintai. 

Lalu, bukankah itu hal yang wajar. Sesuatu yang lazim. Sesuatu yang dengan mudah dapat kita temukan di kehidupan sehari-hari?

Yaa, benar sekali. Memang, ada hal-hal yang belum sempat kita renungkan, namun kita melakukannya seakan itu sudah menjadi hal wajar, sesuatu yang biasa saja untuk dilakukan. 

Aku pun, merasakan hal yang sama. Merasakan bagaimana fokus terhadap objek, namun lupa akan cara yang tepat untuk mencintai. Padahal, diibaratkan, kalau kita ingin menjadi seorang master chef, kita harus tahu cara memasaknya dulu bukan?


Lagi-lagi menjadi hal yang sulit, untuk mengetahui cara yang tepat mencintai. Mungkinkah dapat dimulai dengan bagaimana kita ikhlas dan berserah diri pada yang lebih dahulu mencintai kita? 

Sebaik-baiknya rasa cinta ialah kepada Zat yang menciptakan seluruh semesta. Kita sudah dicintai dan sepatutnya mencintaiNya. 


Mencintai dan dicintai. 

Ada rasa bahagia saat kita memberikan segala hal yang membuat kita menjadi makhluk yang mencintai. Tapi.. bukankah segala sesuatu membutuhkan reaksi timbal balik? 

Mencintai dan dicintai. 

Tentang mencintai ini. Ada hal-hal yang perlu kita kenal lebih dalam. Ada cinta tanpa syarat yang diberikan oleh orang-orang kepada kita. Yakni cinta dari Baginda Rasulullah kepada umatnya, cinta ibu dan bapak kita, serta cinta kasih yang diberikan oleh semesta, bagi kita yang berlaku baik pada mereka. 


Lalu bagaimana cara mencintai yang baik? Duh, aku pun masih tidak tahu jawabannya. Mungkin, kita perlu tahu bagaimana memperjuangkan, bagaimana bahagia tentang apapun pilihannya, eits tunggu sulit sih ini, hehe.. ya gimanaya kalau kita bukan yang dipilih kan sedih sih, berarti harus tau bagaimana merelakan?

Lagi-lagi, masih belum tahu. Kita tentunya, memiliki definisi masing-masing. Tentang apa itu cinta atau cara mencintai. 


Yang terpenting bagiku, lakukan dengan tulus. Maka semesta akan membantu membisikannya, entah lusa, entah tahun depan, atau setelah engkau tiada.  


"Barangsiapa yang mampu mencintai orang lain dengan tulus dan benar, akan mendapat arus balik dicintai orang dengan benar."

Reading Time:

Selasa, Desember 29, 2020

Turbulens
Desember 29, 20200 Comments

 Tahun 2020.. 


Haha penuh dengan kejadian yang benar-benar tak terduga. Setidaknya tak terduga, karena memang belum kita alami sebelumnya. Nyatanya, alam sudah memperingatkan kita sebelumnya bukan? 

Aku ingat guru agamaku dulu saat smp, beliau menyampaikan bahwa sesungguhnya kehidupan di bumi ini adalah tentang 'balance' atau keseimbangan. Kalau udah ga seimbang, berarti ada yang tidak beres kan?

Padahal awalnya aku kira bakal jadi tahun yang begitu menyenangkan. Aku kira bakal bisa jalan-jalan bersama teman di beberapa tempat, yakni menjalankan koasisda di beberapa daerah. Dan selanjutnya ujian kompre di hadapan dosen dan teman-teman, di ruang yang menegangkan itu. Haha.. 

Memang, manusia memiliki keterbatasan untuk melihat jauh ke depan. Tapi, coba saja jika kita lebih baik ke alam. Bukankah alam sudah menyediakan banyak hal?

Berkaitan dengan itu, pandemi merupakan sebuah ujian dan cobaan bagi kita semua. Pandemi membuat kita belajar menahan ego kita sebagai manusia, yang notabennya merusak, ingin memiliki segalanya. Pandemi yang membuat kita harus lebih peduli pada sekitar, orang-orang sekitar, para pekerja, pemimpin, masyarakat secara umum, dan kepada hewan serta lingkungan yang membutuhkan sinergi di bumi ini. 

