Minggu, Agustus 28, 2022
Sabtu, Agustus 27, 2022
Quarter-life crisis they said, uh?
Reaching the age of quarter centuries, branches of mind, stressful working condition, friends' successful stories, high standard of life from influencers, cultivating into one point,
I N S E C U R I T I E S
Nowadays, insecurities have become the most spoken topic, especially for youth generations. As it really happens in my surroundings, when exploring social media, you'll find some feed that would post about this topic.
Why do we feel insecure?
Well, I'm not gonna talk about somebody else's, I'm gonna talk about what I really feel.
After struggling for formal education until I graduated and maintaining to get my job, here I am, talking nonsense in this blog. Actually I'm not good at discussing it, or I just haven't found a person to discuss it, no idea. But, it's really dancing in my mind, so I think it's the time to write about it, preventing it from exploding in my mind. hahaha.
Well, they said that 'Privilege' matters. Some people do have this privilege for their life, some do not have such a thing.
I do agree with that, to be precise we're having different beginning to achieve something. So that, different processes, and different finishes. You may not agree with that kind of 'privilege' thing, eh?
If we're talking about it, we should actually realize that, we're not defined by certain ages to be called a successful person, am I right?
Maybe when you're becoming one of the 'Sandwich Generation', that's still striving for earning money to pay your family's needs, you got the job, but you can't be such a decent person that is already married with their loved one, having their own houses, and business. They could make some other side jobs, travelling overseas, in contrast you're still busy with your own life.
If it's counted and seen only from one perspective, then you could say that life is unfair, isn't it?
Then something called, insecurities will be the right term to define your mood.
But, is that so?
Also read Perfect with imperfections
I should admit that, sometimes I do feel insecurities strike my head. That would make myself become a loser, having low self-esteem.
However, I choose to not feel that any longer.
I do feel that, but I should see something from a different point of view (Still trying to do that).
In my opinion, we should recognize our feelings, admit that, and accept that. If we already recognize ourselves better, we could take another step to get up.
The key of all the things is we should be more grateful and loving ourselves.
Stargazing a future :D |
'' Fall in love with taking care of yourself. Fall in love with the path of deep healing. Fall in love with becoming the best version of yourself but with patience, with compassion and respect to your own journey.'' - S. Menutt
We want everything to be perfect, we have abundant willingness, high expectation on something, but how if
We choose to embrace all that we have been and are with love, acceptance and tenderness?
By loving ourselves, we can take better care of ourselves. We then know how to begin to accept our true self, not blaming all the failures that we made. And we will gain more because we know how to improve ourselves with patience, compassion, and we know the best for ourselves because we have our own path, our own timing, our own journey.
Taru wo shiru mono wa tomu.
I am content with what I am.
Also read I am content with I am.
.
Minggu, Juli 17, 2022
Menurutku, ini adalah salah satu fungsi lagu religi, menghibur pasti iya, tapi sekaligus menjadi pengingat akan kehidupan yang penuh fatamorgana ini, terlebih makin maraknya media sosial. hi hi hi
Sepertinya ngga ada bosannya ya aku membahas tentang media sosial, sebenarnya karena apa sih? Apakah sekuat itu pengaruhnya? Apakah karena aku juga menjadi korban dampak buruk media sosial?
Jawabannya tentu iya, pengaruhnya sangat kuat, mungkin jadi korban tapi tidak sadar, TAPI tetep kok masih banyak manfaatnya!
Takut ketinggalan zaman, takut gasesuai dengan teman-teman, silau sama kesuksesan orang! Dia enak banget, beli ini itu! Dia keren banget kuliah di LN! Dia masih muda, lulus dari univ ternama, nikah muda, langsung punya usaha, kaya lagi!
Gemerlap silau duniawi tersebut gampang banget mampir di otak, apalagi jika mode galau sedang on! wkwk. Jadi ngebuat tambah gundah galau gulana.
Kalau sudah begitu, istirahat sejenak dan mari kita tengok salah satu insight dari Mbak Kalis yang aku petik!
