Jumat, Maret 04, 2022
Selasa, Februari 15, 2022
Hari ini tiba saatnya ujian semester IPS, meski banyak sekali hapalannya, jauh-jauh hari kita sudah dibekali oleh guru pembimbing materi yang sekiranya akan keluar pada saat ujian. Hari itu, aku duduk deretan paling pojok, berhadapan dengan meja guru, tiga baris dari depan bersebalahan dengan kakak tingkat.
Sekolah kami menerapkan pengacakan kelas dan rekan duduk setiap mengadakan ujian guna mengurangi kecurangan. Sehingga kelas yang digunakan bukan kelas masing-masing dan rekan sebangku bisa jadi beda angkatan dengan kita. Dengan sangat santai dan cepat, aku kerjakan semua soal-soal yang aku sudah paham betul, he.. he.. Meski banyak, aku seperti sudah pernah baca semuanya, kok. Gampanglah!!
Saat itu, hanya selang tiga puluh menit dari waktu pembagian soal, sedangkan waktu yang diberikan untuk menjawab pelajaran ini adalah satu setengah jam. Dengan sombongnya, aku menyudahi pekerjaanku, dan sudah yakin betul akan jawaban yang aku pilih.
Untuk sekedar mengisi waktu, aku bergegas untuk izin ke toilet. Jalan demi jalan aku susuri, mulai dari izin ke pengawas ujian, hingga keluar dari kelas yang aku gunakan untuk ujian.
Setelah keluar dari toilet untuk buang air, aku bergegas kembali ke kelas ujian dengan berjalan sangat pelan. Lalu dengan sangat santai, aku masuk ke ujung pintu dan izin untuk masuk.
Tanpa rasa bersalah, aku berjalan hingga ke kursi duduk tempat terakhir aku mengerjakan ujian.
Baca juga : Tragedi Sebuah Bunyi Klakson
Dengan sangat kaget dalam hati aku menjerit, '' Lho, kok, bangkuku ada orangnya!''. Lantas, aku refleks menoleh ke kanan dan ke kiri serta melihat seluruh ruangan dan sadar , ''Maaf bu, saya salah masuk kelas,''
Langsung saja seisi kelas itu dengan keras menetertawakanku. Aku pun izin keluar ruangan, lalu mencari letak kelasku. Ternyata, aku hanya salah satu kelas, kelas yang harusnya aku masuki tadi tepat di sebelahnya.
Setelah ujian selesai, secara tiba-tiba aku harus bergaya seperti artis yang tidak tahu malu, wkwkwk. Tapi sebenarnya ulat maluku baru saja sudah terputus dan merasakan kesombonganku sesungguhnya memakan diriku.
Dengan tetap santai dan tidak merasa melakukan kesalahan, setiap kali ada orang yang menanyakanku, aku hanya menjawab, 'hehe salah masuk kelas,''
Minggu, Februari 06, 2022
Sering banget denger istilah 'Quarter Life Crisis', sebenarnya apa sih maknanya?
Selamat datang di kehidupan menuju dewasa yang sesungguhnya. Umur yang matang, karir yang cemerlang, percintaan yang sehat, punya kendaran, mulai cicil rumah!
Duh apaantuh?
Wkwkwk.
Serentetan standar hidup yang diciptakan oleh manusia itu sendiri menjadi patokan kesuksesan, yaa bagi kita yang masuk di usia 25-tahun. Banyak yang sambat, kalau gak tahan dengan semua pencapaian yang mesti diraih jika sudah memasuki usia ini. Padahal kan, tahu sendiri yee kalau NGGAK SEMUA SAMA!
Jalan hidup orang, tentulah berbeda. Kalau mau dibuat standarnya, nggak bakal bisa. Yaaa walau berarti kita bisa dong punya target sendiri, inget ya untuk diri sendiri kalau ingin meraih suatu hal di umur tertentu.
