Hanya Ilustrasi (Saat ngampus dulu) |
Jumat, Januari 29, 2021
Rabu, Januari 13, 2021
Melihat perjuangan nenek, yang sudah merawat kakek selama dua tahun lebih ini.. aku jadi merasa lemah, di antara rapuhnya umur namun kesetiaan mereka yang bertambah..
Kadang aku berpikir mengenai sejauh mana kita dapat menilai orang tentang arti kesetiaan (duh mikir mulu ahh gacapek apaa?? Haha).
Kita selalu memiliki sudut pandang yang berbeda dalam menilainya. Saat kutelusuri, menurut pandanganku, kesetiaan itu ...terbukti setelah dijalani.
Jika tentang sepasang suami istri yang sudah menjalani ikatan, maka kita mungkin bisa mengatakan bahwa kesetiaan itu terbukti bahwa seseorang tersebut mampu menunjukkan loyalitasnya kepada pasangan. Dalam artian tidak mencari yang lain dan tetap kepada pasangan.
Duh, tapi ya aku belum bisalah dan belum bahas tentang itu wkwk. Di pikiranku sekarang ini, aku hanya ingin berceloteh mengenai sebagian dari kesetiaan saja.
Gambar diambil di Taman Bunga Nusantara |
Tentang persahabatan misalnya. Meski, jarak dan waktu menjadi tantangan yang berat. Aku yakin bahwa kesetiaan kepada sahabat akan membawa pertemanan itu menjadi hal yang penuh dengan kenangan. Kita tahu bahwa saat tertentu, kita ingin punya tempat untuk bersandar, sekedar ngobrol, main bareng, bahkan yang mau dengerin unek-unek dalam diri. Walhasil, aku gatau apakah aku setia atau tidak. Yang aku yakini, aku harus terus memperjuangkan hubungan persahabatan itu. Meski, tak dapat dipungkiri bahwa jarak dan waktu tak membuat lagi sama. Dunia berubah. Manusia pun berubah.
Lalu, jika mendapat teman yang baru. Lantas dibilang tidak setia.? Tentu bukan begitu konsepnya. Karena kita tidak pernah tau bukan, bahwa apakah kita masih bisa tetap bertemu dengan mereka atau membantu secara langsung atau pun berinteraksi. Namun, bukan berarti kita dapat dengan mudah meninggalkan bukan? No...
Setiap ingat itu, aku selalu sedih. Karena memang bukan tipe yang dekat dengan individu, tapi aku lebih ke kelompok. Meski begitu, untuk melatih dan mempertahankan kesetiaan.. aku akan tetap berusaha memperjuangkan dan menjaga segala persahabatan itu. Namun, aku tidak akan memaksa keadaan akan berjalan seperti apa nantinya. Mungkin saja aku saja yang terlalu berpikir keras untuk itu.. aku ikhlas bagaimana hubungan pertemanan itu nantinya, aku berdoa yang terbaik..
Jika hubungan itu sudah dengan ikatan, berarti kan memang harus dibuktikan dengan kesetiaan yang kuat bukan??
Seperti itulah kira-kira. Lanjut lagi, bahwa aku bisa belajar dari nenek kakekku. Nenek, yang tidak mau diam alias selalu cari pekerjaan (entah itu 'tandur' di sawah, masakin orang, katering) selalu ubyek, ga betah buat tinggal di rumah. Di sisi lain, nenek ga pernah mau nyusahin anak. Beliau selalu mengusahakan kehidupannya sendiri.
Sudah dua setengah tahun juga hingga sekarang, kakekku mengalami stroke, dan sudah tidak bisa berdiri, namun tangan kirinya masih bisa berfungsi. Nenek, om dan keluarga belajar melatih kesetiaan mereka dengan tetap merawat kakek.
Meski sekarang sesenggukan saat nulisnya, aku yang selama ini tidak terlalu membantu (merantau terus), sangat takjub dengan itu. Meski memang kadang ada saatnya jenuh itu ada.. yaa manusiawi kan..
Dan itulah yang aku pikirkan. Betapa cinta dan kesetiaan perlu menjadi landasan kuat.
Saat raga menjadi rapuh..
Saat berjalan mulai tertatih..
Saat wajah telah keriput..
Saat mata memeluk senja, semoga saja hati tetap setia..
Semoga yaa..kita bisa menjadi orang yang setia.. dan semoga kesetiaan kita juga menular, dan dijaga oleh siapapun yang kita jaga kesetiaannya.
Semoga semesta mengaminkan..
