heartkokok

Rabu, September 01, 2021

Cerita Ayam (bukan) Heartkokok
September 01, 20210 Comments

Ayam kecil itu seperti kucing, masuk dan keluar rumah dengan sesuka hati


Saat pertama kali pandemi aku memutuskan untuk memelihara ayam buras (alias ayam kampung). Hitung-hitung untuk menambah kegiatan, bukan untukku tapi untuk adekku .  He..he .. 


Ayam tersebut dibeli di pasar hewan Pon, Ambara. Sekitar 12 ekor kalau tidak salah. Karena posisiku masih kuliah di Bogor, aku tidak terlalu banyak melihat perkembangannya (cielah kaya anak aja). Dan kalau ga salah di hari Lebaran, ehm ayam tersebut sudah cukup dewasa untuk dikurbankan (huhu agak sedih sih). 

Sekarang ayamku tinggal Satu Pasang Pasutri (duh tapi ga kunjung mengerami juga wkwk). Satu ekor betina yg namanya Saiko (ya memang seperti yang kamu pikirkan dia memang phsycho alias tingkahnya rada-rada dari kecil). Dan yang terakhir tambahan si Minul kecil. 

Minul ini unyu sekali. Dia adalah ayam broiler. Tahu kan ayam broiler yg pada mulanya dibeli karena diwarnai dengan berbagai warna oleh penjualnya. Yang sebenarnya merupakan ayam DOC (day old chick) afkir. Bisa jadi karena diprediksi perkembangannya buruk, tidak sesuai standar, atau karena stok DOC yg berlebihan atau mungkin alasan lainnya. 

Pada perkembangannya Minul tumbuh menjadi ayam kecil yang warna bulunya kembali seperti semula. Putih, bersih, tak sembarang bersih. Jadikan yang putih tetap putih. (Loh kok kaya narasi iklan sih hehe). 

Meski aku dokhe, emang ga jamin juga sih, kelakuan ayamku aneh-aneh. Malah karena dokhe jadi aneh kali ya? Haha.. 

Ayam Pasutri tidak kunjung bertelur dan mengeram sehingga berkembang biak. Meski setiap hari mereka ditempatkan di kandang yang sama. 

Si Saiko juga sangat aneh kelakuannya. Dari kecil dia ini berbeda dari saudara-saudaranya. Dia kelakuannya aneh. Dan tentu tidak bisa disatukan dengan saudara-saudaranya yang lain. Berdasarkan Ilmu Perilaku Hewan yang aku pelajari, si Saiko ini memang memiliki kelainan dari kecil. Suka mematuk-matuk. Hal tersebut bisa karena trauma, kekurangan nutrisi, atau memang takdir aja kali ya hehe.. (Wkwk ngasal nih). Tapi hebatnya sejak Saiko dewasa, dia hampir bertelur setiap hari. Tau lah ya kalau telur ayam Kampung yang kecil itu sangaaatlah nikmat. Jadi kadang rebutan hihihi.. 

Dan yang terakhir si Minul yang kalau bisa dibilang mirip kucing. Dia mungkin usianya sudah hampir dua bulan. Tapi badannya masih segitu-segitu saja. Padahal nih ya, kalau seusianya dia sebagai ayam broiler sejati sudah dari kapan taun tersaji di piring kalian masing-masing. Hihi.. 

Minul yang jalannya tinal-tinul, suka sekali ngikutin orang yang berjalan di depannya. Bahkan nih ya, walaupun kebiasaan orang di desa itu melepas liarkan ayam-ayamnya, gak bakal dibiarkan masuk ke dalam rumah, sekalipun rumah pemiliknya. Tapi beda sama Minul, aku suka ga tega kalau mau ngusir dia. Bahkan aku biarkan sesaat dia mondar-mandir di rumah. Pengen kudusel-dusel juga, tapi Minul ayam jadi teriak-teriak malah wkwkw. 



Bukan Minul


Akan tetapi, sekeluarga ga akan biarkan Minul lama-lama di dalam rumah. Jadinya.. syahhhh .. syaaahh.

Bye bye Minul, 










Reading Time:

Selasa, Agustus 24, 2021

Mengubah Perspektif
Agustus 24, 20210 Comments

 The events of life rejoining and culminating into a point of life, 

 Particularly leaving lessons

to be able to withstand in every conditions, 

to see clearly the greater plan, 

to understand that I am both the architect and tenant of my destruction and rebirth


Menjalani sebuah kehidupan dengan percaya bahwa setiap hari adalah sebuah kesempatan baru, sebuah lembaran yang mungkin berbeda dengan hari yang sudah lalu. 

Menjalani sebuah kehidupan berarti menyadari diri bahwa kita merupakan kumpulan berjuta-juta sel yang memiliki nyawa. Memiliki tugas masing-masing. Namun, terkadang memiliki sebuah hal yang sebenarnya bukan untuk diri sendiri. Melainkan ditakdirkan untuk orang lain. Terkadang dibawa ke atas, turun sebentar, atau tiba-tiba ke atas lalu ke bawah lagi. Terkadang sedih, senang, tawa, duka, lara, bahagia. Pada akhirnya kita pulalah yang akan bertanggung jawab terhadap jiwa masing-masing. Kembali seperti saat kita belum memiliki apa-apa.


Saat dilanda kesusahan, kita dituntut untuk tetap bangkit. Memaksa diri untuk tetap tegar, meski itu tidak dapat terjadi secara sekejap. Ada yang bernama harapan. Berharap jika akan ada kehidupan yang lebih baik setelah mencoba lebih baik lagi. Berharap kepada Yang Maha Besar bahwa penghambaannya dapat diterima. 

Seperti sebuah senja yang segera berganti malam. Mengubah  sesuatu yang saat ini kita sendiri belum yakin adalah sebuah usaha yang melelahkan. Kita semua tahu bahwa untuk mencapai kebahagiaan sebenarnya tidaklah sulit. Dulu pun, saat kita kecil sangat bahagia sekali ketika pertama kali akhirnya bisa mengendarai sepeda. Mungkin setelah terjatuh dan luka di badan. Kita pun sangat bahagia tatkala tahu bahwa besok akan diajak pergi bertamasya. Kita pun berharap di hari penerimaan raport saat kita sudah yakin akan mendapatkan nilai yang baik, orang tua kita akan memberikan kado. 





Sebuah perspektif. 


Bukan sedih karena tidak dapat mengejar impian. Tapi sebaliknya, mungkin lebih baik redaksi pikiran yang berkecamuk diganti dengan betapa senangnya masih diberi kesempatan untuk berkumpul keluarga. Akan ada rencana-rencana yang lebih indah, yang telah direncanakan-Nya. 

Bukan sedih ketika tidak dapat memiliki mobil dan rumah mewah. Tapi senang karena dapat makan dengan cukup, tidur tanpa takut ada yang mengusir, bangun tanpa melihat selang bergelantungan, serta masih dapat melihat dan berjalan dengan baik. 