Hukum itu nggak berlaku untuk semua individu. Pasalnya, kan kita ngga tahu tuh jalan yang dilalui oleh orang-orang yang sudah meraih banyak prestasi di usia mereka.
Hihi.. sebenarnya sih ini ngingetin diri sendiri yak kalau, Kita punya jalan masing-masing. We have our own paths. Gaperlu lagi peduli dengan pencapaian orang lain, tapi lebih memaksimalkan kehidupan kita. Cielah...
Yaa.. begitulah, kadang impian-impian yang selama ini kita telah rajut, terkadang perlu disimpan untuk sementara waktu.
Jadi, pesanku untuk diri sendiri di suatu umur yang cukup matang adalah, fokus ke perkembangan diri!
Dengan mimpi yang dirajut setiap hari (pantesan ngantuk mulu wkwk), dan kerjaan yang sudah dilakukan tiap hari (capek ah), ubah mindset untuk membuat semua terjadwal dengan baik, rencanakan target beberapa bulan ke depan hingga beberapa tahun ke depan, serta tetap santai yuhu .....
xixi, yok ndak boleh males yok! bisa yok!
Rabu, Januari 19, 2022
Tidak semua hal perlu diungkapkan.
Haiii 2022.
Sudah lebih dari separuh bulan, menjalani hari di tahun baru ini. Rasanya kok gitu aja ya? Hehe
Beneran, rasa pahit dan manis yang di alami selama 2021 kini tergantikan dengan lembaran baru. Biarkan pekerjaan rumah maupun harapan yang tertunda kita rakit kembali di tahun ini. Semoga yaa terlaksanakan.
Jadi, pelajaran apa sih yang paling berkesan di tahun 2021?
Kalau aku pribadi, salah satunya sangat memaknai arti ngga papa, ga semuanya perlu diungkapkan.
Meski sering terjebak dalam hal, gada salahnya buat didiskusikan, diobrolkan dulu agar lebih jelas, tapi ternyata kita juga sering terjebak, di saat sebenernya suatu hal jadi lebih mudah lho jika kita ga ngasih tau ke siapa-siapa.
Memang perlu pandai dalam memposisikan diri untuk bisa menyaring informasi yang masuk maupun yang keluar dari diri kita. Terlebih lagi jika hal tersebut menyangkut urusan nama baik diri maupun orang tersebut.
Well, ngomong-ngomong soal itu, kan banyak tuh kejadian yang di sorot media mengenai kasus pencemaran nama baik atau UU ITE. Padahal kan, kalau ga gitu bukannya kejahatan ga akan terungkap?
Hihi.. duh berat ah aku gamau ngomongin yang berat-berat. Ribet juga yaa urusan di negara Wakanda ini (aku lihat komen netizen wkwk).
Menyangkut hal pribadi, gak ngungkapin sesuatu itu bisa jadi menahan untuk gak sembarangan cerita ke sosial media. Aku sadar, jejak digital itu sulit sekali dihapus. Bisa jadi karena kita nggak 'ngeh' atau sudah ngehapus ternyata masih bisa terlacak, bahkan 'ada yang merasa tersindir' atas ucapan kita di sosial media, padahal nih yaa kita nggak ngomongin mereka atau berusaha menyindir orang-orang tertentu.. hehe ribet juga ya nak milenial ini.
Begitulah, memang ada beberapa hal yang tidak perlu diungkapkan. Dalam kehidupan nyata juga bisa terjadi seperti itu.
Memang agak berat ya untuk dapat menjadi pandai dalam penempatan diri agar bisa menyaring mana yang bisa kita ceritain mana yang tidak. Apalagi memilih mana orang yang kita percayai untuk diceritakan atau tidak.
Yaa benar, hati-hati. Walau kita perlu untuk menceritakan sesuatu hal, agar bisa lebih 'plong' tentu kita juga harus bisa lebih berhati-hati dalam bercerita,
Btw, aku juga harus hati-hati yaa, kan blog juga bisa jadi jejak digital. Hihihi .
