heartkokok

Rabu, November 07, 2018

Berdiskusi
November 07, 20180 Comments


Berdiskusi.
Bersama menikmati secangkir kopi susu yang dipatenkan dengan nama berbeda dari setiap tempat.
Nama sebuah kata yang pantas untuk belajar bersama ?
Aku menganggapnya seperti itu. Karena di posisi kita yang sama, walau ada yg lebih paham dan kurang paham, kita masih memiliki porsi yang besar sebagai pembelajar. Ialah belajar.
Berdiskusi mendorong keaktifan dari setiap orang mengutarakan pikirannya. Berdiskui mengajak orang yang enggan berpikir menjadi aktif berpikir. Berdiskusi mengajarkan kepercaya dirian yang kurang.



Berdiskusi yang kumaksud di sini adalah saat aku dan kami menyadari pentingnya memahami sebuah pelajaran. Apa yang diserap belum tentu sama, belum tentu serupa dan belum tentu lengkap. Dengan berdiskusi, kami dapat memahami sesuatu sehingga menjadikannya ingat hingga setidaknya selepas ujian, bukan hanya menghapal atau memiliki mental tempe untuk curang.

Aku bersyukur, diskusi yang dicanangkan berjalan dengan lancar dan memiliki banyak peminat. Memberi manfaat setidaknya untuk diri sendiri dan lingkungan sekitar.
Reading Time:

Senin, November 05, 2018

Luapan Sesuap
November 05, 20180 Comments

#1 
Sulit.
Julid.
Kulit.
Berbelit-belit.
Ah, nanti saja ngelakuinnya, toh masih belum deadline ini?
Dan akhirnya akan pusing sendiri pas mepet deadline.

#2
Suatu sore di sebuah tempat ramai. Pedagang baslok kembali lagi ke tempat ia selalu berjualan. Tidak ada kios, tidak ada terpal, melainkan hanya gerobak beserta payungnya. Oiya ditambah lagi satu kursi tempat ia duduk sepanjang hari. Basloknya lumayan enak. Beliau juga ramah. Sebagai pembeli aku pun hanya mampu mampir ke lapaknya beberapa kali. Namun, setiap kali kesana aku merasakan ada banyak cerita yang ia simpan. Keriput di wajahnya membuatnya tetap terlihat lemah, walau aku tahu beliau berusaha tetap menjadi gagah. Kelembutannya dalam melayani pembeli memperlihatkan bahwa ia nampak dipenuhi kasih sayang merawat anak-anaknya di rumah. Di sela waktunya menunggu pembeli, dibacanya sebuah Koran. Terkadang diselingi dengan secangkir kopi. Tak jarang pula dengan pelan memainkan gawai di tangannya. Benar, beliau memang penuh cerita, meski tak langsung menceritakan.

#3
Waktu itu, aku pernah berpikir mengenai arti perjuangan. Aku mempertanyakannya, bukan karena lelah. Tapi lebih karena tidak sabar. Dan sepertinya ketidaksabaran akan sesuatu banyak dampaknya.
Banyak yang menjawab bahwa sesuatu memang ada yang tidak layak untuk terus diperjuangkan. Bukan berarti tidak pernah mencobanya dulu. Walau dengan belajar dari pengalaman yang sudah-sudah menurutku sudah bisa untuk memutuskan untuk membuat keputusan itu, memperjuangkannya dengan maksimal atau meninggalkannya. Tergantung kondisi. Berjuang itu pahit di awal, tapi manis pada akhirnya.

#4
Kisah cinta di usia 20an. Bukan hanya perasaan suka yang mestinya dicari. Tapi aku sedikit belajar bahwa semuanya memang mengarah ke jenjang yang serius. Meskipun pada awalnya tidak tahu bahwa orang tersebut adalah yang akan menemani sisa hidup kita ataupun bukan.
Memikirkannya matang-matang membuat sebuah awalan yang baik untuk menjalin hubungan yang sehat. Ada saatnya kita bersenang-senang seperti anak kecil, ada saatnya pula kita harus mencari value yang harus kita pegang sebagai pengembang diri.  
Banyak pasangan yang tetap menjalin komunikasi yang baik dengan pasangannya, tetapi tetap melejit dengan kariernya masing-masing. Ia tetap mempertajam skillnya dan terus menggeluti hobinya tanpa hanya bersenang-senang memikirkan perihal percintaannya saja. Mereka saling menguatkan untuk melatih diri masing-masing. Jika waktunya bertemu, ya bertemu saja. Aku suka yang seperti itu. Ya, berat sih untuk menjalankannya, kata mereka yang mengalaminya. Cuman, mereka merasakan kedewasaan tumbuh di antara mereka berdua.