Jumat, Januari 08, 2021
Apakah semua yang terjadi di dunia ini terjadi secara kebetulan? Masa sih?
Beberapa tahun belakangan, aku kerap bermimpi saat tidur, yang herannya mimpi itu aku masih ingat dengan baik meski sudah lama. Kadang mimpi yang masih butuh penafasiran karena kejadiannya membingungkan, kadang pula mimpi itu gara-gara aku terlalu kepikiran suatu hal, bahkan kadang mimpi itu sesuatu yang tidak aku inginkan.
Mimpi, katanya bunga tidur. Hem, tapi setauku kalau di agamaku mimpi merupakan sesuatu yang tidak dapat dianggap enteng. Karena beberapa petunjuk Tuhan bisa datang dari mimpi. Tapi, ada juga mimpi yang hadirnya dari setan.
Alhasil, aku pun tidak suka membicarakan mimpi itu jika itu buruk. Bahkan saking sering bermimpi aku jadi kadang sering merasa de javu karena seperti pernah merasakan berada di situasi yang sama. Meski masih banyak perdebatan mengenai de javu itu sendiri ya.. tapi aku ngerasanya seperti itu.
Lalu, masa sih kejadian demi kejadian yang terjadi di hidup kita ini hanya secara kebetulan?
Aku rasa tidak. Bahkan kita pun sebagai manusia bisa ngambil hikmah dari setiap kejadian yang menimpa kita kan. Dan ada yang namanya takdir. Takdir yang dapat diubah maupun takdir yang ga dapat diubah seperti kematian. Nah, berarti kalau mau ngarep yang pasti-pasti aja ngarep kematian dong? Hehe (aduh bercandanya ga bagus wkwk)
Lantas, masa sih aku bisa ketemu dia, lalu besoknya berpisah, dan ada orang-orang, seperti keluarga kita yang selalu ada di dekat kita, ada orang asing yang datang pergi seenaknya, dan ada pula yang menetap di hati. Itu terlalu sederhana, jika kesimpulan yang mau ditarik adalah sebuah teori kebetulan.
Kebetulan aku singgah di sini nih, jadi bisa ketemu kamu?
Haha tidak. Aku yakin, di antara puzzle kehidupan, segala perhitungan, rentetan kejadian ada yang mengatur. Tapi Tuhan maha baik, Ia menciptakan beberapa jalan, tinggal kita yang memilih mau pilih jalan yang mana. Kalau pun pengennya berada di jalan yang benar, kan pasti kita awalnya dihadapkan pada beberapa pilihan, hingga akhirnya milih jalan yang mana. Jalan yang akhirnya membawa kita ke sebuah pertemuan maupun perpisahan dengan orang-orang.
Aku tahu, kalau minta mendapatkan petunjuk. Kita akan dibukakan jalan. Pernah waktu itu aku berada di tempat yang gatau siapa di sana. Aku juga semasa di bangku sekolah dan kuliah memutuskan untuk pergi merantau di antah berantah, meski aku ga ada saudara di sana. Dan aku pun gatau bakal tinggal dimana, nanti sama siapa. Dan.. Tuhan pun mempertemukan aku dengan orang-orang baik, yang menggantikan saudaraku.
Meski tidak bertahan lama, aku tahu. Pelajaran akan selalu ada. Pelajaran untuk menyeimbangkan kehidupan, dengan terus berproses dan bertumbuh. Mengambil hikmah dari berbagai cerita orang, kejadian yang dialami sendiri hingga keingintahuan menjadikan kita menjadi lebih menghargai kehidupan. Dan tentunya menjadikan kita agar mau berusaha lebih baik lagi. Kan sudah tahu bahwa kejadian-kejadian yang ada di dunia tidak terjadi secara kebetulan. Hehe..
Terusssss yang selama ini jadi sahabat, teman, pacar, mantan pacar, mantan pdkt-an, keluarga itu bukan kebetulan? Tentu tidakkk, pertemuan itu bukan sebuah kebetulan, dan seperti sebuah hubungan, kita pun perlu untuk tetap mengharmoniskan hubungan itu agar awet.. hehehe.. Jadi, kamu adalah bagian dari skenario hidup yang dituliskan oleh Tuhan untukku tidak?
Rabu, Januari 06, 2021
If it's meant to..
It'll be..
Baby just let it be..
Pernah ga sih kita kecewa?
Duh, pertanyaan macam apa itu. Yaiyalah pasti, yang namanya manusia pasti kerap kali dilanda kecewa.
Kecewa bisa terjadi karena berbagai sebab. Kecewa pun banyak macamnya.