Eits.. gimana? Tuh kan ngena banget ya. Setiap orang pasti memiliki cita-cita sendiri ingin hidup yang seperti apa, ingin tinggal di rumah yang gimana, atau memiliki pasangan yang seperti apa, pekerjaan yang mapan, dan segenap impian yang lain. Aku ngerasa dengan memiliki cita-cita kita menjadi semangat saat melakukan suatu hal, kalau lagi cape ya, istirahat dulu nanti dilanjut lagi, ya kan!
Tapi, beneran nihh yang mau kita pengen itu sesuai dengan hati nurani? Beneran ga ikut-ikutan aja? Nggak cuman asal buat konten?
Jadi, ngga usah takut ya diri ini jika ga bisa seperti yang lain! Engga semua hal yang dibagikan di sosial media mereka itu bener, jangan takut jalan yang sekarang kamu tempuh berbeda!
"Anyway, hidup itu secukupnya saja. Mau jajan enak, uangnya cukup.
Mau main sama ponakan, waktunya cukup.
Dan cukupnya kita itu beda-beda. Ngga usah distandarisasi." WMN by Narasi
Kita sama dalam banyak hal,
Kita sama-sama menginginkan kebahagiaan,
Tapi persamaan kita kita tidak tentu sama, kita memiliki jalan dan rentang waktu yang berbeda-beda
Kamis, Juli 07, 2022
Sudah sampai pada titik ini, setelah perjalanan yang panjang. Maka, saatnya kita bisa bisikkan kepada diri masing-masing,
"Kamu begitu berharga, apa adanya"
Jalanilah peran kita sebagai individu maupun sebagai warga masyarakat yang baik, entah apapun peran yang sedang kita jalani.
Sejak kecil seringkali kerap dikenalkan dengan beragam jenis profesi, yang kemudian menjadi sebuah patokan untuk jawaban, "Apa cita-citamu?"
Seringkali jawaban-jawaban monoton yang akan sering keluar, seperti dokter, guru, polisi, tentara, PNS...
Berbicara mengenai profesi, di luar sana banyak ragamnya, bahkan banyak yang tidak ditunjukkan saat kita duduk di bangku sekolah. Meski saat kecil dulu kita tidak mengetahui pekerjaan mereka, meski guru maupun orang tua kita bahkan masyarakat tidak mengenalkannya pada kita. Bisakah kita mencita-citakannya?
Seperti misalnya, ada orang yang tidak menginginkan dirinya menjadi seorang pedagang kaki lima, seorang penyapu jalan, seorang buruh, namun keadaan membuatnya seperti itu.
Ada pula yang pada awalnya menginginkan menjadi sebuah profesi tertentu, secara beruntung ditakdirkan bekerja sesuai cita-citanya.
Atau pula yang tidak menginginkan profesi tertentu, karena permintaan orang tua atau keluarga, jadilah ia seperti keinginan mereka..
“In real world, the vast majority of people don’t have pre-existing passions waiting to be discovered and matched to a career. The real path to work you love, it noted, is often more complicated.” -Dr Newport
Begitu banyak misteri dunia, yang sulit kita mengerti. Peranku, peranmu, peran mereka berbeda, pekerjaan yang dilakukan berbeda, tanggung jawabnya pun berbeda, ada yang memandangnya rendah, ada yang memandangnya wah, rezekinya pun berbeda-beda, ada yang sedikit ada yang berlimpah, tapi yang terpenting adalah perasaan cukup.
Kata Abi Quraish Shihab, "Yang sedikit tapi berkah, lebih bagus dari yang banyak tetapi tanpa berkah. Rezeki bukan sekedar materi. Persoalan rezeki itu kan persoalan kepuasan hati."
So, jangan berkecil hati ya bagi yang merasa perannya tidak tersorot oleh ribuan mata, tidak terlalu bagus untuk diperlihatkan, terlalu rendah untuk ditiru,
Sesederhana pun peranmu, Tuhan maha Tahu apa yang sedang kamu perjuangkan....