Begitulah kiranya, permainan demi permainan yang perlu kita menangkan. Mendamaikan pikiran diri sendiri.    Tentang bagaimana diri menempatkan suatu keadaan menjadi lebih baik dari yang ada. Menempatkan diri menjadi makhluk yang penuh rasa syukur. Menggeluti pikiran dengan ketenangan dan kedamaian di tengah dunia yang penuh permainan ini. 


Akan ada hari dimana kita benar-benar merasakan jerih payah yang selama ini kita lakukan, dengan melihat senyuman orang-orang yang selama ini telah membersamai kita, dengan orang-orang yang selama ini kita berbagi. 


Reading Time:
Mencintai Bahasa seperti Diri Sendiri
Agustus 24, 20210 Comments


Pernah tidak sih kalian bingung dalam menggunakan di sebagai kata depan dengan di sebagai imbuhan?
Seperti di sini atau disini?

Bulan Agustus masih belum berakhir.. itu artinya masih ada kesempatan buatku ngungkapin hal yang selama ini, eh... kupendam hehe

Aku adalah seseorang yang dilahirkan di Tanah Jawa. Bagiku dan semua keluarga serta tetanggaku, bahasa Jawa telah melekat sedari lahir. Namun demikian tidak membuat kami benar-benar menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari. Secara tidak sadar kami menggunakan dua bahasa sekaligus, yakni Bahasa Jawa dan Bahasa Indonesia. Bahasa Jawa lebih sering kami gunakan sebagai komunikasi sehari-hari, sedangkan Bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar yang digunakan di sekolah-sekolah, kantor, maupun media masa. 

Dan aku secara sadar telah mencintai kedua bahasa tersebut. 


Siapa bilang pandai dalam berbahasa asing tidak keren? Aku sangat setuju kalau bisa dengan baik menggunakan berbagai bahasa adalah suatu kebanggaan tersendiri. Namun, tidak keren menurutku apabila penggunannya tidak disesuaikan dengan baik. 

Dewasa ini banyak kita temukan fenomena 'Nginggris' yang ternyata secara tidak sadar kita pun telah terjerumus ke dalamnya. Meski aku pun tidak mengerti semua padanan Indonesia yang baik sih. Hehe. Jadi fenomena tersebut menurutku terjadi karena kita sendirilah yang membuatnya demikian. Bagaimana tidak, kita sendiri saja sebagai penutur aslinya tidak mulai menerapkan menggunakan padanan kata dengan baik dan benar. Kita lebih paham makna download, online, offline, dan sebaliknya lebih asing dengan istilah mengunduh, daring, luring, dan sebagainya. 

Karena aku sudah terlanjur bilang, aku cinta Bahasa Indonesia, mau tidak mau aku harus terus menggunakan bahasa tersebut dengan baik dan benar. He.. he.. kalau tidak kita sendiri, siapa lagi kan?

Ngomong-ngomong, masih bisa santai kok nggunain Bahasa Indonesianya, ngga membuat Bahasa Indonesia menjadi terlalu kaku. Ya kan?!

Selain itu, aku pun juga mencintai Bahasa Jawa, eh meski aku tidak pandai menempatkan diri dalam menggunakan bahasa Jawa ngoko, kromo inggil, kromo alus hehe. Tapi yang pasti, aku bangga dengan Jawa dan budayanya. Karena banyak sekali bahasa Jawa walaupun ngoko, aku masih kurang paham. Dimaklumi kan ya, karena aku lama berada di Tanah Sunda (Tapi ngga pandai bahasa Sunda huhu). Jadi, aku yakin dan tetap bangga kalau suatu saat nanti mengajarkan anak cucuku menggunakan bahasa Jawa. Tidak apa-apa sedikit terlambat dalam penggunaan bahasa asing, karena sebenarnya penanaman jati diri seseorang dimulai sejak dini, bukan? hehe
Reading Time:

Sabtu, Juli 03, 2021

Ini Passion atau Demen? Ngobrol bareng Osa ngomongin tentang Passion
Juli 03, 20210 Comments
"Osa, lagi di hutan atau tidak?"


Ada yang kangen obrolan kita bareng 'sosok' anak kedokteran hewan yang menginspirasi? 
Kali ini obrolan kita bakal seru banget nih, karena kita akan ngobrol bareng orang yang dulunya bercita-cita jadi polisi eh tapi kok sudah lulus jadi dokter hewan.

Auzan Zihni Sukaton yang akrab dipanggil Osa merupakan dokter hewan yang baru saja menetas. Seorang yang lahir pada 11 Juni 1997 ini dikenal sebagai orang yang jarang banget ada di daratan alias sering banget di hutan.

Lho kok gitu, sih? Apakah Osa tinggal di sana?

Ngomongin soal itu, penasaran ga sih kalian kenapa Osa sampai dikenal di kalangan teman-teman sejawat menjadi penghuni hutan? 

"Osa, lagi di hutan atau tidak?" Wawancara pun dimulai dengan menanyakan keberadaan Osa. Syukurlah wawancara dilakukan pada waktu yang tepat, ia sedang tidak ada di hutan hehe. Tapi wawancara harus segera dilakukan, karena tidak lama lagi, ia akan kembali melakukan aktivitasnya di hutan. wkwk. 

Los geht's!

Milenial yang berasal dari Malang ini mulai tertarik akan dunia petualangan sejak SMP. Ia mulai serius dengan kegiatannya setelah masuk kuliah di FKH IPB. Keseriusannya dibuktikan dengan mengikuti kegiatan mahasiswa bernama 'UKF' Uni Konservasi Fauna IPB. 




Kok, awalnya pengen jadi polisi malah jadi dokter hewan? 

Oiya teman teman, Osa baru banget menjalankan UASDH atau kompre yang menjadi syarat sebelum akhirnya dinyatakan sebagai dokter hewan. Tapi kok bisa ya kuliah di kedokteran hewan IPB, fakultas yang terkenal sulit dan banyak hafalan serta praktikumnya itu? 

"Jadi dulu, aku sempat daftar polisi, udah ikut tes juga, tapi belum berkesempatan masuk. Saat ada seleksi masuk perguruan tinggi aku telat tahu mau masuk apa, karena Poster FKH IPB yang tersebar di sma aku ada gambar hewannya akhirnya aku milih kuliah di fkh deh.. hehe"  Btw, wah jadi penasaran ga sih, dulu poster FKH IPB semenarik apa?  wkwk

Meski awalnya tidak terpikirkan akan berkuliah di kedokteran hewan, ia tidak mau melewatkan tugas atau pekerjaan diskusi kelompok. Dan pada akhirnya dia telah menuntaskan apa yang ia mulai, yakni lulus dengan gelar dokter hewan. 

Alasannya pun begitu menyentuh, teman-teman. Ia yakin bahwa tanggung jawab merupakan hal yang sangat penting. Terlebih lagi, selama ini orang tuanya telah membiayayai kuliah dan merestui apapun kegiatan yang dilakukannya. 

"Prioritas sama tanggung jawab itu beda." "Sebenarnya kita lulus di IPB itu merupakan tanggung jawab terhadap orang tua dan negara, walau mengejar passion itu bisa jadi merupakan prioritas kita." 