#5
Perasaan itu bisa tumbuh.

Aku percaya bahwa perasaan itu bisa tumbuh, seperti aku percaya pada orang-orang yang menikah dengan jalan ta’aruf. Seperti orang yang menikah setelah kenal beberapa bulan saja.
Pada mulanya, aku tidak terlalu percaya bahwa perasaan bisa tumbuh.  Saat itu, aku mengenalnya sebagai orang yang biasa dan berbicara sebagai orang yang biasa. Dan selalu menganggap apa yang kulakukan padanya dan sebaliknya sebagai suatu yang biasa. Melihatnya berjalan sendirian di tempat yang sepi juga sebagai sesuatu yang biasa.  Dan memang tetap biasa aja.
Hal itu baru disadari setelah perasaan itu tumbuh, ternayata aku sebegitu tidak menyadarinya. Pertemanan menjadikan simpati dapat datang ke sesama. Bahkan pertemanan pula dapat menjadikan emosi kita semakin terlatih, baik untuk selalu bersama, berdebat, makan bareng, kumpul bareng, jalan bareng. Semua menjadi tidak biasa. Dan menjadi lebih luar biasa lagi jika hal-hal yang biasa kita lakukan bersama teman tidak lagi kita lakukan.

Sekali lagi perasaan itu bisa tumbuh.

Kita harus lebih berhati-hati lagi. Jika yang tumbuh adalah perasaan sayang, maka baguslah demikian. Tapi jika sebaliknya, perasaan benci yang tumbuh maka patut diwaspadai, bisa-bisa kebencian membuat semua tindakan yang baikpun ikut menjadi buruk.

Lalu tentang dirimu, hanya dirimu bukan mereka
Aku bahkan lupa siapa dulu saat kusakit siapa yang membelikan makanan itu kamu atau yang lain. Karena aku menganggapnya biasa, hingga aku takut hanya mengaitkannya bahwa itu kamu, padahal orang lain. Seperti itulah, semua akan dianggap spesial jika perasaan itu telah tumbuh.

Perasaan itu bisa tumbuh. Hanya saja dalam menjalaninya, kadang layu, kadang menguning, kadang bisa tumbuh, atau bila lupa memupuk lama-lama akan mati secara perlahan Tentu aku masih tidak memahaminya bahwa perasaan bisa tumbuh. Setidaknya, aku sadar bahwa sebuah alasan pun bahkan aku tidak dapat benar-benar menjelaskannya dengan baik. Alasannya adalah tanpa alasan.


Reading Time:

Sabtu, September 22, 2018

Ceritanya: Belum Beresonansi
September 22, 20180 Comments

Waktu itu sesorang bercerita. Sepanjang malam ia mengutarakan kisahnya dengan khusyuk.

"Entah mengapa aku menganggap bahwa sebenarnya aku dan dia memiliki satu frekuensi hanya saja masih belum bertemu pada satu resonansi. Hingga, terlihat bahwa aku dan dia terus-menerus mencoba melarikan diri satu sama lain. Aku punya rasa dan aku merasakan bahwa ia memiliki getaran yang sama.
Saat aku lewat di depannya, pura-pura kutak mengetahui keberadaannya. Ku berjalan seakan-akan tidak ada seorangpun di tempat tersebut. Hanya aku yang tahu bahwa kau pun berlaga seperti itu. Terus saja kita berdua saling menghindar.
Saat itu aku ingin mencari keberadaan temanku, namun apa daya. Tanpa sengaja aku menangkap matamu, sedang menatapi keberadaanku. Kamu mengalihkan pandangan, tapi aku menangkapmu sedang menatapku sebelum kau sempat kabur.
Entah kapan, tapi aku yakin benar di beberapa kesempatan kehadiranmu menjadi presensi di setiap kegiatanku. Jikapun engkau tak ada, aku akan mengharapkanmu berada di sana. Setidaknya ada untuk mengisi kehadiran. Selanjutnya, aku tidak peduli lagi akankah interaksi kita akan berjalan dengan lancar? Sekali lagi, kehadiranmu yang utama.
Lantas, aku pun sadar. Aku bukanlah siapa-siapa yang berhak mengaturmu kamu di mana. Hanya saja, pikiranku tentangmu telah mulai meracuni diriku."