Kecewa bisa kita lampiaskan, karena kita kecewa dengan diri sendiri, kecawa dengan oleh orang lain, atau kecewa sama Sang Pencipta. Duh.. jangan sampai lah ya..
Kalau aku tilik dari berbagai pengalaman, kecewa terberat itu karena suatu hal yang kita harapkan tidak terlaksana sesuai harapan itu. Nah, jadi kalau gitu, semakin tinggi harapan, semakin tinggi kekecewaan itu akan terjadi, bukan?
Apalagi, kalau yang menyebabkan adalah orang yang sangat kita sayangi, karena kita menaruh harapan lebih terhadap orang itu. Ternyata eh ternyata berharap berlebihan kepada manusia itu sangaaat menyakitkan. Makanya kan, sering kan kita dengar kata-kata bijak yang mencegah kita agar tidak menaruh harapan berlebihan kepada seseorang. Sakitnya tuh di sini.. wkwk
Lantas, gimana yak?
Hehe bingung kan. Duh urip kok bingung wae..
Nah, kujuga belum tahu kok harus gimana. Manut kata bijak itu udah pasti. Karena
'If it's meant to be.. it'll be..'
Semoga ya, yang terjadi pada kita itu adalah sebuah skenario indah yang sudah dirancang oleh Tuhan. Memang benar, kadang sesuatu yang terjadi nyatanya berbeda dari yang kita kira. Jika itu emang layak untuk kita, kita pasti akan mendapatkannya.
Lebih dari itu, yakinkan diri juga bahwa Tuhan tau. Tuhan tahu segala hal, jauh di depan nanti.
Ya kan gitu?
Ikhtiarkan, doakan, ikhlaskan...
Minggu, Januari 03, 2021
Kalian tim nasi dipisah atau nasi dicampur?
Soto menjadi salah satu masakan khas Indonesia, pastinya kaya akan rempah-rempah. Meski, makanan kesukaanku adalah sate, tapi soto turut pula menjadi bagian dari menu yang aku sukai. Bagiamana tidak, wong setiap pulang kampung, di rumah selalu disediakan soto.
Dari beberapa jenis soto yang pernah aku coba, semuanya memiliki kemiripan, yakni sebuah makanan berkuah, yang ditabur bawang dan berisi irisan daging. Hehe.. Meski nanti tergantung kombinasinya, soto pun berubah nama sesuai bahan-bahan yang dimasukkan. Jenis soto pun beragam, ada Soto Semarang, Soto Kudus, Soto Bogor, Coto Makassar, Soto Medan, Soto khas Banyumas (aku lupa namanya), dan maaaasih banyak lagi.
Perdebatan tetap pada, nasi dicampur dan nasi dipisah. Kalau geng tim Soto Semarang, pasti sudah sangat kenal dengan nasi dicampur kan?
Lebih daripada itu, soto sangat menyegarkan. Kala dingin, hujan, soto menjadi masakan yang sangat istimewa. Tentunya apabila disajikan secara hangat. Menurutku, soto juga menyimbolkan sebuah budaya yang dimiliki daerah asal soto berada. Bumbu rempahnya yang khas, menjadi sentuhan yang lembut bagi lidah pecinta makanan lokal.
Kadang, kita tidak tahu kenapa memilih untuk menunggu
Kadang, kita tidak tahu kenapa harus terbutu-buru
Kadang, kita tidak tahu kenapa memilih tetap tinggal
Kadang, kita tidak tahu kenapa harus pergi
Peluklah sabar,
Pada setiap suka duka
Peluklah sabar,
Pada setiap perjalanan
Kadang, kita memang tidak tahu jawaban atas segala pertanyaan
Atas segala ketidakpastian
Atas segala usaha
Yang masih berujung penantian
Jumat, Januari 01, 2021
Ada suatu saat.
Lemari tempat ia menyimpan segala pikirannya, ternyata tidak benar-benar rahasia.
Lemari itu, ternyata memiliki kapasitas terbatas.
Pada lemari itu, terdapat lubang-lubang, yang memungkinkan serangga apapun bisa masuk. Dan dapat merusak apa yang ada di dalamnya.
Lemari itu ternyata, tetap menampakkan sisinya yang disembunyikan dengan rapat. Segelnya sebenarnya bukan tak kuat, hanya saja kurang mampu untuk menahan kapasitas yang berlebih itu.