Lebih lanjut lagi dia pun menambahkan, "Meski jujur kalau kuliah di FKH itu bukan prioritasku, melainkan mengejar passion dengan aktif mengikuti kegiatan ukf [red], aku tetap harus bertanggung jawab untuk menyelesaikan pendidikanku, dan aku pun udah membuktikannya dengan lulus sebagai dokter hewan." 


"Ada pernyataan seperti ini sa, kejar uang dulu passion nanti, atau 
kejar passion dulu uang nanti mengikuti, kamu lebih setuju yang mana?

"Kalau untuk saat ini sampai kira-kira 4-5 tahun kedepan, aku memilih mengejar passion agar aku bisa mengembangkan potensi diri. Untuk ke depanya aku belum tahu, yang pasti aku juga nanti harus memikirkan masa depanku, terlebih jika sudah memiliki orang yang harus aku kasih nafkahi misalnya, hehe."

Kita tidah usah takut teman-teman. Memilih antara passion dan mengejar pendapatan memang tidak bisa langsung nilai baik buruknya. Karena tiap individu memiliki pertimbangannya masing-masing. Selain itu menurutnya, sebagai anak muda kita perlu menggali potensi kita, terlebih lagi saat menjadi seorang mahasiswa. Seperti yang kita tahu bahwa di kampus terdapat berbagai macam organisasi maupun komunitas yang mendukung perkembangan diri kita masing-masing. Bebaskan diri kita, dengan lebih tahu bagaimana potensi diri serta cara kita bersosialisasi dengan teman maupun masyarakat . Tentunya dengan tetap bertanggung jawab terhadap kewajiban kita ya, teman, harus dengan dibarengi melakukan time management dengan baik.  

Kegiatan Osa di UKF ngapain aja?

Ngomong-ngomong soal kegiatan yang dilakukan oleh Osa di UKF ini sebenarnya beragam, sebagian besar kegiatan yang dilakukan adalah melakukan kegiatan lapang di hutan untuk mencari keragaman, keanekaragaman, kepadatan, dan kelimpahan jenis fauna. Untuk seseorang yang tingkatannya sudah seperti Osa masa bisa lebih mendalam lagi, seperti mempelajari ekologi jenis spesies tertentu, seperti perilaku, pakan, masa berkembang biak dan lain-lain yang lebih spesifik. 

Sebetulnya, kegiatan konservasi yang lengkap meliputi kegiatan perlindungan, pengawetan atau pelestarian, dan pemanfaatan yang tidak berlebihan. Namun, kegiatan yang saat ini ia lakukan belum seluas itu. Kalau teman-teman mau tahu lebih lanjut bisa kepoin lembaga yang memiliki wewenang tersebut ya.. 

Sebelum melakukan pengamatan di lapang, banyak hal yang harus dipersiapkan. Yang pertama adalah tekad atau kemauan yang besar. Kegiatan di lapangan memiliki banyak tantangan. Kondisi cuaca pun tidak menentu.  Tekad atau kemauan yang besar membantu kita untuk terus melakukan kegiatan hingga akhir dengan baik. Yang kedua adalah studi literatur untuk mengetahui kondisi lapangan, seperti perkiraan cuaca, fauna yang sering ditemukan dan lain lain. Saat di lapang kita harus benar-benar memperkiraan jauh ke depan sebagai persiapan untuk kegiatan yang dilakukan selama di lapang, tentunya agar tidak pulang dengan tangan hampa. Melainkan memiliki hasil pengmatan yang kita harapkan. Selanjutnya pengetahuan dasar tentang cara bertahan  juga merupakan hal penting yang harus dimiliki jauh-jauh hari sebelum kita terjun ke lapangan. 


Tahu gak temen-temen semua, kalau Osa dan beberapa kawannya telah menulis buku. Hal ini sekali lagi membuktikan bahwa ia benar-benar mengejar apa yang ia yakini sebagai pilihannya dengan sangat baik. Untuk lebih detailnya, teman-teman bisa kunjungi instagram @yayasankiara ya.. 

Buku Karya Osa dkk

Osa tertarik jadi dokter hewan satwa liar?

Bicara soal menjadi dokter hewan yang ahli di bidang satwa liar bukan hal yang mudah menurutnya. Jika sebagai dokter hewan yang dimaksud di sini ialah tentang tindakan dokter hewan sebagai medik veteriner, yang kegiatannya mencakup pengobatan hewan. Namun, tentunya dokter hewan juga bukan mengenai pengobatan saja ya teman, ada yang lebih luas dari itu. 

"Dokter hewan itu tidak selamanya bicara tentang medis, kalau selamanya belajar tentang medis, buat apa kita belajar perilaku hewan?" "Saat kita mempelajari perilaku keseharian satwa, sebagai dokter hewan kita mungkin kita memiliki manfaat tersendiri, seperti misalnya saat melakukan pengematan perilakunya juga akan mengamati bagian yang sudah mengarah ke arah medis tentunya, karena kita sudah mempelajarinya sewaktu kuliah dan sudah menjadi bagian dari cara berpikir kita sebagai dokter hewan. "

Tidak diragukan lagi deh, teman-teman kalau ditanya soal pengalaman Osa dalam melakukan kegiatannya. Aku harap setelah membaca kisah Osa yang inspiratif ini, kita jadi lebih percaya diri mengenai apapun yang kita sedang usahakan, meski itu berbeda dari kebanyakan orang. Kita juga harus terus mengasah potensi diri tentunya, tidak lelah untuk belajar. Entah itu mengejar passion atau mengejar karir, lakukanlah itu yang menurut kita baik, tapi harus bertanggung jawab sehingga kita melakukannya dengan maksimal :)

Sebagai bonus, kalian bisa lho mengunjungi situs https://www.inaturalist.org/people/auzansukaton


sebagian hasil jepretan Osa saat pengamatan ada di sini lho!



Teman-teman semua, terima kasih ya sudah meluangkan waktunya mengunjungi heartkokok.site yang memiliki tampilan baru (meski masih b aja tapi aku baru bikin domain lho wkwk). Oiya, sebagai penutup kita dapet closing statement menarik nih dari Osa. 

"Lebih baik berdarah-darah mengejar impian kita daripada tergerus dengan impian orang lain akan diri kita"

See you, 
namaste! 
Reading Time:

Minggu, Juni 13, 2021

Berprasangka Baik
Juni 13, 20210 Comments

 "Sesungguhnya dia hanya takut menjadi dewasa sebab ketika dewasa ia akan menafsirkan hujan sebagai berkah atau bencana, padahal ia ingin hujan tetaplah hujan"- Jokpin Jogja 2019


Berbicara mengenai pilihan. 

Ada yang sering kita hadapi, tapi kadang juga kita masih kebingungan. Ada yang kita anggap sangat penting bagi hidup kita, hingga butuh beberapa waktu untuk menentukannya. 

Memang sih, sebenernya ada banyak pilihan yang silih berganti datang pada kehidupan kita. Mulai dari menu makanan yang harus kita pilih setiap hari sampai memilih jodoh terbaik yang kita harap sekali seumur hidup. 