Sumber: Jakarta Post

Bukan juga soal itu, nyatanya memang bagi diriku pribadi, di masa itu.. aku langsung saja memutuskan untuk pulang, dan berada di rumah. Maklumlah, jika dipikir-pikir aku akan begitu pusing dengan tidak melakukan apa-apa di kosan. Jadinya aku memilih untuk di rumah saja. 

Banyak hal pait, dan manis menjadi satu. Ada tangisan, ada tawa, ada luka. Yang semua-semuanya mewarnai tahun 2020. Di sekitarku saja, banyak orang yang dirugikan setelah pandemi datang, banyak putus kerja, jualannya merugi dan banyak kejadian lain.

Namun ada beberapa hal, yang membuat manusia menjadi lebih baik. Dan profesi dokter hewan menjadi sesuatu yang dilirik. Meski, masih tidak terlalu ramai. Aku yakin betul bahwa profesi dokter hewan merupakan salah satu garda terdepan dalam pencegahan penyakit zoonotik (penyakit yang dapat menular dari hewan ke manusia atau sebaliknya). Namun bukankah, jika profesi itu penting, akan banyak yang sadar dan membuka peluang ? Yap, harusnya seperti itu. Mungkin saja peluang itu, belum menjadi 'kesadaran' pihak yang berwenang untuk perlu memiliki dokter hewan di pemerintah/ perusahaan/ daerah mereka. Semoga saja, kedepannya menjadi lebih baik. 

Kita pun yang semula tak masalah dengan jarak, dipaksa harus lebih berjarak. Kita menutupi mulut dan hidung dengan masker. Bak sedang dibungkam. Kalau-kalau kita terlalu bangga diri, kalau-kalau di masa lalu kita dengan mudah menyakiti orang, kalau-kalau dulu kita tidak menganggap keberadaan orang yang ada di sekitar kita. Setidaknya, hal itu menjadi beberapa hal yang bisa aku petik dari situasi ini. Dalam diam, kita perlu memperhatikan sekitar, memerhatikan hal sederhana namun sarat makna. 

Oiya. Berbicara tentang pandemi itu, melibatkan banyak pihak. Dan berarti ekonomi memang memiliki peran yang kuat. Entah itu dalam pengambilan kebijakan, atau dalam hal mental. Setidaknya itu yang aku dapat dari berbagai media. Namun, ada juga kelelahan mental yang terjadi akibat seseorang tersebut, mendapatkan perlakuan yang tidak baik dari orang lain, kelelahan akibat sering bermain gadget, atau karena terisolasi sendiri sehingga jarang bertemu orang. 


Kejadian pahit manis tersebut, menjadi semakin lengkap ketika aku yang termasuk lulusan 2020 sedang dihadapkan pada transisi dunia kampus ke dunia kerja. Mungkin, aku dan beberapa lulusan 2020 sedikit kesulitan memiliki pekerjaan. Bahkan bukan hanya mencari, tapi menentukan pekerjaan apa yang sekiranya cocok buat kita juga penuh pertimbangan bukan? Belum lagi ada tuntutan sana sini. Haha.. duh 

'Pentingnya ONE HEALTH' Sumber: Unair News

Lagi dan lagi, sebetulnya manusia memang cenderung was-was. Khawatir boleh, ya katanya jangan berlebihan. Karena kita tidak tahu apa yang terjadi di depan, masih dirahasiakan. Jadi, bisa mengusahakan dan bertawakal sebaik-baiknya kann ? 


Ungaran, Desember 2020

Aku yang sedang dan terus belajar


 

Reading Time:

Minggu, Desember 27, 2020

Kelabat
Desember 27, 20200 Comments

 Rintikan sedu....

Perlahan meniriskan luka pilu yang meninggalkan sedikit jejak, sudah saatnya apa yang menahanmu, kembalikan ke awal. Seperti sedia kala saat semua tidak ada apa-apa. 

Berharap, memang sejak saat itu aku mulai menaruh sedikit harapan, yang sesungguhnya menjadi bumerang bagi keadaan hati, yakni sedikit merasakan luka. 

Ada suatu hal yang bisa ditahan, yakni perbuatan. Tapi ada satu hal yang tidak bisa ditahan, hanya bisa disembunyikan, yakni perasaan. 