"Aku pun belum merasakan perjuangan bagaimana aku bisa dapat bersamanya. Sampai saat ini aku hanya bisa secara sembunyi membantu urusannya. Mencoba mendengarkan kisahnya. Mencoba diam jika yg lain tengah bersuara. Mendukungnya menjadi sosok yang lebih baik lagi. Menyemangatinya di setiap kegiatan. Dan aku takut jika aku terlalu berharap, karena aku ingin melakukannya dengan tulus. Aku ingin melakukannya dengan murni, agar ku tak diliputi oleh rasa kecewa. "

Ia pun berhenti, dan mulai terdengar isaknya.
"Biarkanlah hati ini terisi dengan perasaan lain hingga akhirnya aku dapat melupakannya. Alasanku sampai sekarang belum dapat melupakannya adalah belum ada rasa yang lebih baik bagiku melebihi rasaku padanya."

Aku pun memikirkan hal yang sama, betapa rumitnya pikiran tersebut. Pikiran yang membuat semuanya terasa begitu dalam.
Reading Time:
Peduli
September 22, 20180 Comments


"Terlalu sibuk mencari orang yang mempedulikanmu,
Malah membuat lupa bahwa ada orang terdekatmu yang mempedulikanmu"

Memang lucu dan aneh. Di saat diri belum siap menikah namun sudah mulai mencari sosok pujaan yg tepat yg kelak dapat dijadikan sebagai pendamping. Bahkan yg lebih parah terlalu lama dan terlalu berpikir panjang untuk hanya memikirkannya.
Siapapun yg ada di diri. Entah itu indah atau gundah selalu berusaha mencoba menjadikannya cocok dengan diri, mencari kesamaan di tengah perbedaan.
Aku tahu aku tak sendiri. Mungkin ada jutaan orang di sana yg selalu mencari. Namun, apakah aku harus seperti orang yg tak tahu apa-apao jika kita terlalusibuk mencari sosok yg belum ada, malah menjadikan kita lupa bahwa di dekat kita sekarang ini ada orang yg menyayangi kita, rela berkorban untuk kita. Coba tengah ayah ibu, kakak adik, keluarga, teman dan orang-orang di sampingmu.
Aku jadi ingat pikirku kala itu yang tanpa arah mempertanyakan apakah ada orang yg menyayangiku?
Pertanyaan seperti itu hanya dapat dijawab oleh diri sendiri. Apakah kamu sudah menyayangi orang-orang di sekitarmu?
Lantas jika ia, maka yakinlah bahwa ketulusanmu akan terbalaskan, belum tentu oleh manusia tapi pasti oleh Allah.
Reading Time:

Sabtu, September 01, 2018

Tetaplah Jadi yang Terbaik
September 01, 20180 Comments

Klinik Nada-Tetaplah Jadi yang Terbaik
By Denis Sutrisno 

Buktikanlah kita bisa menjadi satu
Saling menguatkan tiada yang memisahkan kita
Semangatku semangatmu kita bagi bersama
Melewati menjalani hari yang indah ini
Menjadi cerita yang sangat berharga
Bahagianya kita
Berjanji untuk selamanya tetap bersama

Reff.
Segala rasa yang kita alami
Harusnya kita pun saling mengerti
Tak ada yang berbeda meski tak sempurna
Karena cinta kita abadi selamanya
Ada kalanya kita kan saling menyebalkan
Terkadang juga kita kan saling membosankan
Saling membantu bukti sebuah persahabatan
Sungguh bangga kawan
Tetaplah jadi yang terbaik

Menjadi cerita yang sangat berharga
Bahagianya kita
Berjanji untuk selamanya tetap bersama