Dari semua pilihan yang datang di hidup kita, aku sadar kalau semua ada risiko dan pertanggungjawaban atas pilihan yang diambil. Walau kadang, ada suatu kejadian yang mungkin tidak akan terduga setelah kita memilih suatu jalan itu. 

Misalnya saja, aku suka makan pedas, dan memilih memakan ayam geprek level pedas saat itu. Biasanya, gada respon yang berarti pada perut, gataunya hari itu pas banget setelah makan perutku langsung mulas. Alhasil, aku harus menanggung risiko karena sudah memilih ayam geprek level pedas itu. 

Kita pun sudah sering meleewati pilihan, seperti memilih teman, guru, tempat sekolah, tempat bekerja, hobi, dan beribu pilihan yang silih berganti datang. 


Aku terkadang ngerasa, bahwa banyak sekali pilihan yang mengharuskan kita memilih antara kedua hal yang hampir sama. Atau justru hal yang berbeda 180 derajat. Haha Kalau ingat kejadian dulu, kadang ada rapat dua organisasi yang harinya bertabrakan, atau malah satunya ngajak rapat satunya main. Hehe.. jadi bingung kan.. padahal itu mah ngerasa sok penting aja wkwk

Semakin beranjak dewasa, pilihan yang datang semakin kompleks. Tidak tahu karena pikiran saja yang membuatnya menjadi kompleks atau memang pilihan itu adalah sebuah hal yang sulit. 

Setelah kutelusuri, ternyata kekhawatiran membawa dampak yang besar pada setiap pilihan. Khawatir akan masa depan yang tak pasti. Khawatir jika kita salah pilih. Khawatir jika dan hanya jika kita tak usah memilah dan memilih yang tidak baik.



Huft.. Khawatir atau cemas yang berlebihan ngga baik ya. Jadinya, aku sering coba kombinasikan dengan berprasangka baik. Dan semoga terus bersabar dan berharap kepada Yang Maha Kuasa. 



Kita benar-benar tidak tahu, apa yang akan kita hadapi ke depan. 

Kita benar-benar tidak bisa kembali pada masa lalu. 

Kita hanya bisa menghidupkan hari ini dengan sebaik-baiknya. 



Sisanya, kita coba untuk mengusahakan, menimbangnya, meminta petunjuk, serta menyerahkan pada Yang Maha Tahu. 

Begitu ya, saat kecil kita tidak terlalu banyak berprasangka, hujan hanyalah hujan, pelangi adalah hiasan indah di langit, bintang bertaburan bersama cahaya bulan yang menenangkan. 

Skenario terbaik, telah ditulis untuk kita. Semoga semesta terus menuntun kita agar semakin bijak dan terus berprasangka baik kepada keputusanNya. 


sumber: Pinterest


Reading Time:

Selasa, Mei 18, 2021

Overthinking Bukan Gaya Gue
Mei 18, 20210 Comments

Melewati kedewasaan dengan suguhan pahit, manis, asam, gurih? Itulah namanya hidup. 

Aneh ga sih,  kadang ada kalanya kita merasakan kesibukan yang membuat kita tidak ada waktu untuk diri sendiri atau keluarga. Kadang pula, ada kalanya kita tidak tahu mau ngapain, sampai ngebuat orang jadi overthinking alias berpikir berlebihan. Balik lagi ke rumus, segala sesuatu yang berlebihan itu tidak baik, maka dapat kita simpulkan bahwa overthinking juga ga baik kan. 

Berbagai macam bentuk overthinking dapat kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Mulai dari mikirin yang enggak-enggak tentang pendapat orang lain terhadap kita, "Gimana kalau orang mikir gini, ". ada juga bentuk lain yang hampir mirip, "Gimana ya pendapat orang lain tentang aku, " atau "Kayanya gini aja deh biar orang ga ngira aku gini...". 

Tidak dapat dipungkiri bahwa kita merupakan umat manusia, bagian dari masyarakat umum yang pastinya memikirkan tanggapan masyarakat terhadap diri kita pribadi. Pada dasarnya kita juga mau diterima sebagai bagian dari mereka. Tapi, kalau sudah berlebihan mikirin tanggapan mereka, yang ada kita sendiri yang kelelahan gasih. Misalnya saja aku mau berbuat sesuatu nanti kelamaan mikirnya gara-gara nunggu respon mereka dulu hehe. 




Bentuk overthinking lain yang sering kualami adalah rasa tidak percaya terhadap diri sendiri. Biasanya sih disebutnya insecure. Rasa insecure ini timbul sebagai akibat kurangnya rasa percaya diri atau menganggap orang lain lebih baik di atas kita, dan membuat diri menjadi minder. Wah wah bahaya ini hehe. Terlalu pede juga ga baik, eh terlalu minder juga ga baik. Tapi emang sering terjadi sih, apalagi di zaman sekarang, dunia maya dipenuhi oleh berbagai iklan produk kecantikan atau perwatan kulit skin care mulai dari harga yang sebumi hingga selangit alias muahal polll. 

Lagi-lagi tentang bagaimana kita menyakapi kedinamisan masyarakat, yang memang setiap saat akan berubah. Perubahan tersebut kalau dirasa semakin cepat berlangsungnya. Bahkan perubahan mode juga ga akan ada habisnya. Kalau nuruti gengsi jadinya ga akan ada titik akhirnya. Jadi kalau aku mikirnya, asal kita nyaman, ya udah. Kita jalani hari kita dengan bahagia. Dont' worry be happy. 

Seringkali waktu luang memberikan kesempatan lebih banyak bagi kita untuk overthinking. Oleh karenanya menyibukkan diri merupakan salah satu cara agar tidak terjerembab ke dalam perkara yang tidak baik. Bisa dengan melakukan bersih-bersih kamar, rumah, ngerapiin meja, ngelakuin hobi, nonton di Netflix, dengerin radio, nyoba masakan baru, atau menghubungi kawan terdekat. Sekali lagi, say no to overthinking!

Reading Time:

Rabu, April 28, 2021

Kebaikan itu Bagaikan Air
April 28, 20210 Comments


Kindness is like water. A gentle flow can erode the hardest seemingly unmovable objects




Pernah tertampar mendengar, 

"Kalau berbuat baik terhadap orang yang baik pada kita itu hal biasa, tapi berbuat baik pada orang yang jahat pada kita itu baru luar biasa". 



Seringkali menimang-nimang, apakah kita terlalu baik pada orang, sehingga seringkali dikecewakan? 

Huft, padahal apasih yang udah aku lakukan, hingga bisa berpikir seperti itu? 


Berbuat baik, kemudian melupakan kebaikan itu dan ikhlas merupakan kombinasi lengkap, yang memang bukan hal yang mudah untuk dilakukan. Nyatanya, masih kok aku berharap kalau perbuatan baik itu ingin dapat balasan, meski sekedar ucapan terima kasih. 