Oh ya, semoga di tahun 2022 mindset yang aku punya tetap positif, bisa menata dengan baik rencana-rencana yang ingin aku laksanakan di tahu ini, tentunya juga harus lebih cermat, aamiin.
Kalau harapanmu di tahun ini apa?
Senin, Desember 27, 2021
"You're perfect with your imperfections"
Ketika melihat huru-hara kehidupan, hingar-bingar kota, wara-wiri media, huh.. akan banyak kesempurnaan yang seakan-akan hinggap di diri orang. Yap, bukan di diri sendiri, yang kurang ini itu, yang belum bisa ini itu, yang nggak sanggup ini itu.
Seperti pepatah jawa yang sering kudengar, "Urip iku Mung Sawang-Sinawang", jelas pasti bahwa seringkali kita merasa bahwa rumput tetangga lebih hijau dari rumput di rumah sendiri.
Bahwa, kok sempurna banget sih hidupnya?
Hehe.. Sedikit menyinggung epilog drama Webtoon yang kubaca, Joyful Delight, dari sana aku mencoba mengambil hikmah, bahwa ketidaksempurnaan selalu dimiliki tiap orang, jika mencari yang sempurna, yaa tidak akan pernah ketemu, dan begitulah hingga Joy kembali menerima Aydan. Dia memang tidak sempurna, tapi termasuk orang yang baik kepadanya, kepada keluarga dia sendiri, dan yang terpenting adalah setia.
Kembali lagi mengenai, pemikiran yang sejatinya bisa kuubah, mengenai nasib, mengenai usaha, dan mengenai keikhlasan dalam diri. Fokus kepada diri menjadi hal yang tersulit untuk saat ini. Agar memiliki niat yang jelas untuk terus tumbuh, untuk menjadi salah satu bintang yang bersinar, dan yang penting untuk membuat lingkungan sekitar memiliki semangat yang sama akan keberhasilan.
Benar adanya, ketidaksempurnaan diri terkadang menjadi penghalang, kadangpula menjadi sebuah penerimaan, seperti "ada baiknya juga yaa aku gabisa ini, aku ga terjun ke dunia ini, karena sepertinya tidak cocok dengan prinsipku"..
Dan seperti itu, keluarga yang kita miliki, tidak bisa kita pilih.
Semua memiliki sisi baik dan sisi buruk masing-masing, yang menurutku bisa kita jadikan pilihan adalah
'' Bagaimana kita menjadikan keluarga sebagai semangat hidup, sebagai tempat untuk berbagi, sebagai tempat untuk pulang. ''
Seperti nantinya, teman, pasangan, tetangga, yang memilki keunikannya sendiri, yang selalu mengajarkan untuk saling berbagi dan saling menolong.
Siapa sangka, ketidaksempurnaan mu adalah sebuah kesempurnaan yang dianugerahkan Tuhan kepadamu.
Selasa, November 09, 2021
Minggu, November 07, 2021
Aku telah melewati batas arah yang jauh
Telah lama mengintai
Dari balik bola mata
Yang redup
Angan-angan untuk bertemu
Tidak cukup memanggil
Sosok dirimu
Yang tersembunyi
Rindu tak berperasa
Telah menyelimuti
Gelora diri
Yang sepi
Aku dan kamu
Adalah sebuah nada tanpa senandung
Sebuah cerita tanpa kisah
Sebuah takdir yang belum menyatu
Jumat, November 05, 2021
Senin, Oktober 25, 2021
Gajah di pelupuk mata tidak terlihat, semut di seberang pantai nampak jelas
Lagi-lagi, sangat sulit untuk melihat kesalahan diri sendiri. Sebagai akibatnya, kadang gemar menemukan kesalahan orang lain, namun tidak sadar kesalahan yang sering dilakukan.