Karya salah satu penulis, @sholahayub
Aku sangat biasa saja. lahir dari keluarga rata-rata. Ilmu sedikit sekali untuk mengobarkan cahaya.. Tak paham cara melampaui stigma dan menjadi sorotan manusia.. kurang indah menampang di banyak mata. apalagi jadi bahan bicara.. Tapi saat kekuatan besar belum bersua dalam dada. Mungkin Allah masih beri kesempatan kita untuk menikmati hal sederhana. Dan beramal semaksimal dibisa. Sesei
derhana .. untuk keluarga.. Mungkin tidak banyak, tapi bisa dekat. Mungkin tidak nampak hebat, tapi akan selalu diingat. Mungkin tidak luas berdampak, tapi tertapak kenanangan hangat. Ya..jika bukan sekarang, pasti tiap kita punya lingkar kecil berharga untuk diberi kasih sayang.. sekecil apapun kekuatan, sesederhana apapun peran.. Allah Maha tahu apa yang sudah kamu perjuangkan.."
Hidup di dunia, bekerja itu merupakan sebuah kewajiban,
untuk menghidupi diri, menafkahi keluarga,
untuk bermanfaat..
Sebagai contoh, peran diri ini ditakdirkan menjadi seorang dokter hewan, di sebuah kota kecil. Pasti banyak orang yang lebih baik dari kita di luar sana, dan akan terus ada yang lebih baik lagi, seiring perkembangan zaman, perkembangan keilmuan...
Dan, aku harus mengingat ini,
"Usaha, tenaga, karya.. lebih layak diperjuangkan.. untuk alasan yang lebih berarti"
Mari jadikan refleksi,
Ya benar, menjadi seorang dokter hewan bukanlah cita-citamu dari kecil, yang akhirnya membawamu memiliki profesi sekarang, namun nikmatilah peran itu. Kan benar peran yang kau jalani ini adalah sebuah titipan yang perlu dilakukan dengan baik,
Jalani, kuasai, dan tebarkanlah manfaat... !
Minta petunjuk Tuhan, agar diagnosa yang diberi, dapat membantu menyembuhkan penyakit, minta petunjuk Tuhan, agar perawatan, pelayanan yang diberikan adalah semata-mata menjadi kewajiban, menjadi sebuah tuntunan ilmu yang bermanfaat, menjadi sebuah peran yang akan dipertanggungjawabkan.
Additional words from stranger, my pen pal, he is a researcher... (Aug '22)
''' Your job's responsibility must be very heavy. You can't allow any mistake to judge and treat the patients. And pets are not just animals for owners but their family members. So the responsibility you feel must be the same as physicians feel. And everyone has a lot of knowledge from the internet, so you may have to upgrade your knowledge every moment. '''
'' ... but my work has less responsibility than yours. And even if I make some mistakes, this doesn't lead to any critical damage (not to die). It was just physically tiring. '''
Minggu, Juli 03, 2022
Pahlawan kecil yang ini bernama Boy,
Rambutnya berwarna campuran cokelat tua dan hitam
Asal usul rasnya tidak begitu jelas
Tubuhnya pun mungil
Khas"Anjing Kampung!"
Begitu kebanyakan orang menghardiknya
Kehadirannya di dunia
sering disalahartikan
Tidakkah kita melihat
Malaikat kecil ini begitu lugu
Dengan berlari-lari kecil dia langkahkan kakinya,
Ia kibaskan ekor, menggonggong pelan,
Mengendus-endus dengan rasa ingin tahu yang
tinggi
Mengajak bermain
Boy dengan pendamping saat Dog Fashion Show |
Mungkin pada kisah lamanya,
Ia dianggap hanyalah sebuah beban,
Bagi hewan lainnya,
ia adalah seekor pendonor, sosok pahlawan,
sesosok malaikat
Ia menjadi malaikat tanpa sayap,
yang dengannya mengalir darah-darah suci
Darah-darah kehidupan
Ia memberi kesempatan untuk hidup,
Bagi anjing lainnnya,
Agar masih bernafas di dunia,
Agar mereka masih dapat bahagia dengan
keluarganya
Agar mendapat kasih yang tidak ia dapat
sebelumnya
Dalam bisikannya, seakan dia berkata
"Pada suatu hari nanti,
Aku ingin dibangunkan
Dari gonggongan kebahagiaan,
dari mereka yang mengalir darahku"
Kisah si Boy
2022 by FR
Jumat, Juli 01, 2022
Tidak ada yang kekal di dunia yang kejam ini--- bahkan tidak kesulitan kita. Charlie Chaplin
Hidup tidak harus mudah, apa pun asal bukan kehidupan yang kosong. Lise Meitner
Jumat, Juni 17, 2022
"..the view you adopt for yourself profoundly affects the way you lead your life. It can determine whether you become the person you want to be and whether you accomplish the things you value." -Carol S Dweck (Mindset)
Kamu hidup sebenarnya untuk apa?