Walau begitu, ternyata berbuat baik dan sekedar membagi sesuatu terhadap orang lain itu sesungguhnya banyak manfaatnya untuk diri sendiri. Misal saja, saat ini, karena sudah bekerja, aku bisa ngebantu sedikit uang belanja ortu (Bukan sombong beneran deh) hehe. Entah kenapa hal tersebut membuat diriku sedikit bangga. Dulu bocah kecil ini yang hingga menghabiskan waktunya di bangku sekolah dan meminta uang terus menerus bisa lebih sedikit mandiri. Rasa bahagia itu sanggup menjadi obat. Dan sangat berguna saat sedih dan capai melanda. Saat sesuatu yang diharapkan tidak kunjung datang.


Berbuat baik terhadap orang yang berbuat jahat pada kita? Entahlah aku pun belum bisa membayangkannya. Namun kalau dipikir-pikir, hati akan jauh lebih bahagia bukan, jika dapat melakukan perbuatan baik itu?

Aku pernah denger dari bapak temen deketku yang bilang, waktu itu aku nanya kenapa bapaknya dan keluarganya baik banget, setiap orang yang datang ke sana dijamu dengan baik, bahkan diberi uang saku.




 Beliau percaya bahwa kebaikan itu akan mengalir, bagaikan air. 

Jika saja dia baik terhadap orang lain, secara tiba-tiba kebaikan itu bisa saja datang ke keluarganya, contohnya ke anaknya. Entah itu kapan. 

Aku pernah dengar juga konsep, Pay it Forward. Konsep itu berlaku seperti saat kita ngasih bantuan kepada orang lain, suatu saat orang yang kita bantu itu berpotensi untuk melakukan kebaikan kepada orang lain. Wah... Bayangkan saja jika hal tersebut jika terus menerus berjalan, terus mengalir bagaikan air, pasti semua orang tersebut akan merasakan kebaikan itu.


Pengen cerita saja, bukan karena apa-apa. Tapi lebih karena aku bahagia. Dan kebahagiaan itu sangat berbekas. 

Jadi, aku sangat suka ngasih sebuah note, atau fortune cookies, yang berisi tulisan 'quote' gitu disertai snack jajanan murah ke temen-temen. Meski kadang gada snacknya juga sih hehe. Kadang aku juga ngerasa, apain sih aku ini ngasih begituan hehe. Kadang aku juga ngerasa, kok orang biasa aja ya aku kasih begituan haha. Tidak ada ekspresi (karena saking seringnya jadi ga terkejut lagi :))). Tapi suatu hari aku pernah nanya ke salah satu temen, gimana sih tanggepanmu aku kasih begituan? Jawabannya "Kadang aku menduga-duga, bakal dapat apa ya? Haha" . Aku kaget, aku kira dia merupakan salah satu orang yang kadang ga berekspresi saat aku kasih fortune cookies. Ternyata bisa penasaran juga yaa 😅


Dan, benar. Aku walau gadapet apa apa. Tapi hal tersebut membuat diriku bahagiaaa. Sangat bahagia. Meski ya seperti itu, kadang aku berpikir ulang apakah yang aku lakukan ini merupakan hal bodoh. Atau hal yang sia-sia. Tapi, aku yakin, aku sedikit menghibur mereka dengan kata-kata itu kann? Hehe .  Entahlah. 



Benar kok, kebaikan itu mengalir. Kadang gatau kapan. Kadang ga terduga. Dan kadang,, bikin diri tertawa ngakak 😂






Reading Time:

Selasa, April 06, 2021

Sudahkah Menjadi Pendengar yang Baik?
April 06, 20210 Comments
Terima kasih untuk kalian yang telah menjadi pendengar yang baik, bagi siapapun yang suaranya atau sekedar keluh kesahnya ingin didengarkan....



Media sosial  membuka jalan bagi setiap orang untuk menyuarakan pendapat, membagikan keseharian yang dialaminya, bahkan sebagai ajang untuk meraih pundi-pundi uang. Berbagai macam media pun ikut mendukung hal tersebut. Kita seringkali mendapatkan berbagai macam informasi yang bersumber dari berbagai media, tentunya dalam hitungan detik. Informasi tersebut mengalir begitu cepat sehingga tak terbendung. 

Dalam keadaan seperti itu, kita seringkali dibutakan dengan berbagai macam opini, yang kadang kok kita pun percaya padahal belum tentu  kejadiannya demikian. Karena derasnya arus informasi tersebut,, ya mau tidak mau kita juga harus lebih waspada, alias harus bisa menyaring dan mengolah serta memilah mana yang sekiranya terpercaya, dan nggak ngerusak mental kita.



Omong-omong, pernahkah tiba-tiba omongan kita tiba-tiba diberhentikan oleh orang lain? Atau ngerasa pas lagi ngomong kita tidak diperhatikan? 


Nah kalau iya, berarti sama. Atau jangan-jangan kita lah orang yang tiba-tiba memberhentikan omongan tersebut?


bersama ka jinsi (rekaman project video sumpah dokter hewan)


Seperti media sosial yang semakin meluas, maka semakin sering pula kita menyuarakan pendapat dengan mudahnya. Alhasil beberapa diantara kita sulit atau mungkin belum bisa menjadi pendengar yang baik. Mungkin ngerasa kalau pendapat kita lebih penting untuk didengarkan?

Gatau juga, pasti banyak alasannya sih.. 

Sebagai generasi yang pernah mengalami masa berjayanya warnet hingga sekarang masa yang internetnya  atau teknologinya sudah canggih, menjadi suatu pembelajaran tersendiri. 



Baiklah, tidak ada salahnya kan menjadi pendengar yang baik, sekedar mendengar dengan sesama apa yang sedang orang lain sampaikan. Mendengarnya dengan penuh antusias. Meski terkadang mereka hanya perlu butuh pendengar.  Hanya sekedar menjadi teman  yang mengerti tapi bukan menghakimi, tapi bukan menggurui, tapi bukan balik menasehati. Kadang hanya butuh didengarkan. 


Sometimes listening is more important than being heard


Ga jelek juga kok, jadi pendengar.. Hehehe.. 



eits.. Kalau berusaha jadi pendengar yang baik, mungkin kita ga dengan gampangnya ngasih komentar yang jelek ke orang lain kan, entah dengan tulisan atau secara verbal?


Reading Time:

Rabu, Februari 10, 2021

Gaji Pertama Buat Apa Tuh?
Februari 10, 20210 Comments

Ngebayangin gaji pertama kali selalu membuat panas dingin. Rasanya tuh seperti naik jungkat-jungkit, kadang ngerasa di atas kadang ngerasa di bawah.

 

Sebagai lulusan baru dan tentunya merasakan pertama kalinya  menjadi seorang pekerja, pasti ngerasain kan gimana sulitnya nyari uang wkwk. Dulu sih, pas kuliah seringnya ga pake mikir buat beli ini itu (Well, mikir sih ) wkwk walaupun gitu, tapi beda kan pastinya. Kuliah juga capek, aku tahu itu. Tapi, beban dan tanggung jawab di dunia pekerjaanlah yang seakan membuat kerja menjadi lebih berat. Dan kenyataannya memang begitu hehe.

Jadi, sebelum kerja secara resmi untuk yang pertama kalinya. Aku begitu dag dig dug.  Mikir banget, seakan otak itu penuh dengan tanda tanya besar dengan kata tanya gimana. Gimana ya nanti aku di sana? Gimana ya atasanku? Gimana ya rekan baruku? Duh sampai ribuan gimana kalau dilanjutin wkwk.