Sangat benar sekali.
Dahulu kala, Si Rubah mencari ilmu di negeri seberang. Waktu bersama keluarga menjadi berkurang. Hanya saat liburan saja, ia sempat pulang barang sebentar.
Kalender selalu dilihatnya, menjelang hari kepulangan. Tanda silang ia sematkan sebagai tanda mendekati tanggal yang telah ia lingkari. Semakin lama tanda silang tersebut menjadi semakin dekat. Pertanda kepulangannya ke tempat kelahiran pun semakin dekat.
Ia sangat gembira. Hari-harinya selalu ia lewat dengan penuh semangat, terlebih menjelang hari itu tiba. Berbagai tempat ia singgahi bersama kawannya, yang sebentar lagi akan berpisah sepanjang liburan.
Hari itu tiba. Semua barang telah dikemas. Tampaknya hanya beberapa lembar pakaian serta sedikit oleh-oleh, jika ada yang perlu dibawanya. Tiket sudah ditangan, waktunya bersiap menuju stasiun.
Rasa senang menghirup bau tanah kelahiran terlihat dari raut wajahnya. Perjumpaannya dengan sanak saudara serta ketentraman desa yang akan ia dapat menjadi bara semangat tersendiri.
Nampaknya, kesenangannya hanya sekejap. Selanjutnya ia lupa dengan sesuatu yang dihadapnya. Bangga benar ia nampak asyik berbincang dengan jari-jarinya, sedang asyik berkabar dengan mereka yang jauh di sana. Sesekali melihat para selebriti dengan gaya hidupnya. Seseringkali melihat aktivitas temannya yang ia tak dapati di rumah.
Detik berganti menit, menit berganti jam, hari berganti minggu. Tak terasa Si Rubah telah menghabiskan waktu liburnya. Tersisa beberapa jam menjelang waktu kepergiannya kembali ke tanah rantau.
Ia menjadi panik. Seakan waktu telah memakan habis dirinya. Tak sempat ia bersenda gurau dengan kakek neneknya. Bermain-main dengan saudara-saudaranya. Tak gunakan waktupun untuk sekedar membuatkan kopi ayahnya.
Namun, ia kalah. Waktu telah memberangusnya. Mengembalikan ia menyeberangi ke negeri sana. Membawanya kembali jauh dari rumah.
Liburan demi liburan terlewat dengan sendirinya. Ia selalu ingin menjadi lebih baik, namun tekadnya selalu kalah oleh waktu. Ia pun kembali termakan oleh waktu.
Pulang tercampur aduk oleh pergi. Pulang terasa seperti pergi. Pergi serasa seperti pulang.
Suatu ketika, waktu memberikannya kesempatan yang lebih baik. Waktu masih kenyang. Waktu memberikannya harapan.
Ia pun menjadi lebih tersadar. Bahwa bukanlah waktu yang memakannya. Ia sendirilah yang menceburkan diri kepada waktu. Ia lupa oleh waktu.
Meski berjalan lebih lambat, ia berusaha berkompromi dengan waktu. Ia sedikit demi sedikit menjadi mawas dengan sekitar. Menjadi lebih dekat dengan keluarganya. Keluarga yang selalu menerima. Keluarga yang sempurna dengan ketidaksempurnaannya.
Ia pun bersyukur, kepahitan yang diterimanya menjadi kesempatan yang baik untuk menebus kesalahannya.
Sekarang terdengar tawanya bersama kakek neneknya. Terdengar gaduhnya bersama saudara-saudarnya. Terdengar harum kopi dan pisang goreng bersama ayah ibunya.
Kini, ia berusaha memeluk waktu. Terlihat berjalan lambat namun terus bergerak maju sesuai kemampuannya.
Kini, ia berdamai dengan waktu.
Sabtu, Oktober 09, 2021
Menjadi bermanfaat tanpa harus menjadi terkenal, bisa gak sih?