Back to Reff


-Terimakasih kepada kak Denis dan Klinik Nada yang telah mempersembahkan lagu yang spesial ini kepada FKH 52. 
Setelah Intravena 52, kemudian kami menemukan jati diri kami yaitu sebagai Griffin. Tibalah kami dalam tahun terakhir berjuang menjemput gelar sarjana, sebelum nantinya melanjutkan perjalan menuju PPDH/ koas. #WelcomeTingkatAkhir
FKH 52
Aku saat ini sedang merasakan bahwa kekuatan dari tiap lirik tersebut sangat membangkitkan semangat kami, sebagai 52. Banyak hal yang kami lalui sebelumnya hingga sekarang ini. Banyak tantangan, cek-cok, kehangatan, kepedihan, kecerian yang selalu mewarnai hari-hari kami. 
Aku sangat suka dengan lirik 'Ada kalanya kita kan saling menyebalkan, Terkadang juga kita kan saling membosankan, Saling membantu bukti sebuah persahabatan, Sungguh bangga kawan, Tetaplah jadi yang terbaik'. Dalam lirik tersebut seakan mengisahkan bagaimana sebuah pertemanan itu berjalan, terkadang marahan terkadang saling jail, saling membantu, saling membutuhkan sama lain, dan seperti pesan yang ingin disampaian kepada kami semua, Tetaplah jadi yang terbaik. Ya, kami ingin menjadi yang terbaik atas usaha yang kami lakukan. Dengan kata-kata mutiara tersebut aku dan mungkin Griffin lain berusaha untuk terus belajar dan berkarya untuk memberikan yang terbaik, dengan dukungan dan doa kolega semua. 



Reading Time:

Jumat, Agustus 31, 2018

Apakah tentang Pertemanan?
Agustus 31, 20180 Comments

Aku bisa berdiri tegak karena saat diri terjatuh di dalam lubang yang paling dalam, ada teman yang ikut membantuku bangkit.

Bismillah.

Menginjak umur 21. Untuk seorang manusia, di umur yang tidak lagi muda tersebut, semakin mengajakku untuk tidak lagi bergantung pada keluarga. Ketergantungan yang selama ini aku lakukan semakin membuatku malu. Padahal di luar sana banyak orang-orang yang telah mandiri dan meraih prestasi yang dapat dibanggakan oleh keluarga. 
6 tahun silam, aku memutuskan untuk melakukan perantauan. Selama itu pulalah aku mencoba untuk sedikit menarik diri dari kehangatan yang keluarga sederhanaku tawarkan. Menghadapi ketidakpastian bahwa di luar sana mungkin aku akan menemukan beragama jenis manusia dengan segala keadaan yang tidak pasti. Mencicipi pahit manisnya dunia yang selama ini tidak pernah terbayangkan sebelumnya.Akhirnya pun 6 tahun tersebut terlampaui dan masih kujalani hingga sekarang. Berada jauh dari kampung halaman demi menimba ilmu dan mendapatkan pengalaman sebanyak-banyaknya. 
Pernah di suatu masa di saatku menginjak sekolah menengah pertama, aku mulai mencoba memahami makna pertemanan. Akupun berharap dan berdoa kepada Tuhan, bahwa aku ingin diberikan teman-teman yang tulus di hidupku. Tuhan pun mengabulkan doanya. 
Aku belajar banyak hal dari orang-orang yang Tuhan berikan untuk menjadi bagian dalam hidupku. Salah satunya adalah dari teman-temanku. Aku bisa melepaskan tawa, penat, kekesalan, kisah hidup bersama mereka. Terimakasih teman, walaupun di hidup ini, engkau datang dan pergi, karena memang begitu kisahnya. 
Reading Time:
Sedikit kata
Agustus 31, 20180 Comments
Belajar dari orang. Belajar dari banyak orang. Belajar dari siapa saja. 

"Hidupmu indah? Hidupmu bahagia? Sudahkah kamu membuat dirimu senang?"

Jika kata-kata hanya sebuah isyarat yang mewakili isi hati, maka kamu berbohong. Kamu lupa ada otak yang memiliki andil yang besar di sana. 
Saat memikirkannya, bukankah aku menganggap bahwa hari yang kumiliki di dunia adalah hari ini. Hari yang harus lebih baik dari kemarin, untuk menuju hari esok yang lebih baik. 
Menata hati sedikit demi sedikit. Memikirkannya dengan otak. Namun kolaborasi yang baik antara keduanya akan menjadikan harimu lebih baik. 
Apakah kita tahu hikmahnya? Pikirkan itu! 