Sembari ngabisin pertanyaan gimana, gak tahunya udah satu bulan aku bekerja. Begitulah, dari pagi sampai malam, otak dan tenaga harus digunakan dengan baik. Dan tentunya mulai ngubah pola pikir serta seperti yang kakakku nasehatin, ‘Sekarang itu kamu kerja ya, bukan seperti magang lagi. Mulai serius dan penuh dengan  tanggung jawab.’

Benar adanya. Tanggung jawab dalam pekerjaan harus tetap dijadikan sebagai landasan pertama dalam menjalani rutinitas harian saat kerja. Ditambah lagi bekerja di bidang yang menyangkut kesehatan, menyangkut nyawa. Harus dilakukan dengan benar.

Sebagai dokter, jam terbang benar-benar diperlukan. Tuntutan kerja yang tinggi harus dibarengi dengan semangat dalam belajar dan rasa ingin tahu yang tinggi. Selain itu, kita juga dituntut untuk belajar secara cepat, melihat dan mendapat bimbingan dari senior yang lebih berpengalaman. Tapi yang harus diingat menurutku, kalau belajar itu ga akan ada habisnya. Dari lahir sampai mati pun kita harus tetap belajar, terlepas pekerjaan kita apa macamnya.

Hehe.. untuk diriku sendiri nih, tetap berproses ya. Seperti yang sudah kamu tanamkan tadi, tetap belajar tapi kudu pede dong, apalagi kalau ditanya klien wkwk. Jadi nih, jangan malu buat nanya (tp jangan malu-maluin plissss hahaha) serta kudu terus belajar doongg!!.

Well, terus gaji pertama buat apa? Wkwk

Hasil celengan selama kuli-ah (beneran recehan :") )

Sebenarnya, ya gitu. Di kehidupan ini aja ada yang mau dipengenin. Ada juga kebutuhan yang setiap bulan perlu kita pikirkan. Ada juga kebutuhan tak terduga yang gatau kapan datangnya. Untuk itulah, hehe di gaji yang pertama ini sebenarnya bingung juga ya haha. Baru kali pertamanya megang duit hasil jerih payah sendiri. Meski begitu harus ngerasa cukup dan punya strategi yang baik. Kalau gaji kecil atau besar pun jika ga bisa ngaturnya jatuhnya sama aja.

Nah, karena gaji pertama ini. Aku dedikasikan untuk emak wkwk. Tapi ya rahasia gimana spesifiknya wkwk. Kata kakakku juga, kalau gaji pertama tuh jadi ganti ongkos selama sebulan pertama dan beberapa bulan berikutnya. Karena memang ya, kita kan sedang dalam masa peralihan, beralih dari pendapatan dari uang pemberian orang tua ke uang hasil kerja pribadi. Serta sebagai kakak yang mempunyai adik masih kecil sedangkan orang tua sudah sepuh, aku juga harus lebih pandai nih ngatur strategi yang baik.

Semoga yaa,, kita selalu bersyukur atas apa yang kita dapat. Aku pernah dengar dan baca, kalau rezeki itu bukan hanya dalam bentuk harta. Tapi, saudara yang baik, teman yang baik, dan orang di sekeliling kita yang baik itu juga merupakan rezeki. Wah betapa luasnya makna rezeki ya..

Ganbate as always yaa...

Btw, ehm.. aku sudah mulai pengen punya side hustle nih, apa ya? wkwkw

Reading Time:

Rabu, Februari 03, 2021

Leaves, Left, and Lost
Februari 03, 20210 Comments

   

Letting something go is somewhat burdensome ....


Do you ever lost something? or maybe losing someone? Or saying goodbye to someone who will leave for good, far from you?


I read one of Lang Leave's poem, more or less the poem describes the way something changes and for sure we will face the bitterness, like losing something.. 

Let's read it together... And see behind the poem Leaves by Lang Leav...  


    Leaves

by Lang Leav


Deep in the forest among the trees

I heard the whispering of leaves

They spoke to me of letting go

and taught me all I had to know


Springtime shoots and renewal dots

branches brittle from the frost 

Leaves bravely do what we refuse 

New love will come to bear the loss


When time has come to pay one's dues

you mustn't be quick to count the cost

For those who hold on to what is lost

will learn there's so much more what to lose


Leaves, Left, and Lost

Before discussing it further, I wanna tell some not that funny stories.. Well, the neighbor's house, in their house next to the place I live, had one tree. That day, in the very morning, I whispered to my self, while standing in front of the window, the beauty of that tree, which having thick leaves and many branches. And do you know what happened? That morning, around 2-3 hours later, the tree was being cut down, leaving no leaf left. I just amazed by its beauty but then... Hahaha. I just somewhat sad but laughing at the same time.. Somehow, admiring something and suddenly losing it, yeah it's happen in our daily basis. 


Well ..let's discuss about the poem then...

The first paragraph, I think Leav want to tell us that actually tree is the one who facing lost everyday.  Leaves fall down every minute from trees. Thus she told us that this way trees and leaves which part of them could teach us the meaning of letting go. What supposed to leave us will eventually leave us someday. Well, we know that leaves and leave have similar words and sounds. And of course, her name also similar 'Leav'. 


Furthermore she also describe that leaves teach us something wonderful about letting go. 'New love will come to bear the loss'. According to the previous words, she said that we often afraid to begin again. To have a new love. To move on. Because maybe our previous love was precious, and we never imagined before, that we'll able to stand if we didn't live with that person. However, leaves teach us that accepting new love will make us feel at ease. 


I would say to agree that last paragraph wanna tell us that, the one who hold on to what is lost actually losing more. I have had in the situation where, I didn't realize there are people in my surrounding worth my affection as I hold on to much to people I've lost.

Hence, ini my opinion what the poem wants to say is that, it's okay if we lost something, if it's meant to be it'll be, may be something better will coming up soon, and we always could learn from it. And we are human, are always think much before doing anything. 




Reading Time:

Jumat, Januari 29, 2021

Bentuk Perhatian
Januari 29, 20210 Comments

NYALA

Yang tak terkatakan  

akan tetap menyala

di balik kata-kata

yang berangsur padam

 Aku ingin membuka postingan kali ini  dengan puisi karya Joko Pinurbo di atas.. 


Perhatian itu.. bagaimana?

Pada dasarnya, sebuah perhatian merupakan salah satu bentuk kasih sayang. Perhatian kita kepada sesuatu menggambarkan bahwa kita turut memikirkan hal tersebut. Mengkhawatirkan kejadian buruk yang dapat saja datang atau mengharapkan sebuah kebahagiaan. 


Terkadang, ikut merasakan pilu akan sesuatu merupakan sebuah bentuk rasa simpati yang dibutuhkan. Ikut merasakan kepedihan yang juga tengah dirasakan oleh seseorang. Namun, bukankah sebaiknya kita pun bisa menjadi lebih kuat. Karena mungkin kita dibutuhkan untuk menguatkannya. Tapi tentu saja, bukan tugas utama kita untuk memaksa diri menjadi kuat. Bagaimanapun, kita tidak tahu pasti yang terjadi pada mereka. 