Alhasil, apa yang dirasa telah disimpannya dengan baik. Perlahan terkuakkan satu persatu. Meski begitu, ternyata ia tak begitu menyadarinya. Sebelum ia tanyakan sendiri bagaimana orang lain melihat keadaannya, bagaimana cara dia selama ini, yang dikira sudah pandai menyimpan, ternyata salah, dia tidak cukup baik menyimpannya.
Ada kejanggalan yang dicurigai. Sesuatu itu memang disimpan dengan rapat. Namun, semakin ia mencoba untuk tidak memperlihatkannya, semakin itu terkuak. Terlihat samar-samar, namun menampakkan perasaannya dengan sendirinya.
Novel Jemput Terbawa- Pinto Anugrah |
Lemari ternyata salah.
Kata Si Kunci "Kamu tidak salah, kamu sudah mencoba yang terbaik. Namun, tidak ada yang tahu bagaimana perasaan itu bisa berubah seperti apa dan itu adalah hal yang wajar."
"Jadi, kamu ga perlu merasa bersalah. Itu di luar batas kemampuanmu, tentang bagaimana orang lain menyikapi itu. Kamu pun berhak bahagia," lanjut Si Kunci.
Lemari, ia tersadar akan suatu hal. Benar, selama ini ia begitu memberatkan dirinya sendiri. Perasaannya, benar-benar di luar kendalinya.
Namun, kendali diri masih dapat dikuasi. Tentang bagaimana ia perlu menyikapi tentang perasaan yang ada dalam dirinya tersebut. Ia perlu menatanya, sehingga tidak ada luka. Ehm, bukan tidak ada luka. Karena pasti akan timbul luka, entah itu secara cepat atau lambat. Namun, lebih ke, bagaimana menyikapi dengan benar, mengusahakan sebisanya agar semua pihak tidak terluka. Agar, ia pun tahu. Bagiamana agar perasaan itu, mau dipupuk, atau dibiarkan hanyut oleh hujan.
Kita, hanya melihat saja. Sejauh mana perasaan itu bertahan seiring berjalannya waktu. Sejauh mana, kesempatan, tentang dia dan dirinya, yang mengusahakan atau tidak mengusahakannya, dan saat 'saling' menjadi kata yang paling ditunggu.
Kamis, Desember 31, 2020
'Bukan fokus pada objeknya, tapi lebih fokus pada caranya'
Kata itu yang aku dapatkan setelah membaca konten di islami.co. Tentang mencintai. Adalah cinta yang merupakan topik yang tiada habisnya untuk dibahas. Adalah cinta yang membuat segalanya indah. Adalah cinta yang selalu memiliki misteri dan ceritanya masing-masing.
Selama ini, terkadang kita disibukkan dengan mencari siapa yang dicinta. Namun, kadang lupa bahwa ada hal yang penting dalam itu, yakni tentang cara mencintai.
Ada rasa cinta yang membuat kita berharap lebih pada objek yang kita cintai tersebut. Dan, rasa sedih dan kecewa yang akan menjadi ujung dari cerita itu. Karena apa yang kita harapkan, apabila itu terlalu tinggi, dapat membuat kita merasakan luka.
Ada rasa cinta yang membuat kita mengoleksi segala pernak-pernik objek yang kita cintai tersebut. Kita pun menjadi senang, apapun kita lakukan. Dan, ujung dari itu adalah kita takut kehilangan atas apa yang selama ini dapat kita genggam.
Ada rasa cinta yang membutakan. Membuat kita patuh terhadap apapun. Tunduk pada apapun. Atau rela melakukan apapun atas nama cinta. Sampai-sampai kita tidak tahu batas yang wajar hingga akhirnya menyiksa diri, demi kebahagiaan yang kita cintai.
Lalu, bukankah itu hal yang wajar. Sesuatu yang lazim. Sesuatu yang dengan mudah dapat kita temukan di kehidupan sehari-hari?
Yaa, benar sekali. Memang, ada hal-hal yang belum sempat kita renungkan, namun kita melakukannya seakan itu sudah menjadi hal wajar, sesuatu yang biasa saja untuk dilakukan.
Aku pun, merasakan hal yang sama. Merasakan bagaimana fokus terhadap objek, namun lupa akan cara yang tepat untuk mencintai. Padahal, diibaratkan, kalau kita ingin menjadi seorang master chef, kita harus tahu cara memasaknya dulu bukan?
Lagi-lagi menjadi hal yang sulit, untuk mengetahui cara yang tepat mencintai. Mungkinkah dapat dimulai dengan bagaimana kita ikhlas dan berserah diri pada yang lebih dahulu mencintai kita?
Sebaik-baiknya rasa cinta ialah kepada Zat yang menciptakan seluruh semesta. Kita sudah dicintai dan sepatutnya mencintaiNya.