-Sedikit kata-kata yang tiba-tiba datang
Reading Time:

Sabtu, Agustus 11, 2018

Melihatnya Jauh Lebih Dalam
Agustus 11, 20180 Comments
Semakin hari visualisasi semakin menjadi-jadi. Layar kaca, internet, gambar yang bergerak pun mulai menyoroti sebuah kegusaran saat sepi. Ditampakkannya segala keindahan. Memukau sejagad mata. Membiarkannya terbuai sekejap saja. 
Dengan penglihatan, manusia mampu menangkap pesan lebih cepat dari pesan dengan indra lain. Konsepan warna yang dikombinasi seakan menambahkan tipu dayanya untuk sekali lagi menyilaukan setiap mata yang menatap. 
Namun, pernahkah kita lebih jauh memahami pesan yang ingin disampaikannya. Jauh lebih dalam dari yang biasanya? 
Aku membaca, aku pun terlena. 
Tidak, sekarang tidak jaman lagu itu. (Hehe maaf receh). 
Tidak, sekarang aku dan orang-orang didekatku merasa enggan untuk menunggu. Lebih baik, kuputar layar video itu daripada kuharus meneguk lembaran-lembaran kertas yang membuat mataku keriting.  
Lalu saat kuberjalan jauh menyusuri pantai, mendaki terjalnya gunung, aku ingin membagikannya pada dunia tentang apa yang kurasa. Ingin kujuga menengok reaksi mereka tentang tempat yang kutuju. Atau sekedar berbagi cerita bahagiaku. Walau kadang aku merasa layu karena inginku bersimpang dengan tujuan utamaku. Aku terlalu lama memegang ponselku. Sibuk mencari celah memikirkan hasil jepretan yang bagus. Sibuk menata, menyebar hingga membumbui apa yang ada. Aku malu padanya. Kepada alam yang membuatku nyaman. Kepada alam yang membuatku tenang. Jika aku datang bukan untuk benar-benar menikmatinya. 
Saat aku bekerjasama dengan telinga, hidung dan indraku yang lain. Aku akhirnya paham tentang semuanya yang tersembunyi. 
Awalnya kuberpikir bahwa dengan melihat sesuatu secara kilat, sekejap, aku dapat memaknai sesuatu. 
Ternyata itu tidaklah cukup. Mereka yang tersembunyi sesungguhnya tidaklah benar-benar tersembunyi. 
Aku hanya perlu mencarinya lebih dalam. Memahaminya lebih lama. Menunggunya dengan sabar. 

Aku yang kini terbawara arus perubahan teknologi. Namun tetap berusaha mencari. Mencari sesuatu yang tersembunyi. Menyibakkan keindahan yang bahkan cukup tuk diresapi, dihayati lebih dalam. 

-Terinspirasi dari beberapa menit menunggu matahari terbenam, Punaga, Sulawesi Selatan- 
Reading Time:

Jumat, Agustus 10, 2018

Makna
Agustus 10, 20180 Comments
/Mak.na.
n

Aku mengenal makna dari mu. Mengenal betapa tanahmu dipenuhi oleh harapan-harapan dan doa-doa yang selalu dikumandangkan. Memberikan kabar yang baik kepada kami, makhluk yang sedang mencari jati diri
Dari Bogor, kami meniti rangkaian rencana hingga berani melangkahkan kaki menuju tanah Celebes. Mengepakkan sayap kami, yang masih tertatih untuk terbang namun tak gentar dengan berlandaskan niat yang sama, menimba ilmu. Kami haus akan ilmu, namun kami pun ingin sekali berbagi dengan masyarakat dengan ilmu yang kami punya. 
Bersama Nahkoda, kami tatih langkah-langkah yang berat mewujudkan mimpi tersebut. Nahkoda tidak sendiri, karena kami dipimpin oleh seorang pria tangguh yang siap sedia menanggapi pahit manisnya hari-hari bersama dengan Superteam yang selalu menyokong kapal tersebut untuk terus berlayar. 
Angin yang membawa kami dapat berlayar ke tanah Celebes tidak dapat menemukan arah yang tepat, jika tanpa bimbingan dari dua dokter cantik yang berjiwa muda, yaitu drh Leni dan drh Hera beserta kampus FKH IPB. 
Hmmm.. mentari pun menyambut kami, membawa kan kehangatan bagi kami yang telah lelah membuka mata hingga menunggu datangnya pagi. Seperti itulah mungkin yang bisa digambarkan, atas perjalanan yg panjang. 
Kami pun tahu, saat malam saat kami bekerja hanya orang tertentu saja yg masih mendengar keributan kami. Pun saat siang saat semua orang sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Kadang nyali kami ciut karena tekanan dari berbagai arah datang untuk menyudutkan kami. 
Lalu, kami pun terus merajut asa mencari makna yang terpendam mengapa kami melakukan itu semua. 
Sedikit saja kami mengerti, kami terus-menerus mempertanyakan hal yang sama. Memindai di tumpukan jerami alasan-alasan untuk tetap bertahan. 
Hingga saat-saat yang dinanti tiba. Kapal kami hampir menuju darmaga tempat yang kami tuju. Mencoba tuk sedikit melihat maupun menengok, berharap ada sedikit bayangan tentang tanah yang kami injak nanti akan seperti apa. Nyatanya hanya kejutan-kejutan yang kami dapat. 
Tanah tersebut sangatlah indah, bagi kami yang pertama kali menginjakkan kaki di dalamnya kami haru namun berbalut tawa. 
Indahnya sambutan hangat yang diberikan untuk kami yang ingin merepotkan orang-orang di dalamnya, menambah rasa syukur kami. Jauh dari tempat kami berasal, kami sudah yakin akan memiliki keluarga baru, guru baru, ilmu baru, pengalaman baru dan kekasih baru. Kekasih yang kami maksud adalah tentang rasa kami yang semakin dalam saat menikmati keindahan alam yang ditawarkan oleh Celebes. 
Bunyi-bunyi lonceng sapi, terpaan angin yang mendebarkan ombak, hingga tawa anak-anak yang akan tersimpan baik di memori kami. Begitupun senja yang sangat memukau bak permata, hingga membuat kami terinspirasi tuk terus membuat sajak-sajak indah setelahnya.
Lantas, bersama para penumpang kapal yang sangat baik tuk diajak kerja sama, terukir berbagai cerita indah tentang sebuah perjalanan kami yang singkat di Sulawesi Selatan. Seperti yang kami rasakan, kami mendapatkan panggilan jiwa dari tanah yang  memiliki potensi besar di bidang veteriner tersebut. Karenanyalah kami mendapatkan  ilmu yang kami harap dapat bermanfaat untuk kami dan masyarakat ke depannya. 
Atas rindu yang selalu muncul, kepada teman baru kami, bapak-ibu kedua kami, dokter hewan panutan kami, murid-murid kami yang selalu riang, para malaikat tanpa sayap yang selalu membantu kami, terimakasih dan maaf. Kami titipkan rasa rindu yang selalu tertanam di hati. 

Nahkoda, terimakasih untuk engkau yang selalu ada. 
Superteam, terimakasih untukmu yang siap sedia. 

Satu lagi, kali ini aku sangat ingin mengungkapkan kata-kata manisku yang bukan sajak ini kepada teman-temanku di Kab. Takalar. Sebuah rasa syukur karena ku telah ditempatkan bersama kalian. Bukan hanya tentang bidang veteriner saja. Di sini, kurangkap ilmu yang InsyaAllah dapat melekat. Kudapatkan pembelajaran mengenai keikhlasan untuk membantu teman, mengenai indahnya saling membully, kali ini aku jadi terbully hehe, mengenai manfaat membangun relasi, mengenai pemaknaan berbagi, mengenai nikmatnya indomaret saat lelah menepi. Kepada Alfiyan sang korkab yang kurekomendasi main di Tokyo drift, Odi imut yang tidak suka marah kala itu, Adit sang pujangga juga pahlawan Tarantula man ku, Falih yang senang dengan pengalaman pertama magangnya (semoga dapet lanjut sama Ummah), Anggi tukang masak handalan kami, Isni yg tak pernah absen berkabar dgn pujaan hatinya, Sarah yg suka kipas, klasta si Ondeng, Laras yg terus berjuang di kondisinya yg kadang tak mendukung. Love you guys 😘
Kujuga tak mampu untuk membalas kebaikan keluarga baru kami, terimakasih dari lubuk hati yang dalam kepada dinas kab Takalar, kepada dokter Fitrah dan suami selaku ibu dan bapak bos, serta Bilal yang sedia menampung kami yang liar ini, menyajikan sambal cobeknya. Serta bunda kami, Pak Kadir, Pak Harist, Drh Achmad beserta istri, Drh Mul yang selalu ngajak kami jalan ke Makassar, mengenalkanku dunia malam, bukan itu kok hehe, dan semua orang yang tak dapat kusebutkan satu persatu.