Seorang anak bersama ayahnya di suatu desa


Berbicara tentang perhatian. Apakah benar terlalu perhatian itu tidak baik? 

Kembali lagi pada hukum, segala yang berlebihan itu tidak baik. Hehehe.. Perhatian yang berlebih kadang membuat salah pengertian. Jika saja orang yang sedang diperhatikan malah berpikiran bahwa segala tindakan yang kita lakukan itu terlalu berlebihan. Misal saja, kita melakukan sebuah tindakan karena kita tahu bahwa jika kita tidak melakukannya maka dia akan kesulitan. Namun malah sebaliknya, dia berpikiran kalau tindakan yang kita lakukan dapat menghambatnya untuk belajar. 

Begitulah...

Perhatian yang terselubung itu, sesungguhnya sangat indah. Meski saat ini, perhatian kita belum dapat dipahami. Sesungguhnya, lambat laun perhatian itu akan nampak sangat jelas. Waktu akan memperlihatkan ketulusan yang kita berikan. Bagaimana kehadiran dan segala bentuk perhatian yang kita curahkan, ternyata sangat berbekas di dirinya. 

Tapi aku juga percaya. Bahwa kadang sesuatu itu perlu untuk diungkapkan. Karena mungkin saja pembicaraan tersebut dapat membantu 'waktu' untuk menyampaikannya. Karena bisa saja, kita sebenarnya juga diperhatikan, yakni seperti saat kita tidak ingin direpotkan olehnya. 


Reading Time:
Kami Usahakan yang Terbaik
Januari 29, 20210 Comments
Akan kami usahakan.. 

Setelah beberapa minggu bekerja aku terus terinspirasi dengan hal yang baru setiap harinya. Menjadi seorang dokter, yang berarti disimbolkan sebagai seorang 'penyembuh', membuat aku dipertemukan dengan mereka yang sedang butuh pertolongan.  



Dalam beberapa kesempatan aku dipertemukan dengan pemilik yang membawa hewan peliharaannya yang sedang kritis ke klinik. Kondisi hewannya sudah lemas, suhunya di bawah normal, dan enggan makan. 



Berada pada kondisi tersebut, kami pun hanya bisa mengusahakan yang terbaik. Pertolongan pertama dan suportif pun segera diberikan. 


Aku sangat tersentuh mendengar perkataan pemilik hewan tersebut, "Meski saya tahu kondisinya sudah seperti ini, aku tahu setiap nyawa itu berharga. Dan, saya ingin mengusahakan yang terbaik. Tolong, dok berikan yang terbaik padanya."..

Mendengarnya, bergetar hatiku. ya, benar sekali. Setiap yang bernyawa itu berharga. Terlepas dari siapa dia. Apakah kita kenal atau tidak mengenalnya. 


Hanya Ilustrasi (Saat ngampus dulu) 



Kita tidak dapat melihat masa depan. Dengan begitu, kita dapat mengusahakan yang terbaik. Untuk berusaha menyelawatkan sebuah nyawa. Meski terbatas, tapi tetap saja, kita harus mengusahakan yang terbaik. 


Reading Time:

Rabu, Januari 13, 2021

Kesetiaan
Januari 13, 20210 Comments

Melihat perjuangan nenek, yang sudah merawat kakek selama dua tahun lebih ini.. aku jadi merasa lemah, di antara rapuhnya umur namun kesetiaan mereka yang bertambah.. 


Kadang aku berpikir mengenai sejauh mana kita dapat menilai orang tentang arti kesetiaan (duh mikir mulu ahh gacapek apaa?? Haha). 

Kita selalu memiliki sudut pandang yang berbeda dalam menilainya. Saat kutelusuri, menurut pandanganku, kesetiaan itu ...terbukti setelah dijalani.


Jika tentang sepasang suami istri yang sudah menjalani ikatan, maka kita mungkin bisa mengatakan bahwa kesetiaan itu terbukti bahwa seseorang tersebut mampu menunjukkan loyalitasnya kepada pasangan. Dalam artian tidak mencari yang lain dan tetap kepada pasangan.


Duh, tapi ya aku belum bisalah dan belum bahas tentang itu wkwk. Di pikiranku sekarang ini, aku hanya ingin berceloteh mengenai sebagian dari kesetiaan saja. 

 Gambar diambil di Taman Bunga Nusantara

Tentang persahabatan misalnya. Meski, jarak dan waktu menjadi tantangan yang berat. Aku yakin bahwa kesetiaan kepada sahabat akan membawa pertemanan itu menjadi hal yang penuh dengan kenangan. Kita tahu bahwa saat tertentu, kita ingin punya tempat untuk bersandar, sekedar ngobrol, main bareng, bahkan yang mau dengerin unek-unek dalam diri. Walhasil, aku gatau apakah aku setia atau tidak. Yang aku yakini, aku harus terus memperjuangkan hubungan persahabatan itu. Meski, tak dapat dipungkiri bahwa jarak dan waktu tak membuat lagi sama. Dunia berubah. Manusia pun berubah. 


Lalu, jika mendapat teman yang baru. Lantas dibilang tidak setia.? Tentu bukan begitu konsepnya. Karena kita tidak pernah tau bukan, bahwa  apakah kita masih bisa tetap bertemu dengan mereka atau membantu secara langsung atau pun berinteraksi. Namun, bukan berarti kita dapat dengan mudah meninggalkan bukan? No... 


Setiap ingat itu, aku selalu sedih. Karena memang bukan tipe yang dekat dengan individu, tapi aku lebih ke kelompok. Meski begitu, untuk melatih dan mempertahankan kesetiaan.. aku akan tetap berusaha memperjuangkan dan menjaga segala persahabatan itu. Namun, aku tidak akan memaksa keadaan akan berjalan seperti apa nantinya. Mungkin saja aku saja yang terlalu berpikir keras untuk itu.. aku ikhlas bagaimana hubungan pertemanan itu nantinya, aku berdoa yang terbaik.. 

Jika hubungan itu sudah dengan ikatan, berarti kan memang harus dibuktikan dengan kesetiaan yang kuat bukan?? 


Seperti itulah kira-kira. Lanjut lagi, bahwa aku bisa belajar dari nenek kakekku. Nenek, yang tidak mau diam alias selalu cari pekerjaan (entah itu 'tandur' di sawah, masakin orang, katering) selalu ubyek, ga betah buat tinggal di rumah. Di sisi lain, nenek ga pernah mau nyusahin anak. Beliau selalu mengusahakan kehidupannya sendiri. 


Sudah dua setengah tahun juga hingga sekarang, kakekku mengalami stroke, dan sudah tidak bisa berdiri, namun tangan kirinya masih bisa berfungsi. Nenek, om dan keluarga belajar melatih kesetiaan mereka dengan tetap merawat kakek. 

Meski sekarang sesenggukan saat nulisnya, aku yang selama ini tidak terlalu membantu (merantau terus), sangat takjub dengan itu. Meski memang kadang ada saatnya jenuh itu ada.. yaa manusiawi kan.. 