Tanpa melewatkan pentingnya sebuah proses, setidaknya menurutku, aku harus terus berpikir tentang tujuan atas kegiatan atau pekerjaan yang aku lakukan sekarang.. Iya kan?
Dulu, sewaktu kecil aku mengira kalau orang dewasa dapat dengan mudah melakukan apa yang ia senangi, tanpa takut nggak ada barengan, tanpa harus mengkonfirmasi atau perlu membuktikan kepada orang lain atas apa yang dilakukannya.
Saat keniscayaan itu muncul, ternyata kedewasaan seakan mengharuskan kepada setiap insan untuk bisa melangkah dengan sendiri, tetap tegar di tengah badai yang menerpa, meski bahagia kadang diselimuti duka.
Secara tidak langsung, aku juga harus melatih otak dan hati untuk mencari tujuan utamaku melakukan semuanya.
Berawal dari meneguhkan niat, apakah niat sudah kubenahi?
Apakah cara yang aku lakukan untuk mencapai tujuan sudah kurangkai dengan baik?
Bagaimana jika terpaan datang, omoongan orang meracau, dan datang sesuatu yang tidak sesuai rencana?
Meski tidak harus terlalu kaku, namun jangan pula menyepelekan, karena waktu itu akan cepat berlalu, tanpa tujuan dan rencana yang jelas, tiba-tiba akan datang penyesalan di ujung,
'' Buatlah musik, meski tak ada seorang pun yang mendengar. Lukislah sebuah gambar, meski tak ada seorang pun yang melihat. Tuliskan sebuah cerita singkat yang tak akan dibaca orang. '' - Ken Mogi The Book of Ikigai
Bukan tidak mungkin, kita butuh sebuah validasi atas berbagai pencapaian yang sudah kita lakukan. Seperti penerimaan dan penghargaan yang kerap kita harapkan. Namun ternyata, pemikiran tersebut membuat tidak tenang, hidup jadi tidak apa adanya.
Melalui tulisan ini, yuk diri ini renungkan..
- Yap, sudah kah kamu membenahi niatmu, untuk menjadikan hidupmu bermanfaat? untuk mencari ilmu? untuk menyelaraskan kehidupanmu, atau hanya sekedar mengisi perut?
- Apakah rencana yang kamu rakit sudah kamu laksanakan secara istiqomah, apakah masih sering tertunda?
- Mungkinkah kamu menemukan kesulitan, dan perlu pertolongan senior, mentor, atau teman sejawat?
- Atau jangan-jangan, kamu masih ingin sebuah tantangan yang lebih dari sekarang?
Jika suatu saat, kita menjadi lupa akan tujuan akhir hidup, cobalah berhenti sejenak, lalu cari tahu cara untuk kembali pada jalur itu.
Jadi, untuk apa?
Untuk sebuah kehidupan yang bermakna,
untuk sebuah perjuangan yang berharga,
untuk sebuah romantisme jiwa,
untuk sebuah pertanyaan yang akan terjawab di masa depan.
"Dan tidaklah Aku ciptakan Jin dan Manusia kecuali untuk beribadah kepadaku" (Q.S adz-Dzaariyat: '56).
Minggu, Juni 12, 2022
Pengen dong, balik ke masa lalu!
Jumat, Maret 25, 2022
Rasan-rasan menurut telaah berdasarkan versi pengertianku, adalah sebuah istilah yang sering digunakan meski tidak sadar kita sering lakukan, eh?
Maksude piye sih? Hahaha..
Menyambut Bulan Ramadhan yang penuh rahmat, sudah sepatutnya kita bahagia. Lha tapi, kalau minyak goreng harganya bikin resah masyarakat, kita juga dipaksa tetap bahagia?