Mungkin ada banyak orang yang tertarik untuk menjalani kehidupan penuh dengan pengikut atau follower di media sosial. Karena dirasa orang yang memiliki banyak pengikut dapat dengan mudah menjadi orang yang berpengaruh. Menjadi orang yang dikenal sebagai influencer. Sehingga mudah sekali untuk dikenal oleh banyak orang, diikuti gaya hidupnya, gaya berpaikannya, gaya perawatan tubuhnya, dan banyak hal lain yang mungkin lebih privat, seperti pula gayanya dalam beragama, err meski sih dalam beragama tidak nampak ya dari luar.
Namun, aku pikir tidak perlu ya semua orang menjadi seperti itu. Nanti, kalau semua orang terkenal siapa dong yang nonton hehe.
Menjadi generasi yang melewati masa perkembangan zaman, yang merasakan perkembangan teknologi begitu cepat, yaa memang harus diakui sih kalau media sosial memberi pengaruh yang signifikan bagi kehidupan. Kita pun dapat memanfaatkan media sosial sebagai hal yang bermanfaat bagi hobi, usaha, ataupun pendidikan.
Dan menjadi manusia, seringkali dihampiri pikiran untuk menjadi manusia yang bermanfaat. Ya kan begitu?
Dan disadari pula, ada beberapa celah yang masih bisa digunakan oleh siapa saja yang masih ingin menjadi bermanfaat tanpa harus menjadi terkenal.
Teruslah berbuat baik, karena siapa tahu kebaikan itu bisa menjadi salah satu cahaya di kehidupan kita.
Selalu saja ada jalan untuk memberikan kontribusi bagi masyarakat. Bantuan tersebut bisa kita sesuaikan dengan kemampuan. Karena bantuan sekecil apapun itu, aku yakin akan berarti jika melakukannya dengan tulus.
Banyak artis terkenal yang juga melakukan kegiatan amal secara tertutup, dalam artian tidak diumbar-umbar. Meski publik tidak tahu, dan mereka tidak ingin juga, tetap melakukan kebaikan. Wah, jadi bisa juga ya bantuan kecil itu bisa tetap kita lakukan.
Banyak juga para aktivis lingkungan, para pengajar, memberikan dedikasinya yang tinggi terhadap apa yang dilakukannya. Meski telah berkali-kali dilupakan, telah berkali-kali ditendang, tetap tidak patah semangat.
Meski saat ini, wahai diri, bahkan saat tidak memiliki apapun, tetap berbuat kebaikan. Lihatlah sekitar, tidak usah terlalu jauh. Mungkin tenaga kita diperlukan untuk membantu mengajari beberapa anak tetangga dalam pelajaran, mungkin butuh bantuanmu dalam meminjamkan buku, mungkin perlu didengarkan.
Kebaikan itu ada dimana-mana. Banyak orang baik, tapi dunia perlu lebih banyak lagi orang baik.
Senin, Oktober 04, 2021
Kebaikan itu seperti pesawat terbang. Jendela-jendela bergetar, layar teve bergoyang, telepon genggam terinduksi saat pesawat itu lewat. Kebaikan merambat tanpa mengenal batas. Bagai garpu tala yang beresonansi, kebaikan menyebar dengan cepat. Tere Liye (Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin)
Lantas, kenapa ya langsung membuat aku berpikir.? Bisa jadi karena pernyataan tersebut hampir mirip dengan buku yang sedang aku baca kala itu, dan aku sudah menyelesaikannya tentu. Judulnya "Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin" karya Tere Liye.
Sudah lama aku menjadi penikmat buku-buku karya Tere Liye. Selain bahasanya yang mudah dipahami namun tetap sopan, dan memegang kaidah bahasa tentunya, ceritanya unik dan selalu membuat ketagihan.