Aku dan kamu, dulu hanya buliran hujan. Yang menyatu ke bumi, namun bukan berarti saling satu. Hanya sebuah koneksi yang diciptakan alam. 

Saat merenda, kita diterpa runtuhan jarum yang menusuk hingga ke sumsum, menyisakan perih. Yang aku tahu, aku bahagia, tapi aku tak paham waktu itu, kalau bahagiaku menyakitkan di waktu lain. 

Fluktuatif. Ada kalanya aku bahagia, ada kalanya hanya luka. Aku pun sudah berkali-kali merelakan. Mencoba meyakinkan, jika kita tak mungkin bersama. Selain karena ada dia yang di sana, aku tak dapat menemukan hatimu.


Yang aku tahu, aku benar-benar tidak tahu. Aku hanya sibuk mengartikan kebaikan, yang mungkin itu adalah hal yang biasa dilakukan oleh sesama. Keterbukaan yang mungkin itu bisa dilakukan dengan sesama. Kelemahan yang mungkin hanya dibagikan saat sedang merasa untuk berbagi. Tak ada lebihnya.. 

Namun, tetap. Semburat senyum itu. Sangat indah. Goresan luka, tanpa nanah, karena dengan cepat pulih olehnya. 


Namun, tetap. Suatu A menjadi Aplus, jika itu yang kau ucapkan. Hanya kata biasa tapi saat engkau yang mengungkapkannya, menjadi suatu luar biasa. Hanya doa yang bisa diucap, tapi aku harap, hanya aku yang kau tuju pada doa itu. 


Katamu, semoga yang terbaik ya.. 


Kata itu, 

Menjadi suka sekaligus duka yang masih rahasia.. 


Reading Time:

Sabtu, Desember 26, 2020

Menuju DokHe
Desember 26, 20200 Comments

 Serpihan rentetan yang memiliki alur maju, ya maju karena dari dulu hingga kini, menghasilkan sebuah kisah yang sangat berarti.

Menjadi dokter hewan, calon dokter hewan, atau seorang dokter tapi dokter hewan?



Aku ingat betul, waktu itu aku hanyalah seorang anak ingusan yang mencoba menelaah peluang untuk dapat memasuki perguruan tinggi lewat jalur undangan. Alhasil, sampailah aku di titik awal yang menjadikanku bisa sampai di titik lain, yang akan menjadi titik dari sebuah awalan baru. 

Aku menangis sesenggukkan, sesaat setelah pengumuman ujian kompre di Kamis, 17 Desember itu. Aku menjadi rombongan pamungkas, hari kedua sebelum hari terakhir periode ujian dilakukan. Sebelumnya aku memang merasa tenang, karena merasa memiliki “banyak waktu” untuk mendengarkan ujian teman atau mengulas pelajaran yang sudah aku baca sebelumnya. Tapi, yang namanya ilmu pasti tidak ada habisnya. Semakin aku membaca semakin aku merasa kurang. 


masih sembab 

Yang aku rasakan sesudah pengumuman itu adalah, sebuah rasa yang entah itu rasa lega atau rasa tidak terduga, atau justru karena aku tidak bisa menjawab secara maksimal. Aku tak tahu betul, tapi yang aku rasakan dalam gaungan pikiranku saat itu adalah aku benar-benar tidak menduga aku bisa sampai di titik ini. Benar-benar tidak menyangka. 



Jadi ingat, dulu aku pernah hampir putus asa, saat sebelum memasuki masa sma. Aku lebih memilih memasuki sekolah swasta, alih-alih bukan negeri yang dulu ada wacana menuju RSBI, alias sekolah berstandar internasional. Dampak yang nyata bukan sistem pembelajarannya, tapi bayarannya. Sehingga aku pun tak tega untuk masuk ke sekolah negeri ber RSBI itu. Tapi, dukungan dari berbagai pihak, dan yang terpenting dari bapakku, yang mengatakan akan mengusahakan semaksimal mungkin akhirnya memberanikanku mendaftar ke sekolah negeri yang katanya RSBI itu. Namun, keadaan juga menjadi tak terduga setelah ada pengumuman bahwa ternyata aku masuk ke sekolah swasta bertaraf internasional dengan beasiswa, tapi aku harus merantau ke Bogor. 