Nah, rasan-rasan jenis satu ini adalah salah satu contohnya. Hanya bisa merasakan, ngedumel, nggrundel, tapi gabisa apa-apa karena ga punya daya kekuatan seperti para petinggi bangsa. La wong, istri ngedumel ke bapak-bapak, uang belanja kurang, eh bapak-bapak harus gimana? Balik ngedumel ke istri kalau harus ngirit gausah pakai minyak saja? hihi .
Aku sih, gamau lanjut bahas minyak goreng ya. Kalau kata anak jaman now, aku tuh butuh healing!!
Wes was wos, jadi gini deh, kalau keseringan lihat gaya hidup para selebriti atau selebgram yang biasa nangkring di sosial media, meski uang menipis, errr, alias kantong kering, err pengen rasanya bisa menikmati gaya hidup seperti mereka.
Kok, dari tadi ar er ar er sih!!! gajelas wis.. wis..
Hanya Ilustrasi |
Berlanjut ke rasan-rasan yang berikutnya, seperti kata bijak bestari, kalau sepertinya kita kok selalu ngerasa kurang ya. Hari ini makan tempe, besok ingin pecel lele, hari ini beli mobil, besok ingin ke Australi, hari ini bisa umroh, besok ingin umroh lagi.
Yah, ga bakal menyangkal sih ya, karena manusia itu ya uniknya karena itu. Sudah tercukupi hidupnya, makan minum bisa, tapi ya pasti akan kurang. ya to?
Rasan-rasan juga bisa terjadi saat tiba-tiba kita menginginkan kehidupan orang lain, yang sepertinya lebih indah, terjadi juga pada kita. Yang lebih parah lagi, ya kalau nilai orang lain selalu saja buruk, meski kadang yang dilakukannya benar, sudah terlanjur buruk di mata kita, ngerasani diri ini luweh ditimbang liyane.
Was wes wos, rasan-rasan yang paling enak sih ya, ngerasani pemerintahan Wakanda, ga bisa ini itu, harusnya ini itu, kok gini gitu, tapi mentok kepental tembok, hehe karena ya emang sana bakal mau ngedengerin?
Jumat, Maret 04, 2022
Selasa, Februari 15, 2022
Hari ini tiba saatnya ujian semester IPS, meski banyak sekali hapalannya, jauh-jauh hari kita sudah dibekali oleh guru pembimbing materi yang sekiranya akan keluar pada saat ujian. Hari itu, aku duduk deretan paling pojok, berhadapan dengan meja guru, tiga baris dari depan bersebalahan dengan kakak tingkat.
Sekolah kami menerapkan pengacakan kelas dan rekan duduk setiap mengadakan ujian guna mengurangi kecurangan. Sehingga kelas yang digunakan bukan kelas masing-masing dan rekan sebangku bisa jadi beda angkatan dengan kita. Dengan sangat santai dan cepat, aku kerjakan semua soal-soal yang aku sudah paham betul, he.. he.. Meski banyak, aku seperti sudah pernah baca semuanya, kok. Gampanglah!!
Saat itu, hanya selang tiga puluh menit dari waktu pembagian soal, sedangkan waktu yang diberikan untuk menjawab pelajaran ini adalah satu setengah jam. Dengan sombongnya, aku menyudahi pekerjaanku, dan sudah yakin betul akan jawaban yang aku pilih.
Untuk sekedar mengisi waktu, aku bergegas untuk izin ke toilet. Jalan demi jalan aku susuri, mulai dari izin ke pengawas ujian, hingga keluar dari kelas yang aku gunakan untuk ujian.
Setelah keluar dari toilet untuk buang air, aku bergegas kembali ke kelas ujian dengan berjalan sangat pelan. Lalu dengan sangat santai, aku masuk ke ujung pintu dan izin untuk masuk.
Tanpa rasa bersalah, aku berjalan hingga ke kursi duduk tempat terakhir aku mengerjakan ujian.
Baca juga : Tragedi Sebuah Bunyi Klakson
Dengan sangat kaget dalam hati aku menjerit, '' Lho, kok, bangkuku ada orangnya!''. Lantas, aku refleks menoleh ke kanan dan ke kiri serta melihat seluruh ruangan dan sadar , ''Maaf bu, saya salah masuk kelas,''
Langsung saja seisi kelas itu dengan keras menetertawakanku. Aku pun izin keluar ruangan, lalu mencari letak kelasku. Ternyata, aku hanya salah satu kelas, kelas yang harusnya aku masuki tadi tepat di sebelahnya.