Kalau sedang mencari novel berjenis romansa, buku ini sepertinya cocok deh. Alurnya yang maju-mundur terkesan rapi dan mudah dipahami. Saat membaca pun kita ikut merasakan emosi yang dimiliki oleh Tania, tokoh utama. Tentang perasaannya kepada malaikatnya, Kak Danar, tentang paradoks yang dialaminya, tentang persahabatannya, dan semua hal yang penulis suguhkan, serasa menjadi bagian dalam diri.
Hinga pada akhir cerita, perasaanku ikut sedih, ikut menangisi kejadian yang membuat Tania memiliki puncak rasanya, bahkan ketika tidak digambarkan bahwa Kak Danar mengungkapkan perasaannya secara tersurat, aku tahu benar perasaan keduanya dari awal.
Beragam jenis kejadian yang dialami para tokoh menggerus emosi. Rasa cinta yang berharga, bahkan ketika kita tidak memintanya, tiba-tiba ada. Namun, ketika semua itu tidak seperti yang diimpikan, ditinggal pergi oleh orang terkasih, tidak dapat memiliki apa yang dicintai.
Tapi, seperti judulnya, bahwa seperti daun itu ketika jatuh, tak ada yang perlu disesali. Tak ada yang perlu ditakuti. Biarkan dia jatuh sebagaimana mestinya. Biarkan angin merengkuhnya, membawanya pergi entah ke mana. (Hal 197)
Bahwa hidup harus menerima.. Bahwa hidup harus mengerti.. Bahwa hidup harus memahami.. Tak peduli lewat apa, penerimaan, pengertian, dan pemahaman itu datang. Tak masalah meski lewat kejadian yang sedih dan menyakitkan.
Bahwa, kadang kejahatan tidak lebih baik dibalas dengan kejahatan lagi.
Selasa, September 28, 2021
Walhasil,
em meski tetap mengantuk sih hehe, tapi aku menemukan sebuah makna mendalam,
bahwa kejadian yang sebenarnya menimpa Indonesia dulu, tidak sesedarhana yang
selama ini diperlihatkan. Bukan hanya hitam ataupun putih, tentang perkara baik
maupun jahat. Buktinya, banyak pahlawan, peristiwa, dan perjuangan yang tidak
tercatatkan dalam sejarah tapi sebenarnya ada. Dan yang paling disayangkan
adalah, seseorang menjadi tidak baik karena perspektif yang disajikan tidak
satupun menengok mereka.
Padahal
sejarah bukanlah aib yang harus ditutupi, karena aku percaya kebenaran akan
terungkap dengan sendirinya. Baru-baru ini bermunculan pula novel, meskipun fiksi
tapi menyinggung kejadian sejarah yang sebenarnya. Sebuah cerita yang
menyingkap tabir. Seperti yang para penulis kemas dengan indah, dengan berbalut
romansa. Dan yang semakin membuat kita bangga adalah, banyak generasi bangsa
yang mengangkatnya menjadi komik yang ada di kanal Webtoon. Tidak lain tidak
bukan adalah menyesuaikan dengan perkembangan zaman.
Berbicara
tentang itu, beberapa novel dari penulis yang aku kagumi adalah berikut ini,
1.
Bumi Manusia
Aku
yakin sekali banyak yang sudah mengenal Pram penulis novel ini. Novel ini pun
sudah diangkat menjadi filmnya, hehe tapi aku belum sempat menonton sih. Novel
setebal 354 halaman ini cocok dibaca genarasi muda seperti kita (15+). Kita
tidak akan dibuat bosan, karena Pak Pram membalut novel ini dengan kisah romansa.
Novel ini pun mendapat banyak penghargaan dan telah diterjemahkan dalam
berbagai bahasa, jadi kalau yang mau mendapatkan sinopsisnya gampang sekali
untuk ditemukan. Ngomong-omong, Pak Pram merupakan mantan tahanan Pulau Buru.