Mencintai dan dicintai.
Ada rasa bahagia saat kita memberikan segala hal yang membuat kita menjadi makhluk yang mencintai. Tapi.. bukankah segala sesuatu membutuhkan reaksi timbal balik?
Mencintai dan dicintai.
Tentang mencintai ini. Ada hal-hal yang perlu kita kenal lebih dalam. Ada cinta tanpa syarat yang diberikan oleh orang-orang kepada kita. Yakni cinta dari Baginda Rasulullah kepada umatnya, cinta ibu dan bapak kita, serta cinta kasih yang diberikan oleh semesta, bagi kita yang berlaku baik pada mereka.
Lalu bagaimana cara mencintai yang baik? Duh, aku pun masih tidak tahu jawabannya. Mungkin, kita perlu tahu bagaimana memperjuangkan, bagaimana bahagia tentang apapun pilihannya, eits tunggu sulit sih ini, hehe.. ya gimanaya kalau kita bukan yang dipilih kan sedih sih, berarti harus tau bagaimana merelakan?
Lagi-lagi, masih belum tahu. Kita tentunya, memiliki definisi masing-masing. Tentang apa itu cinta atau cara mencintai.
Yang terpenting bagiku, lakukan dengan tulus. Maka semesta akan membantu membisikannya, entah lusa, entah tahun depan, atau setelah engkau tiada.
"Barangsiapa yang mampu mencintai orang lain dengan tulus dan benar, akan mendapat arus balik dicintai orang dengan benar."
Selasa, Desember 29, 2020
Tahun 2020..
Haha penuh dengan kejadian yang benar-benar tak terduga. Setidaknya tak terduga, karena memang belum kita alami sebelumnya. Nyatanya, alam sudah memperingatkan kita sebelumnya bukan?
Aku ingat guru agamaku dulu saat smp, beliau menyampaikan bahwa sesungguhnya kehidupan di bumi ini adalah tentang 'balance' atau keseimbangan. Kalau udah ga seimbang, berarti ada yang tidak beres kan?
Padahal awalnya aku kira bakal jadi tahun yang begitu menyenangkan. Aku kira bakal bisa jalan-jalan bersama teman di beberapa tempat, yakni menjalankan koasisda di beberapa daerah. Dan selanjutnya ujian kompre di hadapan dosen dan teman-teman, di ruang yang menegangkan itu. Haha..
Memang, manusia memiliki keterbatasan untuk melihat jauh ke depan. Tapi, coba saja jika kita lebih baik ke alam. Bukankah alam sudah menyediakan banyak hal?
Berkaitan dengan itu, pandemi merupakan sebuah ujian dan cobaan bagi kita semua. Pandemi membuat kita belajar menahan ego kita sebagai manusia, yang notabennya merusak, ingin memiliki segalanya. Pandemi yang membuat kita harus lebih peduli pada sekitar, orang-orang sekitar, para pekerja, pemimpin, masyarakat secara umum, dan kepada hewan serta lingkungan yang membutuhkan sinergi di bumi ini.
Sumber: Jakarta Post |
Bukan juga soal itu, nyatanya memang bagi diriku pribadi, di masa itu.. aku langsung saja memutuskan untuk pulang, dan berada di rumah. Maklumlah, jika dipikir-pikir aku akan begitu pusing dengan tidak melakukan apa-apa di kosan. Jadinya aku memilih untuk di rumah saja.
Banyak hal pait, dan manis menjadi satu. Ada tangisan, ada tawa, ada luka. Yang semua-semuanya mewarnai tahun 2020. Di sekitarku saja, banyak orang yang dirugikan setelah pandemi datang, banyak putus kerja, jualannya merugi dan banyak kejadian lain.
Namun ada beberapa hal, yang membuat manusia menjadi lebih baik. Dan profesi dokter hewan menjadi sesuatu yang dilirik. Meski, masih tidak terlalu ramai. Aku yakin betul bahwa profesi dokter hewan merupakan salah satu garda terdepan dalam pencegahan penyakit zoonotik (penyakit yang dapat menular dari hewan ke manusia atau sebaliknya). Namun bukankah, jika profesi itu penting, akan banyak yang sadar dan membuka peluang ? Yap, harusnya seperti itu. Mungkin saja peluang itu, belum menjadi 'kesadaran' pihak yang berwenang untuk perlu memiliki dokter hewan di pemerintah/ perusahaan/ daerah mereka. Semoga saja, kedepannya menjadi lebih baik.