Memang, banyak ketidakpastian yang berujung sebuah kepastian yang selalu kita idamkan. Kita tidak tahu skenario apa yang Tuhan rencanakan. 

Dan, saatnya aku pun meluapkan semua emosiku di situ. Beruntungnya aku, dikelilingi oleh orang-orang baik. Teman-teman yang baik. Saat aku menumpahkan emosiku, aku berada di pelukan mereka. Dan memang, mereka lah sejatinya yang menjadi salah satu sumber kekuatanku untuk terus maju. 

Entah itu dari teman-teman yang mendukungku saat di asrama, saat di tingkat persiapan, saat masuki dunia baru di fakultas dan saat aku menjalani koas. 

Ehm.. masih ga nyangka banget bakal sampai di titik ini. Aku, yang masih ingusan ini dan menurutku masih perlu banyak belajar ini akhirnya berhasil menggapai satu dari sekian mimpiku. Mimpi menjadi seorang, yang semoga saja membagakan keluarga. Sedikit cerita saja, bahwa ku adalah anak pertama di keluargaku yang menyelesaikan pendidikan hingga ke jenjang yang lebih tinggi. Karena sebagian besar menyelesaikan hingga tahap smk. Semoga saja, lebih banyak lagi yang dapat mencapai pendidikan tinggi. 


Meski menjadi sebuah awalan baru, tak dipungkiri, aku pun selalu dihadapkan dengan berbagai kebimbangan untuk meniti karir. Tapi aku rasa hal tersebut wajar bagi para lulusan baru. Tapi lebih bagus lagi jika di jauh-jauh hari sudah memikirkan strategi yang bagus, sehingga sesaat sesudah lulus sudah dapat menentukan arahnya masing-masing. 

Semoga, yang disemogakan diaminkan oleh semesta. 


Pssst.. ada bonus Buku Album PPDH FKH IPB Periode I 2019/2020 


Reading Time:

Kamis, Desember 10, 2020

Andai Aku Bisa Melipat Jarak?
Desember 10, 20200 Comments

 Waktu itu aku pernah membaca puisi, andai aku bisa melipat jarak..

Pertemuan.. perpisahan...

Di masa-masa sekarang ini, semakin terasa. Ujung pertemuan adalah perpisahan. 

Saat sudah melewati berbagi kisah, kembali lagi kita perlu merelakan orang-orang berjalan di depan kita. Masing-masing memiliki urusan pribadi. Memiliki sebuah kisahnya masing-masing. 


Lalu, "where's the good in goodbye?"


Setidaknya, kita pernah bersama bukan? Pernah merasakan asrama bersama. 


Lalu kemudian, berpisah menuju departemen atau fakultas masing-masing dengan orang yang berbeda. 


Lalu, bertemu kembali dengan orang-orang yang baru. 


Kembali, kita mengukir kisah bersama teman-teman. 


Dari menikmati nasi goreng fapet, gorengan cafung, hingga indomi tampomas. 


Siapakah yang mengabadikan momen-momen indah tersebut, selain rentetan foto dan tulisan? 


Tidak ada.. 

Tapi aku tahu, ada sebuah hati yang merekam momen tersebut dengan baik. Menyimpannya, dan mengemasnya agar terkenang menjadi memori yang indah. 


Rasa lelah dan letih berjuang, tak akan segera ada habisnya. 


Aku sangaaat bersyukur.


Loncatan katak atau pekikan suara mencit menjadi teman dalam hidupku. Mewarnai gambar hasil melihat preparat pun menjadi hal yang seru. 


Haha aku pun ingat betul, saat sedang was-was akan pertanyaan kuis ada salah satu teman yang dengan santai bilang, "chill lah ga akan ada kuis", 

Walau perkataannya tidak sepenuhnya benar, minimal kita jadi sedikit tenang, tidak terlalu memikirkan kuis itu. Hehe.. 


Meski suasana kelas serius, tapi percaya deh. Bangku pertama dan kedua hanya dikuasai oleh satu orang saja. 


Sedangkan yang lain?


Yap, yang pertama datang biasanya lebih memilih jadi penghuni kursi belakang. Wkwk


"Itu kamu tidur, ya?"


"Tidak dok, saya hanya kedip saja"

Wkwk kedipnya tapi lama.. 