Setelah ujian selesai, secara tiba-tiba aku harus bergaya seperti artis yang tidak tahu malu, wkwkwk. Tapi sebenarnya ulat maluku baru saja sudah terputus dan merasakan kesombonganku sesungguhnya memakan diriku.
Dengan tetap santai dan tidak merasa melakukan kesalahan, setiap kali ada orang yang menanyakanku, aku hanya menjawab, 'hehe salah masuk kelas,''
Minggu, Februari 06, 2022
Sering banget denger istilah 'Quarter Life Crisis', sebenarnya apa sih maknanya?
Selamat datang di kehidupan menuju dewasa yang sesungguhnya. Umur yang matang, karir yang cemerlang, percintaan yang sehat, punya kendaran, mulai cicil rumah!
Duh apaantuh?
Wkwkwk.
Serentetan standar hidup yang diciptakan oleh manusia itu sendiri menjadi patokan kesuksesan, yaa bagi kita yang masuk di usia 25-tahun. Banyak yang sambat, kalau gak tahan dengan semua pencapaian yang mesti diraih jika sudah memasuki usia ini. Padahal kan, tahu sendiri yee kalau NGGAK SEMUA SAMA!
Jalan hidup orang, tentulah berbeda. Kalau mau dibuat standarnya, nggak bakal bisa. Yaaa walau berarti kita bisa dong punya target sendiri, inget ya untuk diri sendiri kalau ingin meraih suatu hal di umur tertentu.
Hukum itu nggak berlaku untuk semua individu. Pasalnya, kan kita ngga tahu tuh jalan yang dilalui oleh orang-orang yang sudah meraih banyak prestasi di usia mereka.
Hihi.. sebenarnya sih ini ngingetin diri sendiri yak kalau, Kita punya jalan masing-masing. We have our own paths. Gaperlu lagi peduli dengan pencapaian orang lain, tapi lebih memaksimalkan kehidupan kita. Cielah...
Yaa.. begitulah, kadang impian-impian yang selama ini kita telah rajut, terkadang perlu disimpan untuk sementara waktu.
Jadi, pesanku untuk diri sendiri di suatu umur yang cukup matang adalah, fokus ke perkembangan diri!
Dengan mimpi yang dirajut setiap hari (pantesan ngantuk mulu wkwk), dan kerjaan yang sudah dilakukan tiap hari (capek ah), ubah mindset untuk membuat semua terjadwal dengan baik, rencanakan target beberapa bulan ke depan hingga beberapa tahun ke depan, serta tetap santai yuhu .....
xixi, yok ndak boleh males yok! bisa yok!
Rabu, Januari 19, 2022
Tidak semua hal perlu diungkapkan.
Haiii 2022.
Sudah lebih dari separuh bulan, menjalani hari di tahun baru ini. Rasanya kok gitu aja ya? Hehe
Beneran, rasa pahit dan manis yang di alami selama 2021 kini tergantikan dengan lembaran baru. Biarkan pekerjaan rumah maupun harapan yang tertunda kita rakit kembali di tahun ini. Semoga yaa terlaksanakan.
Jadi, pelajaran apa sih yang paling berkesan di tahun 2021?
Kalau aku pribadi, salah satunya sangat memaknai arti ngga papa, ga semuanya perlu diungkapkan.
Meski sering terjebak dalam hal, gada salahnya buat didiskusikan, diobrolkan dulu agar lebih jelas, tapi ternyata kita juga sering terjebak, di saat sebenernya suatu hal jadi lebih mudah lho jika kita ga ngasih tau ke siapa-siapa.
Memang perlu pandai dalam memposisikan diri untuk bisa menyaring informasi yang masuk maupun yang keluar dari diri kita. Terlebih lagi jika hal tersebut menyangkut urusan nama baik diri maupun orang tersebut.
Well, ngomong-ngomong soal itu, kan banyak tuh kejadian yang di sorot media mengenai kasus pencemaran nama baik atau UU ITE. Padahal kan, kalau ga gitu bukannya kejahatan ga akan terungkap?