Kita pun yang semula tak masalah dengan jarak, dipaksa harus lebih berjarak. Kita menutupi mulut dan hidung dengan masker. Bak sedang dibungkam. Kalau-kalau kita terlalu bangga diri, kalau-kalau di masa lalu kita dengan mudah menyakiti orang, kalau-kalau dulu kita tidak menganggap keberadaan orang yang ada di sekitar kita. Setidaknya, hal itu menjadi beberapa hal yang bisa aku petik dari situasi ini. Dalam diam, kita perlu memperhatikan sekitar, memerhatikan hal sederhana namun sarat makna.
Oiya. Berbicara tentang pandemi itu, melibatkan banyak pihak. Dan berarti ekonomi memang memiliki peran yang kuat. Entah itu dalam pengambilan kebijakan, atau dalam hal mental. Setidaknya itu yang aku dapat dari berbagai media. Namun, ada juga kelelahan mental yang terjadi akibat seseorang tersebut, mendapatkan perlakuan yang tidak baik dari orang lain, kelelahan akibat sering bermain gadget, atau karena terisolasi sendiri sehingga jarang bertemu orang.
Kejadian pahit manis tersebut, menjadi semakin lengkap ketika aku yang termasuk lulusan 2020 sedang dihadapkan pada transisi dunia kampus ke dunia kerja. Mungkin, aku dan beberapa lulusan 2020 sedikit kesulitan memiliki pekerjaan. Bahkan bukan hanya mencari, tapi menentukan pekerjaan apa yang sekiranya cocok buat kita juga penuh pertimbangan bukan? Belum lagi ada tuntutan sana sini. Haha.. duh
'Pentingnya ONE HEALTH' Sumber: Unair News |
Lagi dan lagi, sebetulnya manusia memang cenderung was-was. Khawatir boleh, ya katanya jangan berlebihan. Karena kita tidak tahu apa yang terjadi di depan, masih dirahasiakan. Jadi, bisa mengusahakan dan bertawakal sebaik-baiknya kann ?
Ungaran, Desember 2020
Aku yang sedang dan terus belajar
Minggu, Desember 27, 2020
Rintikan sedu....
Perlahan meniriskan luka pilu yang meninggalkan sedikit jejak, sudah saatnya apa yang menahanmu, kembalikan ke awal. Seperti sedia kala saat semua tidak ada apa-apa.
Berharap, memang sejak saat itu aku mulai menaruh sedikit harapan, yang sesungguhnya menjadi bumerang bagi keadaan hati, yakni sedikit merasakan luka.
Ada suatu hal yang bisa ditahan, yakni perbuatan. Tapi ada satu hal yang tidak bisa ditahan, hanya bisa disembunyikan, yakni perasaan.
Aku dan kamu, dulu hanya buliran hujan. Yang menyatu ke bumi, namun bukan berarti saling satu. Hanya sebuah koneksi yang diciptakan alam.
Saat merenda, kita diterpa runtuhan jarum yang menusuk hingga ke sumsum, menyisakan perih. Yang aku tahu, aku bahagia, tapi aku tak paham waktu itu, kalau bahagiaku menyakitkan di waktu lain.
Fluktuatif. Ada kalanya aku bahagia, ada kalanya hanya luka. Aku pun sudah berkali-kali merelakan. Mencoba meyakinkan, jika kita tak mungkin bersama. Selain karena ada dia yang di sana, aku tak dapat menemukan hatimu.
Yang aku tahu, aku benar-benar tidak tahu. Aku hanya sibuk mengartikan kebaikan, yang mungkin itu adalah hal yang biasa dilakukan oleh sesama. Keterbukaan yang mungkin itu bisa dilakukan dengan sesama. Kelemahan yang mungkin hanya dibagikan saat sedang merasa untuk berbagi. Tak ada lebihnya..
Namun, tetap. Semburat senyum itu. Sangat indah. Goresan luka, tanpa nanah, karena dengan cepat pulih olehnya.
Namun, tetap. Suatu A menjadi Aplus, jika itu yang kau ucapkan. Hanya kata biasa tapi saat engkau yang mengungkapkannya, menjadi suatu luar biasa. Hanya doa yang bisa diucap, tapi aku harap, hanya aku yang kau tuju pada doa itu.
Kata itu,
Menjadi suka sekaligus duka yang masih rahasia..
Sabtu, Desember 26, 2020
Serpihan rentetan yang memiliki alur maju, ya maju karena dari dulu hingga kini, menghasilkan sebuah kisah yang sangat berarti.