Begitulah kehidupan, pertemuan dan perpisahan sudah menjadi teman di antara pertemanan. 



Reading Time:

Jumat, Desember 04, 2020

Rules to Know Before Work
Desember 04, 20200 Comments

 Several days I'll make my last journey and also my another first journey. A journey that'll bring me into my next stage of life.

What's that?

Well, finally after all these years I'll become a veterinarian. Wow.. (I hope I can pass the exam well.. aamiin)

Even if I haven't get my work, I have to make sure that I'm well prepared. 

One of them is that, I should know several rules that can be implemented. 


Rule No. 1

"Never expect kindness from a colleague whatsoever"


Rule No. 2 

"Don't expect to be complimented by your boss. You're lucky if they don't swear at you"


Rule No. 3

"Sometimes act of kindness turn you into pushover"


I got these quotes from watching Web Series in Playlist Global "It's not right, but it's alright". 


Ehm.. let me think again, the actual meaning of those words. 


Haha.. okay, I'm in the way of thinking it cause I haven't have my workplace. Hahaha.. but I think, those rules can be implemented nowhere, don't they? Hem... 

Okey, the next step is that.. I should find my path.. a workplace to be... 


Hope I got the best one for me... aamiin

Reading Time:

Rabu, Desember 02, 2020

Secarik Surat Untuk 2020
Desember 02, 20200 Comments
Banyak sekali perubahan.. 
Penuh dengan ketidakpastian..
Dan di dunia ini suatu hal yang pasti adalah ketidakpastian itu sendiri.. 

Pernah ga sih suka berpikir, di masa depan aku jadi apa? Bisa ga ya aku ngelakuin itu? Bisa ga ya ini ..bisa ga ya itu? .. 

Setiap perjuangan dan lelah yang telah kita lalui.. akan membayangi di diri kita, kapan ya semua ini mencapai puncak? Kapan ya?

Aku baru sadar.. bahwa kebahagiaan dalam hal ini kesuksesan bukanlah suatu hal yang sangat besar saja, baru kita anggap hal itu menjadi sebuah pencapaian. Tapi, setelah aku pikir-pikir, toh aku pun cukup bahagia dengan hal-hal kecil yang ada di sekitarku. Hehe.. 

Meski pandemi telah merenggut banyak hal, kita tetap dapat hikmahnya kok. Di pandemi ini aku banyak berada di rumah. Melihat segala kesederhanaan dan kehangatan keluarga yang sudah lama tidak aku rasakan. Haha benar sekali. Bahkan pandemi pun bisa ngebuat bahagia, ya. Berhubung ini adalah masa koas yang harusnya luring, malah jadi daring tetap saja menjadi sebuah hal yang kurang baik. Tapi sekali lagi, bakal ada pembelajaran atas semua ini. 

Pun, saat ini aku cukup bisa merasakan potensi yang ada di daerah ku.. walau belum banyak sih tapi setidaknya aku tau bahwa di sekitar kita ada hal yang bisa kita pelajari. 

Dan banyak hal yang tak terduga sih saat semua ini terjadi. Mulai dari suatu hal yang tiba-tiba berubah, lalu memutuskan untuk pulang. Dan, tiba-tiba magang di daerah sendiri. Ehm.. nano-nano gitu. Bahkan aku yang selama inu selalu dicap bar-bar saat ngendarain motor makin menjadi-jadi wkwk. Yap, sebenarnya aku jarang ngendarain motor sendiri. Karena pengalaman beberapa magang ku tersebut aku mulai terbiasa. Setidaknya bisa lah ya tahan berjam-jam ngendarain motor, awas tuh kesasar!! wkwk




Sendiri di tengah-tengah lingkungan yang baru, orang baru, suasana baru. Mungkin bagiku itu hal biasa. Tapi sesendirinya aku bener-bener ga terduga bisa magang sendirian banget. Alhasil aku pun jalan sendirian ke tempat makan atau saat iseng di pasar, bahkan jalan ke kampus orang wkwk. Ya Allah sedihnya. Tapi, aku banyak belajar sih di sini. Selain biar tambah terlatih mentalnya, aku juga harus percaya sama diri sendiri dan tentunya aku lebih mengenal diriku. 