Hihi.. duh berat ah aku gamau ngomongin yang berat-berat. Ribet juga yaa urusan di negara Wakanda ini (aku lihat komen netizen wkwk).
Menyangkut hal pribadi, gak ngungkapin sesuatu itu bisa jadi menahan untuk gak sembarangan cerita ke sosial media. Aku sadar, jejak digital itu sulit sekali dihapus. Bisa jadi karena kita nggak 'ngeh' atau sudah ngehapus ternyata masih bisa terlacak, bahkan 'ada yang merasa tersindir' atas ucapan kita di sosial media, padahal nih yaa kita nggak ngomongin mereka atau berusaha menyindir orang-orang tertentu.. hehe ribet juga ya nak milenial ini.
Begitulah, memang ada beberapa hal yang tidak perlu diungkapkan. Dalam kehidupan nyata juga bisa terjadi seperti itu.
Memang agak berat ya untuk dapat menjadi pandai dalam penempatan diri agar bisa menyaring mana yang bisa kita ceritain mana yang tidak. Apalagi memilih mana orang yang kita percayai untuk diceritakan atau tidak.
Yaa benar, hati-hati. Walau kita perlu untuk menceritakan sesuatu hal, agar bisa lebih 'plong' tentu kita juga harus bisa lebih berhati-hati dalam bercerita,
Btw, aku juga harus hati-hati yaa, kan blog juga bisa jadi jejak digital. Hihihi .
Oh ya, semoga di tahun 2022 mindset yang aku punya tetap positif, bisa menata dengan baik rencana-rencana yang ingin aku laksanakan di tahu ini, tentunya juga harus lebih cermat, aamiin.
Kalau harapanmu di tahun ini apa?
Senin, Desember 27, 2021
"You're perfect with your imperfections"
Ketika melihat huru-hara kehidupan, hingar-bingar kota, wara-wiri media, huh.. akan banyak kesempurnaan yang seakan-akan hinggap di diri orang. Yap, bukan di diri sendiri, yang kurang ini itu, yang belum bisa ini itu, yang nggak sanggup ini itu.
Seperti pepatah jawa yang sering kudengar, "Urip iku Mung Sawang-Sinawang", jelas pasti bahwa seringkali kita merasa bahwa rumput tetangga lebih hijau dari rumput di rumah sendiri.
Bahwa, kok sempurna banget sih hidupnya?
Hehe.. Sedikit menyinggung epilog drama Webtoon yang kubaca, Joyful Delight, dari sana aku mencoba mengambil hikmah, bahwa ketidaksempurnaan selalu dimiliki tiap orang, jika mencari yang sempurna, yaa tidak akan pernah ketemu, dan begitulah hingga Joy kembali menerima Aydan. Dia memang tidak sempurna, tapi termasuk orang yang baik kepadanya, kepada keluarga dia sendiri, dan yang terpenting adalah setia.
Kembali lagi mengenai, pemikiran yang sejatinya bisa kuubah, mengenai nasib, mengenai usaha, dan mengenai keikhlasan dalam diri. Fokus kepada diri menjadi hal yang tersulit untuk saat ini. Agar memiliki niat yang jelas untuk terus tumbuh, untuk menjadi salah satu bintang yang bersinar, dan yang penting untuk membuat lingkungan sekitar memiliki semangat yang sama akan keberhasilan.
Benar adanya, ketidaksempurnaan diri terkadang menjadi penghalang, kadangpula menjadi sebuah penerimaan, seperti "ada baiknya juga yaa aku gabisa ini, aku ga terjun ke dunia ini, karena sepertinya tidak cocok dengan prinsipku"..
Dan seperti itu, keluarga yang kita miliki, tidak bisa kita pilih.
Semua memiliki sisi baik dan sisi buruk masing-masing, yang menurutku bisa kita jadikan pilihan adalah
'' Bagaimana kita menjadikan keluarga sebagai semangat hidup, sebagai tempat untuk berbagi, sebagai tempat untuk pulang. ''
Seperti nantinya, teman, pasangan, tetangga, yang memilki keunikannya sendiri, yang selalu mengajarkan untuk saling berbagi dan saling menolong.
Siapa sangka, ketidaksempurnaan mu adalah sebuah kesempurnaan yang dianugerahkan Tuhan kepadamu.