Menjadi dokter hewan, calon dokter hewan, atau seorang dokter tapi dokter hewan?
Aku ingat betul, waktu itu aku hanyalah seorang anak ingusan yang mencoba menelaah peluang untuk dapat memasuki perguruan tinggi lewat jalur undangan. Alhasil, sampailah aku di titik awal yang menjadikanku bisa sampai di titik lain, yang akan menjadi titik dari sebuah awalan baru.
Aku menangis sesenggukkan, sesaat setelah pengumuman ujian kompre di Kamis, 17 Desember itu. Aku menjadi rombongan pamungkas, hari kedua sebelum hari terakhir periode ujian dilakukan. Sebelumnya aku memang merasa tenang, karena merasa memiliki “banyak waktu” untuk mendengarkan ujian teman atau mengulas pelajaran yang sudah aku baca sebelumnya. Tapi, yang namanya ilmu pasti tidak ada habisnya. Semakin aku membaca semakin aku merasa kurang.
masih sembab |
Yang aku rasakan sesudah pengumuman itu adalah, sebuah rasa yang entah itu rasa lega atau rasa tidak terduga, atau justru karena aku tidak bisa menjawab secara maksimal. Aku tak tahu betul, tapi yang aku rasakan dalam gaungan pikiranku saat itu adalah aku benar-benar tidak menduga aku bisa sampai di titik ini. Benar-benar tidak menyangka.
Jadi ingat, dulu aku pernah hampir putus asa, saat sebelum memasuki masa sma. Aku lebih memilih memasuki sekolah swasta, alih-alih bukan negeri yang dulu ada wacana menuju RSBI, alias sekolah berstandar internasional. Dampak yang nyata bukan sistem pembelajarannya, tapi bayarannya. Sehingga aku pun tak tega untuk masuk ke sekolah negeri ber RSBI itu. Tapi, dukungan dari berbagai pihak, dan yang terpenting dari bapakku, yang mengatakan akan mengusahakan semaksimal mungkin akhirnya memberanikanku mendaftar ke sekolah negeri yang katanya RSBI itu. Namun, keadaan juga menjadi tak terduga setelah ada pengumuman bahwa ternyata aku masuk ke sekolah swasta bertaraf internasional dengan beasiswa, tapi aku harus merantau ke Bogor.
Memang, banyak ketidakpastian yang berujung sebuah kepastian yang selalu kita idamkan. Kita tidak tahu skenario apa yang Tuhan rencanakan.
Dan, saatnya aku pun meluapkan semua emosiku di situ. Beruntungnya aku, dikelilingi oleh orang-orang baik. Teman-teman yang baik. Saat aku menumpahkan emosiku, aku berada di pelukan mereka. Dan memang, mereka lah sejatinya yang menjadi salah satu sumber kekuatanku untuk terus maju.
Entah itu dari teman-teman yang mendukungku saat di asrama, saat di tingkat persiapan, saat masuki dunia baru di fakultas dan saat aku menjalani koas.
Ehm.. masih ga nyangka banget bakal sampai di titik ini. Aku, yang masih ingusan ini dan menurutku masih perlu banyak belajar ini akhirnya berhasil menggapai satu dari sekian mimpiku. Mimpi menjadi seorang, yang semoga saja membagakan keluarga. Sedikit cerita saja, bahwa ku adalah anak pertama di keluargaku yang menyelesaikan pendidikan hingga ke jenjang yang lebih tinggi. Karena sebagian besar menyelesaikan hingga tahap smk. Semoga saja, lebih banyak lagi yang dapat mencapai pendidikan tinggi.
Meski menjadi sebuah awalan baru, tak dipungkiri, aku pun selalu dihadapkan dengan berbagai kebimbangan untuk meniti karir. Tapi aku rasa hal tersebut wajar bagi para lulusan baru. Tapi lebih bagus lagi jika di jauh-jauh hari sudah memikirkan strategi yang bagus, sehingga sesaat sesudah lulus sudah dapat menentukan arahnya masing-masing.
Semoga, yang disemogakan diaminkan oleh semesta.
Pssst.. ada bonus Buku Album PPDH FKH IPB Periode I 2019/2020
Kamis, Desember 10, 2020
Waktu itu aku pernah membaca puisi, andai aku bisa melipat jarak..
Pertemuan.. perpisahan...
Di masa-masa sekarang ini, semakin terasa. Ujung pertemuan adalah perpisahan.
Saat sudah melewati berbagi kisah, kembali lagi kita perlu merelakan orang-orang berjalan di depan kita. Masing-masing memiliki urusan pribadi. Memiliki sebuah kisahnya masing-masing.