Salah satu pelajaran berharga yang aku petik selama 2020 ini..adalah cinta tanpa syarat. Cinta itu aku rasakan dari keluargaku. Yang begitu ikhlas menawarkan segala bantuannya. Bahkan di tengah kesederhanaanya. Di tengah kekurangan dan kelebihannya. 

Aku pun banyak belajar kalau, don't rush.. great things take times. 

Kadang karena ga sabar pengen lihat hasil akhirnya, kita kurang memedulikan hal yang sebetulnya penting, esensial dari apa-apa yang kita perjuangkan. Meski kits berpikir cepat, tapi jangan tergesa. Setidaknya, kita telah memikirkan dahulu hal-hal tersebut sudah matangkah persiapannya atau belum. Dan kadang pun, kita terlalu cepat lelah, karena gamau lagi menunggu. Padahal mungkin sebentar saja, sejenak dulu kita perlu beristirahat, dan menyerahkannya pada Yang Maha Kuasa. Huh.. memang tidak mudah, tapi jangan menyerah untuk tetap mencoba ya, fen. 

Yang unik lagi dari beberapa bulan belakangan ini adalah kita lebih menghargai komunikasi. Iya bukan? Tapi bisa jug jadi bumerang, yang dulunya megang gadget hanya beberapa jam, malah makin banyak gara-gara pandemi. Ehm.. tapi aku bahagia, karena orang-orang jadi sadar arti obrolan tatap muka, arti obrolan sesungguhnya. Beberapa malah mungkin lebih intens komunikasi dengan teman-teman yang jaraknya jauh?? 

Ehm.. banyak sih.. huh.. 

Tapi setidaknya gitu ya, hehe kita harus tetap belajar tapi juga nerapin ilmu, hehe. 

Dan kesehatan itu penting.. 
Kenikmatan terbesar itu kesehatan .. 


Dan di setiap kejadian yang tak terduga tersebut, ada tangan orang-orang baik. Yang turut menemani, yang turut meringankan gundah, yang membantu dengan sepenuh hati.

Dan di setiap kejadian yang telah berlalu, semoga mengajarkan kebaikan bagi masa depan.  

Dan semoga dari segala hal yang aku lewati, aku segera bisa jadi dokter hewan :"). 

Aamiin. 

Semoga sukses ya, dan kita menjadi adaptif terhadap berbagai perubahan. Semoga kisahmu bersama orang-orang yang kamu harapkan dapat menemanimu lebih lama lagi, bukan hanya sekedar jumpa yang sementara. Semoga yang terbaik ya
Reading Time:

Senin, November 30, 2020

Menakar Kapasitas Diri?
November 30, 20200 Comments

 Ketika semua akan berakhir... 

Dan tak ada usaha yang bisa dilakukan...

Hanya doa yang dapat menjadikannya ada.. dengan harapan.. dan keihklasan.. 


Pernah ga sih berpikir, kapan ya aku tahu harus berhenti memperjuangkan keinginan? Sampai kapan aku harus memulai sesuatu yang baru. Sampai kapan aku harus ikhlas yang sedang aku perjuangkan saat ini cukup sampai di sini. 


Sejenak, sekelabat bayang-bayang yang bercabang tersebut terus menggorogotiku. 


Tapi.. 

Bukannya kita harus menakar kapasitas diri? 


Yap benar ga sih gitu. Memang ga gampang buat tahu diri kita sendiri. Tapi setidaknya kita kan tahu kita nyamannya ngerjain apa, bagus di bidang apa, senang ngalukin apa, dan juga harus tetap realistis dong. Seperti, misal kita suka membantu orang, tapi kita juga harus mampu untuk tetap bisa membantu orang itu kan?


Hem.. 

Sulit ya..hehehe.  

Tapi untung sih, kalau aku sedikit punya jiwa selow, jiwa santuy, walau suka banget berpikir. Jadi bisa lah ya buat ngimbangin pemikiran-pemikiran itu. 




Btw, kadang sesuatu yang kita ga suka bisa jadi sesuatu itu baik untuk kita. 


Dan.. mungkin hal ini yang bisa tetap terus kita lakukan, terlepas kita mungkin masih bingung, harus ngapain. 


Yakni, menurutku..