Dan itulah yang aku pikirkan. Betapa cinta dan kesetiaan perlu menjadi landasan kuat. 


Saat raga menjadi rapuh..

Saat berjalan mulai tertatih.. 

Saat wajah telah keriput.. 

Saat mata memeluk senja, semoga saja hati tetap setia.. 



Semoga yaa..kita bisa menjadi orang yang setia.. dan semoga kesetiaan kita juga menular, dan dijaga oleh siapapun yang kita jaga kesetiaannya. 


Semoga semesta mengaminkan.. 

Reading Time:

Jumat, Januari 08, 2021

Apakah Hanya Kebetulan Semata?
Januari 08, 20210 Comments

Apakah semua yang terjadi di dunia ini terjadi secara kebetulan? Masa sih? 


Beberapa tahun belakangan, aku kerap bermimpi saat tidur, yang herannya mimpi itu aku masih ingat dengan baik meski sudah lama. Kadang mimpi yang masih butuh penafasiran karena kejadiannya membingungkan, kadang pula mimpi itu gara-gara aku terlalu kepikiran suatu hal, bahkan kadang mimpi itu sesuatu yang tidak aku inginkan. 


Mimpi, katanya bunga tidur. Hem, tapi setauku kalau di agamaku mimpi merupakan sesuatu yang tidak dapat dianggap enteng. Karena beberapa petunjuk Tuhan bisa datang dari mimpi. Tapi, ada juga mimpi yang hadirnya dari setan.


Alhasil, aku pun tidak suka membicarakan mimpi itu jika itu buruk. Bahkan saking sering bermimpi aku jadi kadang sering merasa de javu karena seperti pernah merasakan berada di situasi yang sama. Meski masih banyak perdebatan mengenai de javu itu sendiri ya.. tapi aku ngerasanya seperti itu.

Lalu, masa sih kejadian demi kejadian yang terjadi di hidup kita ini hanya secara kebetulan? 


Aku rasa tidak. Bahkan kita pun sebagai manusia bisa ngambil hikmah dari setiap kejadian yang menimpa kita kan. Dan ada yang namanya takdir. Takdir yang dapat diubah maupun takdir yang ga dapat diubah seperti kematian. Nah, berarti kalau mau ngarep yang pasti-pasti aja ngarep kematian dong? Hehe (aduh bercandanya ga bagus wkwk)


Lantas, masa sih aku bisa ketemu dia, lalu besoknya berpisah, dan ada orang-orang, seperti keluarga kita yang selalu ada di dekat kita, ada orang asing yang datang pergi seenaknya, dan ada pula yang menetap di hati. Itu terlalu sederhana, jika kesimpulan yang mau ditarik adalah sebuah teori kebetulan. 


Kebetulan aku singgah di sini nih, jadi bisa ketemu kamu?


Haha tidak. Aku yakin, di antara puzzle kehidupan, segala perhitungan, rentetan kejadian ada yang mengatur. Tapi Tuhan maha baik, Ia menciptakan beberapa jalan, tinggal kita yang memilih mau pilih jalan yang mana. Kalau pun pengennya berada di jalan yang benar, kan pasti kita awalnya dihadapkan pada beberapa pilihan, hingga akhirnya milih jalan yang mana. Jalan yang akhirnya membawa kita ke sebuah pertemuan maupun perpisahan dengan orang-orang. 


Aku tahu, kalau minta mendapatkan petunjuk. Kita akan dibukakan jalan. Pernah waktu itu aku berada di tempat yang gatau siapa di sana. Aku juga semasa di bangku sekolah dan kuliah memutuskan untuk pergi merantau di antah berantah, meski aku ga ada saudara di sana. Dan aku pun gatau bakal tinggal dimana, nanti sama siapa. Dan.. Tuhan pun mempertemukan aku dengan orang-orang baik, yang menggantikan saudaraku. 


Meski tidak bertahan lama, aku tahu. Pelajaran akan selalu ada. Pelajaran untuk menyeimbangkan kehidupan, dengan terus berproses dan bertumbuh. Mengambil hikmah dari berbagai cerita orang, kejadian yang dialami sendiri hingga keingintahuan menjadikan kita menjadi lebih menghargai kehidupan. Dan tentunya menjadikan kita agar mau berusaha lebih baik lagi. Kan sudah tahu bahwa kejadian-kejadian yang ada di dunia tidak terjadi secara kebetulan. Hehe.. 


Terusssss yang selama ini jadi sahabat, teman, pacar, mantan pacar, mantan pdkt-an, keluarga itu bukan kebetulan? Tentu tidakkk, pertemuan itu bukan sebuah kebetulan, dan seperti sebuah hubungan, kita pun perlu untuk tetap mengharmoniskan hubungan itu agar awet.. hehehe.. Jadi, kamu adalah bagian dari skenario hidup yang dituliskan oleh Tuhan untukku tidak?





Reading Time:

Rabu, Januari 06, 2021

If It's Meant to be
Januari 06, 20210 Comments

 If it's meant to..

It'll be.. 

Baby just let it be.. 


Pernah ga sih kita kecewa? 


Duh, pertanyaan macam apa itu. Yaiyalah pasti, yang namanya manusia pasti kerap kali dilanda kecewa.

Kecewa bisa terjadi karena berbagai sebab. Kecewa pun banyak macamnya.

Kecewa bisa kita lampiaskan, karena kita kecewa dengan diri sendiri, kecawa dengan oleh orang lain, atau kecewa sama Sang Pencipta. Duh.. jangan sampai lah ya.. 

Kalau aku tilik dari berbagai pengalaman, kecewa terberat itu karena suatu hal yang kita harapkan tidak terlaksana sesuai harapan itu. Nah, jadi kalau gitu, semakin tinggi harapan, semakin tinggi kekecewaan itu akan terjadi, bukan? 


Apalagi, kalau yang menyebabkan adalah orang yang sangat kita sayangi, karena kita menaruh harapan lebih terhadap orang itu. Ternyata eh ternyata berharap berlebihan kepada manusia itu sangaaat menyakitkan. Makanya kan, sering kan kita dengar kata-kata bijak yang mencegah kita agar tidak menaruh harapan berlebihan kepada seseorang. Sakitnya tuh di sini.. wkwk

                                  


Lantas, gimana yak? 

Hehe bingung kan. Duh urip kok bingung wae.

Nah, kujuga belum tahu kok harus gimana. Manut kata bijak itu udah pasti. Karena


 'If it's meant to be.. it'll be..' 

 

Semoga ya, yang terjadi pada kita itu adalah sebuah skenario indah yang sudah dirancang oleh Tuhan. Memang benar, kadang sesuatu yang terjadi nyatanya berbeda dari yang kita kira. Jika itu emang layak untuk kita, kita pasti akan mendapatkannya. 

Lebih dari itu, yakinkan diri juga bahwa Tuhan tau. Tuhan tahu segala hal, jauh di depan nanti. 

Ya kan gitu?

Ikhtiarkan, doakan, ikhlaskan...




Reading Time:

@way2themes