Lalu, "where's the good in goodbye?"
Setidaknya, kita pernah bersama bukan? Pernah merasakan asrama bersama.
Lalu kemudian, berpisah menuju departemen atau fakultas masing-masing dengan orang yang berbeda.
Lalu, bertemu kembali dengan orang-orang yang baru.
Kembali, kita mengukir kisah bersama teman-teman.
Dari menikmati nasi goreng fapet, gorengan cafung, hingga indomi tampomas.
Siapakah yang mengabadikan momen-momen indah tersebut, selain rentetan foto dan tulisan?
Tidak ada..
Tapi aku tahu, ada sebuah hati yang merekam momen tersebut dengan baik. Menyimpannya, dan mengemasnya agar terkenang menjadi memori yang indah.
Rasa lelah dan letih berjuang, tak akan segera ada habisnya.
Aku sangaaat bersyukur.
Loncatan katak atau pekikan suara mencit menjadi teman dalam hidupku. Mewarnai gambar hasil melihat preparat pun menjadi hal yang seru.
Haha aku pun ingat betul, saat sedang was-was akan pertanyaan kuis ada salah satu teman yang dengan santai bilang, "chill lah ga akan ada kuis",
Walau perkataannya tidak sepenuhnya benar, minimal kita jadi sedikit tenang, tidak terlalu memikirkan kuis itu. Hehe..
Meski suasana kelas serius, tapi percaya deh. Bangku pertama dan kedua hanya dikuasai oleh satu orang saja.
Sedangkan yang lain?
Yap, yang pertama datang biasanya lebih memilih jadi penghuni kursi belakang. Wkwk
"Itu kamu tidur, ya?"
"Tidak dok, saya hanya kedip saja"
Wkwk kedipnya tapi lama..
Begitulah kehidupan, pertemuan dan perpisahan sudah menjadi teman di antara pertemanan.
Jumat, Desember 04, 2020
Several days I'll make my last journey and also my another first journey. A journey that'll bring me into my next stage of life.
What's that?
Well, finally after all these years I'll become a veterinarian. Wow.. (I hope I can pass the exam well.. aamiin)
Even if I haven't get my work, I have to make sure that I'm well prepared.
One of them is that, I should know several rules that can be implemented.
Rule No. 1
"Never expect kindness from a colleague whatsoever"
Rule No. 2
"Don't expect to be complimented by your boss. You're lucky if they don't swear at you"
Rule No. 3
"Sometimes act of kindness turn you into pushover"
I got these quotes from watching Web Series in Playlist Global "It's not right, but it's alright".
Ehm.. let me think again, the actual meaning of those words.
Haha.. okay, I'm in the way of thinking it cause I haven't have my workplace. Hahaha.. but I think, those rules can be implemented nowhere, don't they? Hem...
Okey, the next step is that.. I should find my path.. a workplace to be...
Hope I got the best one for me... aamiin
Rabu, Desember 02, 2020
Senin, November 30, 2020
Ketika semua akan berakhir...
Dan tak ada usaha yang bisa dilakukan...
Hanya doa yang dapat menjadikannya ada.. dengan harapan.. dan keihklasan..
Pernah ga sih berpikir, kapan ya aku tahu harus berhenti memperjuangkan keinginan? Sampai kapan aku harus memulai sesuatu yang baru. Sampai kapan aku harus ikhlas yang sedang aku perjuangkan saat ini cukup sampai di sini.
Sejenak, sekelabat bayang-bayang yang bercabang tersebut terus menggorogotiku.
Tapi..
Bukannya kita harus menakar kapasitas diri?
Yap benar ga sih gitu. Memang ga gampang buat tahu diri kita sendiri. Tapi setidaknya kita kan tahu kita nyamannya ngerjain apa, bagus di bidang apa, senang ngalukin apa, dan juga harus tetap realistis dong. Seperti, misal kita suka membantu orang, tapi kita juga harus mampu untuk tetap bisa membantu orang itu kan?
Hem..
Sulit ya..hehehe.
Tapi untung sih, kalau aku sedikit punya jiwa selow, jiwa santuy, walau suka banget berpikir. Jadi bisa lah ya buat ngimbangin pemikiran-pemikiran itu.
Btw, kadang sesuatu yang kita ga suka bisa jadi sesuatu itu baik untuk kita.
Dan.. mungkin hal ini yang bisa tetap terus kita lakukan, terlepas kita mungkin masih bingung, harus ngapain.
Yakni, menurutku..
Tetap berjuang, tetap ikhlas..