Tetap berjuang, tetap ikhlas.. 



Reading Time:

Minggu, November 08, 2020

Selamat Tinggal
November 08, 20200 Comments

Barang sebentar lagi
Sudah jelas tentunya 
Tak akan mudah bagiku 
Untuk berjumpa denganmu

Perbedaan pun nampak semakin besar

Dirimu ada dalam bayang-bayang
Sedang mengucap selamat tinggal



Reading Time:

Minggu, Oktober 18, 2020

Apakah Aku Masih Berharap?
Oktober 18, 20200 Comments

 Ringkas, tak sepenuhnya mewakili 

Ada bagian yang sengaja diciptakan untuk tidak ditampilkan

dengan segera semua itu telah usai


Berbeda sudut pandang saat meliput sejumlah kisah

Sangat kontras, panggilan pun berbayang

Kadang berujung bias

Saat berada di penghujung suatu masa

Aku pun sedikit terlena

Mengharap dambaan fatamorgana


Berbagi sebuah memori 

Yang saat ini menjadi misteri

Mengusik berhari-hari


Saat ini pun aku masih tak tau maknanya

Jika ditanya

Apakah aku masih berharap?

Reading Time:

Kamis, Oktober 08, 2020

Sepertinya
Oktober 08, 20200 Comments

Jalanan sepertinya tampak lengang. Hari ini begitu banyak keheningan. Padahal angin bertiup kencang. Sampai-sampai rumahku ini ikut bergoyang diterpanya. 

Saat kutengok di luar rumah, langit hitam abu-abu. Menyisakan sedikit penampakan bintang, namun cukup samar-samar ditutup awan mendung.

Bulan pun masih malu-malu. Cahayanya samar-samar. Masuk melalui berkas-berkas cahaya yang menyusup di antara dedaunan. 



Aku, masih menunggunya. Meski berkali-kali aku dipatahkan oleh bagian lain dalam diriku yang selalu menyuruhku melupakannya. 

Tidak mudah untuk tetap seperti ini. Di tengah badai kesedihan yang menerpa, aku tetap berpikir kalau saja dia datang malam ini, dan bagaimana jika aku sedang tidur. Tak akan ada yang membukakan pintu untuknya. 

Lalu tetap seperti ini, saat aku mengharapkan malam ini, tapi cuaca di luar nampak tidak mendukung. Aku yakin di liar sana kamu tampak kelelahan. Sedang beradu dengan dinginnya malam. 

Dan aku masih di sini. Menunggu kisah yang sempat kita lewatkan. Seharusnya, seandainya, ehm.. sepertinya aku dapat membahagiakanmu. 


Reading Time:

Rabu, Oktober 07, 2020

Sedikit Celotehan Seorang Buruh
Oktober 07, 20200 Comments

Meski tanpa berpikir panjang, ceritaku karut-marut tak karuan. Sempat ku berusaha untuk merapikan dan menata ulang yang perlu ditata. Ah, tapi keadaan tetap saja seperti itu. Tidak membiarkan ruang diamku kembali bergeming. 

Senyap. 

Seperti mode hapeku saja. 

Aku bahkan tidak berani menghubunginya. Meski saat ini terbilang sudah seminggu aku tak mencoba mencari kabar. Gusar tanpa arti yang selama ini berkabut di otak, tidak benar-benar aku tanggapi. Karena beban kerjaan sudah membuat aku tak sempat lagi merangkai kata itu. 

Sepertinya aku perlu suatu wangi-wangian agar kamarku yang sempit ini menjadi lebih hidup. Yah, sekedar melepas penat saja sih sebenarnya. Toh, dari pagi sampai malam aku harus kerja rodi di pabrik itu. Tapi, setelah sekian tahun aku bekerja, tidak ada yang bisa aku dapat. Selain hanya ocehan para petinggi yang hanya berceramah tidak karuan itu. 

Nasih, ya nasib. 


Sebagai buruh, tidak besar keinginanku. Pulang kampung bawa sejumlah uang beserta sembako pun itu sudah sangat muluk-muluk. Boro-boro mau nikah besar-besaran, yang ada pasti kaya si Fulan, hidupnya hanya untuk membayar tagihan. Yah, begitulah, aku juga tidak memikirkan itu kali ini, makanya juga aku masih malas menghubunginya. Biarlah saja seperti ini dulu. 