Pokoknya mah "Assippanna Tawwa" (Spanduk Raja Cobek) 
Reading Time:

Kamis, Agustus 09, 2018

Hati yang Ragu
Agustus 09, 20180 Comments
Menjunjung tinggi sebuah harapan... saat diri tertatih mempertahankan perasaan, di tengah kebingungan yang merebak
Kamu ada d depan mata, tapi terkadang aku malu tuk menatap
Aku dan kamu hanyalah sebongkah gugusan angin yg menerpa angkasa
Patut tuk dirasa tp tak terlihat oleh mata 
Sebuah misteri sebuah ilusi
Jika itu ilusi maka aku akan membuat nyata ilusi itu
Aku ingin menjadi angin yg membawa serbuk bunga
Bermanfaat dan bahagia
Hanya terkadang aku lupa bahwa
Ada hati yang aku punya
Yg kadang tidakku mengertinya

Aku kadang bingung dengan tatapannya
Berharap ia memiliki rasa yg sama
Namun keduanya hanya bungkam

Aku kadang bingung dengan tingkahnya
Ia berbuat baik tp kutahu tidak hanya untukku
Hingga membuatku tetap membisu

Aku kadang bingung dengan perkataannya
Ia berkata manis saat mengajakku bicara
Atau karena pikirku saja

Aku kadang bingung dengan hatinya
Kerap kali ia menunjukkan bahwa ia memiliki hati yg lain yg ku takuti untuk masuk kedalamnya

Bukan maksudku penuh bimbang seperti ini
Mungkin bulan tahu maksudku
Karena ia melihat jendela kamarku
Memikirkanmu
Karena jika jauh ku rindu
Jika hampa ku memikirkanmu
Yg bukan siapa-siapaku
Reading Time:

Rabu, Juli 25, 2018

Rembulanku
Juli 25, 20180 Comments
Rembulan mungkin sekarang sedang menampakkan senyumnya. Ia seakan terus mengajakku tertawa. Berdansa di malam hari, ditemani terpaan angin yang mendayu-dayu. Inginku sedikit mengernyitkan dahi karena terus-menerus dibuatnya bingung. Tindakan yang kulakukan selalu saja kupikirkan matang-matang sebelumnya. Tapi, apa daya. Diriku hanya bisa menyalahkan apa yang aku kerjakan, meski itu sudah puluhan kali aku memendamnya baru ku mengungkapkannya. Hanya sebuah sapaan kepada rembulan, sepertinya tengah menjadi seperti pertimbangan yang berat, kutakut akan membuat rembulan sendu. 
Rembulan juga sedikit saja berterimakasih padaku. Aku tahu bahwa dengan mulutku yang membisu, tapi aku setia menunggu. Di depan rumah, ku ambil sebuah kursi menunggunya untuk datang tiap malam. 
Meski sepi, dan banyak cahaya lain yang hendak menerangi. Rembulan selalu memiliki posisi yang baik di sanubari. Ia mungkin tidak pandai memikat, tapi entah mengapa ia memiliki kekuatan untuk membuat irama tubuhku mengalir kencang. 
Tapi, rembulan. Sepertinya engkau tidak menginginkan apa yang aku inginkan. Engkau mengerti bahwa ada alasan mengapa aku selalu menunggumu. 
Hanya rindu yang bisa kumiliki. Karena dengan itu, aku mengharapkan sosokmu untuk datang di malam-malam penantianku. Menanti dirimu. 
Sebuah pesan yang aku tahu, rembulan bukan makhluk sempurna. Ia pasti terkadang tidak mengerti bagaimana dirinya bisa mengendalikan dirinya sendiri. 
Mungkin saja ia malu, untuk menemaniku. Karena ia takut hatinya gusar saat nanti terpisah denganku setelah sepanjang malam bercengkerama denganku. Ada hati di sana yang ia pertaruhkan untuk itu. Hatinya, dan hatiku. 
Tapi, bisa jadi rembulan tidak memihakku. Karena di luar sana banyak manusia lain sepertiku yang selalu mengharapkan kehadirannya di malam hari. Ingin segera merasakan indahnya bintang ditemani oleh rembulan. 
Rembulan, jika hal pertama yang engkau pikirkan. Maka, tidak usah lagi engkau gusar memikirkan hal itu. Aku ialah seorang yang mampu bertahan saat dirimu tidak ada. Aku mungkin akan bercengkerama dengan makhluk lain, untuk sekedar berbagi kerinduan atau bekerja bersamanya, menorehkan manfaat yang banyak bagi mereka.
Rembulan, jika yang terjadi adalah hal yang kedua. Maka, sepertinya aku akan sedikit terluka, tetapi tenang saja. Senyummu yang selalu kunanti akan setia menemani hari-hariku nanti. Rindu itu yang akan menjadi penawar bahwa aku sebenarnya tidak akan sanggup jika jauh darimu. 
 