Meski begitu, penyiksaan yang didapatnya membuatnya tidak mematahkan
kemampuannya dalam menulis, novel ini pun terkenal sebagai Tetralogi Pulau
Buru.
sumber: goodreads |
2.
Webtoon A Tempo Doeloe Story
Kyaa.. komik yang ada di webtoon banyaak sekali, baru-baru ini pun komik lokal yang kualitasnya ciamik semakin banyak bermunculan. Salah satunya adalah komik fiksi sejarah yang dibuat oleh A. Pradipta. Berlatar waktu di era transisi, masa sebelum, sesaat dan setelah merdeka ini tentu unik, karena tak banyak yang mengambil kisahnya. Meski fiksi, belajar sejarah di komik ini tentu lebih menarik kan, tidak membuat tertidur. Mengangkat kisah Tirto, Pertiwi, Sam, dan Jan, penulis mampu membuat tempo dulu benar-benar tidak hanya berkisah hitam dan putih saja. Ada banyak warna kehidupan yang menerangi masa itu. Pun komik ini tidak main-main lho, ngga ngasal, karena penulis melakukan riset dahulu. Bisa dikunjungi dari tautan berikut.
Poster Webtoon A Tempo Doeloe Story |
3. Novel Laut Bercerita
Berkisah mengenai peristiwa tahun ’98, novel apik karya Leila S. Chudori ini begitu dalam. Memikat siapa saja yang membacanya. Kita diajak mengunjungi relung waktu yang terjadi pada masa itu. Banyak kisah yang diambil dari para saksi, para keluarga korban, dan benar sekali, menggambarkan fiksi dalam balutan sejarah disertai romansanya. Lebih dari itu, kisah yang ada menceritakan kepada kita bahwa negara ini pernah dikuasai oleh rezim yang kejam. Novel ini begitu tragis tapi begitu menginspirasi. Tidak hanya novel ini, aku pun cukup jatuh cinta dengan tulisan-tulisan beliau yang lain. Seperti Novel Pulang dan 9 dari Nadira.
Sumber: goodreads |
Tidak hanya ketiga karya yang aku kagumi tersebut. Tetapi banyak lagi karya yang sudah memperkenalkan aku ke dunia yang tidak dapat aku lihat. Para penulis membawa aku melihat dunia sejarah, yang tidak dikisahkan. Penulis membawa karakter-karakter yang menorehkan beberapa makna kehidupan, tentang bertahan, perjuangan, romansa, pengkhianatan, dan rasa cinta tanah air. Benar adanya, selimut tebal yang digunakan untuk menutupi kejahatan dan kebengisan kemanusiaan, lama kelamaan akan tersibak dengan sendirinya. Pun banyak hal yang diajarkan kepada kita, telah hilang esensinya, karena sejarah bukanlah hanya sebuah kisah hitam dan putih, sejarah manusia di bumi ini seperti pelangi, berwarna-warni dan penuh makna.
Coba yuk, mulai sedikit mencintai budaya dan sejarah bangsa kita. Bisa juga coba tengok novel Amba oleh Laksmi Pamuntjak atau Gadis Kretek oleh Ratih Kumala, cerpen-cerpen Putu Wijaya, Novel atau cerpen Okki Maddasari, daaan masiih banyak lagi.
Senin, September 20, 2021
Membaca juga mengantarkanku pada dunia yang lebih besar dari saat ini, yakni dunia penuh imaji. Menghadirkan kepada diri,, bahwa keajaiban demi keajaiban yang terjadi penuh dengan misteri. Meski ya, kita tahu bahwa imajinasi yang berlebihan, seperti adanya 'magic' atau sulap, tidak bisa kita dapati di dunia kenyataan. Tapi bukankah menakjubkan, jika kita sempat merasakannya meski dalam bacaan. Dan ternyata di kehidupan nyata, menakjubkan kalau kita harus menungkap sebuah misteri, bukan?