Mungkin, aku masih beruntung, meski hidup pas-pasan aku tidak punya banyak tagihan hutang, kecuali kamar kosan ini saja. Coba saja Dewan rapatnya lebih pagian lagi. Jangan jam 12 malam gitu. Aku kan jadi tidak sempat nyusul mereka.. buat sekedar kasih sedekah kopi, agar setidaknya yaa mereka dapat lebih lama lagi membahas omong kosong, eh maksudnya membahas masa depan rakyat. Katanya sih. 

Aku yang tak paham isinya undang-undang, duh apalagi ratusan halaman itu. Yah, setidaknya aku masih berpikir dengan akal sehatku. Kalau hidup sebagai pelayan, ya melayani rakyat. Sebenarnya aku kerja atau dikerjai sih? 



Reading Time:

Senin, September 14, 2020

Aku Mencoba Tak Berubah
September 14, 20200 Comments

Saat sedang penuh tanda tanya, penuh keinginan, dan penuh rasa ingin tahu, maka disitulah akan timbul suatu keyakinan. Sebuah keyakinan untuk maju, sebuah keyakinan untuk bergerak. 

Saat aku sedang di masa itu, hatiku pun bergejolak. Rasanya, penuh dengan bimbang karena aku merasa bahwa semua itu begitu menyesakkan. 

Bertanya dalam diri, dengan pikiranku sendiri. Maupun aku mempertanyakan itu pada buku diary ku. 

Akhirnya, aku pun bertanya-tanya, berusaha mengumpulkan data, dan sekali lagi membuka relung hati.




Sepertinya memang benar, rasa ini terlalu sesak. Dadaku tidak sanggup lagi menahannya. Ingin meledak. 

Walau aku sudah mencoba untuk melepaskan, pada akhirnya aku tetap kembali. Kembali lagi terhadap pertanyaan dan rasa was-was itu. 

Akhirnya pun, aku mencoba untuk mengulasnya lagi. Menakar dan menimbang data. Mengumpulkan berbagai energi, dan akhirnya timbullah suatu keyakinan itu. 

Seandainya saja, bisa seperti ini, 


Ada yang tak kekal di ruang ini, mungkin doa. 

Kita, ricik tanpa arus, tidak menuju muara. 

"Apakah bisa kita seperti ini saja,

tanpa harus menjadi apa dan siapa?" tanyamu. 


-- Pendoa (Adimas Immanuel)


Namun, aku begitu takut untuk kehilangan. 

Aku pun begitu takut keadaan berubah. 

Namun yang aku lebih takuti, adalah melepasnya tanpa memberitahu keyakinan yang ada pada diriku itu. 


Dan..


Aku benar-benar mengutarakan, sebagian yang aku rasakan. 

Memang itu melegakan, memang itu membuat dadaku yang selama ini sesak telah bernapas lega. 


Namun, 


Seperti yang telah aku takutkan sebelumnya. 

Tetap saja ada perubahan yang timbul. 

Entah di aku. 

Atau di dia. 


Dan, aku pun penuh isak meski dada sudah tak sesak. 


Baiklah, mungkin inilah caraku. Cara yang aku ambil, untuk sebuah keputusan. 


Bagaimanapun, aku begitu mengapresiasi diri. 


Aku berani mengambil sebuah keputusan yang menurutku sangat berisiko. 


Kenyamanan itu, mungkin telah direnggut. 


Tapi aku yakin, inilah jalannya. 

Inilah sebuah kenyataan meski pahit,

Tapi mungkin pula menjadi jalan baru untuk aku melangkah lagi. 


Namun yang pasti, aku tidak akan pernah berubah. Aku akan tetap tulus dengan semua ini. 

Reading Time:

Minggu, September 06, 2020

Will We be One?
September 06, 20200 Comments


I was here 
and I always thinking about it
deep

Until 
suddenly I will forget about it

Till no one know

Till everyone is miss understood

Till everybody will get surprised


 

is that do you have this thought?

Like no one else will reply
no one else will ever ask it again

I'll still believe until we've been there
We're really exist

But you just don't realize it

It's too complicated 
Too risky
truly hurting

Will we be one?
Reading Time:

@way2themes