Rabu, September 15, 2021
Kadangkala, istirahat dari kebisingan dapat membuat kita menikmati keindahan dari keheningan
Saat semangat sedang membara, seringkali diri abai terhadap apa yang seharusnya diperhatikan. Benarkah begitu?
Aku tidak tahu bagaimana respon tiap individu saat sedang ada di titik yang membuat kita menjadi terpaksa untuk berhenti sejenak. Menurutku saat-saat tersebut sedikit membuat kaget. Yang bisa saja membuat diri lebih takut untuk memulai kembali.
Menjadi sibuk kadangkala membuat diri terkekang oleh aktivitas yang melelahkan bagi tubuh dan pikiran. Mungkin tubuh masih kuat tapi otak sudah lelah, pun sebaliknya saat otak masih dapat digunakan berpikir dengan baik tapi tubuh sudah tidak kuat. Berbagai keadaan bisa saja terjadi.
Aktivitas sehari-hari dipenuhi dengan telepon genggam atau hape yang dari bangun tidur hingga tidur kembali. Memang tidak dapat disangkal, bahwa semua tugas, jadwal, pesan, hingga hiburan bisa diakses menggunakan teknologi ini. Haha... Pernah juga, kan ngerasa aneh kalau tidak megang 'jimat',yang dimiliki tiap orang ini?
Saat berhenti sejenak, aku melepaskan diri dari media sosial, yang menurutku menghabiskan lebih dari 50% waktuku megang hape. Meski bukan sepenuhnya aku gunakan interaksi dengan orang lain, tapi informasi yang aku perlukan, bahkan rekomendasi buku yang hendak aku baca aku dapatkan dari sana.
Saat membiarkannya sebentar saja, ehm.. mungkin selama lebih dari satu bulan ini aku berjalan dengan sangat pelan. Memang sih, tidak melepaskan sosial media secara total, tapi aku merasakan adanya perbedaan.
Sebenarnya awalnya aku sedikit uring-uringan. Pertama karena merasa apa yang aku rancang tidak berjalan seperti yang aku harapkan. Aku pun merasa sedikit tertekan tatkala keadaan sekitar tidak mendukung. Bahkan merasa bimbang saat tidak tahu langkah yang harus dikerjakan.
Aku belajar mencintai keheningan. Hehe bukan keheningan karena pertapaan seperti yang dibayangkan. Cukup dengan keluar dari hiruk pikuk kota besar yang penuh akan hingar bingar. Dan mungkin tak sedikit yang juga merasakannya saat pandemi berlangsung, kan? Ya, kira-kira seperti itulah.
Karena aku hidup di sebuah perkampungan yang terletak di Ungaran, maka ceritaku akan bersinggungan dengan suasana di sini.
Hidup di sebuah desa yang tidak terlalu dingin, tapi kalau malam lumayan berhawa dingin, kalau siang lumayan panas. Kalau hujan bisa berubah jadi sangat dingin. Ditemani pemandangan gunung yang dapat dilihat dari depan rumah. Serta ayam kampung yang dilepasliarkan. Kokok ayam jantan saat fajar menjelma. Dikelilingi dengan sawah dan kebun yang sekarang sudah banyak digantikan perumahan. Suara serangga, anak-anak bermain, orang-orang yang bersenda gurau hingga berteriak dari bertengkar pun dapat terdengar dengan jelas.
Aku merasa dapat menyerap energi-energi positif dan mengeluarkan energi negatif yang menyelimuti tubuh. Meski kadang bergejolak dengan marah, sedih, tertawa, tapi aku merasa ada sesuatu yang terpendam jauh di dalam sana dapat keluar. Aku pun menjadi lebih lega.
Aku pun semoga tersadar, bahwa tidak mengapa jika butuh waktu untuk berhenti sejenak, untuk mengistirahatkan diri, lantas memulai kembali meneruskan langkah yang sempat terhenti dengan membawa semangat yang baru.