Reading Time:

Senin, Juli 02, 2018

Tentang Kue Lebaran
Juli 02, 20180 Comments
Membawa kue lebaran, ternyata dapat menyenangkan hati ibu. 

Beberapa tahun lalu, pada hari itu, merupakan hari saat aku harus kembali lagi ke tempat perantauan untuk melanjutkan menimba ilmu. Saat itu, merupakan suasana mudik lebaran. Banyak kue lebaran yang ada di rumah. Alhamdulillah. Selain kue, ada juga makanan tradisional yang dibuat sendiri oleh ibu atau oleh nenek.
Pernah suatu kali aku menolak untuk membawa bekal kue lebaran yang diberikan oleh ibuku. Alasannya mungkin bisa diterima, karena keberatan membawanya. Alhasil, hanya beberapa saja yang aku bawa. Sisanya yang sudah dipersiapkan oleh ibuku tidak kubawa. Setelah sampai ke tempat perantauan, barulah aku menyadari bahwa rasa rindu itu datang seketika. Langsung saja aku teringat dengan kue-kue lebaran yang aku tinggalkan, tidak jadi aku bawa. Kuingat juga sedikit raut kesedihan yang menghiasi wajah ibuku di waktu itu. 
Sederhana memang, hanya sebuah kue lebaran. Namun, hal sederhana inilah yang selanjutnya mengajariku bahwa, kebahagiaan untuk orang tua bisa dimulai dari menghargai apa yang telah mereka persiapkan. Sejak saat itu, aku mulai memperbaiki. Saat beberapa kali pulang untuk mudik ke kampung, hanya sedikit barang saja yang aku bawa ke rumah. Sisanya untuk mengisi penuh koper atau tas dengan kue lebaran yang disisakan oleh ibuku. 
Akhirnya sejak saat itu, aku selalu membawa kue lebaran dari rumah untuk dibawa ke tempat perantauan. Walaupun berat, saat harus naik kereta dan pindah lagi ke KRL, namun ritual rutin tersebut membuatku bahagia. Ternyata dari kue lebaran tersebut aku belajar bahwa setiap saat, walaupun saat kita lupa dengan keluarga yang ada di rumah, mereka orang tua kita atau keluarga kita selalu memikirkan kita. Menghkawatirkan kita, khawatir jikalau di sana kita tiba-tiba merasa kelaparan tetapi tidak ada uang untuk membeli makan. 
Lebaran ini aku pun juga kaget, tiba-tiba aku melihat ibu membawakanku sambal kacang. Padahal aku tidak pernah melihat beliau membuatnya. Sama halnya dengan nenek, tiba-tiba aku melihatnya membawakanku keripik pisang hasil olahannya sendiri. Pisangnya pun hasil panen dari sawah, dipetik oleh bapak. Begitu mengharukan. Seakan Allah menunjukkan kita walaupun di tanah rantau yang penuh dengan perjuangan, namun ada juga rasa senang dengan nikmat lain. Nikmat mendapatkan teman-teman baru, mendapatkan pengalaman baru, mendapatkan hal-hal yang tidak didapat saat tidak melakukan perantauan.

Jadi, bukankah kue lebaran bukan sekedar membuat kita lebar-an?

Reading Time:

Selasa, Mei 01, 2018

Rasa
Mei 01, 20180 Comments
Hal yang lucu adalah ketika pernah menuliskan sesuatu tentang someone who i adore.. baik itu di buku atau dimanapun, maka beberapa minggu kemudian aku akan merasa malu untuk membukanya.

Rasa itu ada karena sebuah aksi dari pikiran. Rasa ada karena pikiran kita menunjukkan suatu hal yang membuatnya semakin mencuat keluar. Tapi sekali lagi, rasa bisa diredam dengan pikiran itu sendiri.

Seperti hati yang memilih untuk membiarkan perasaan itu ada, hanya sekedar lewat atau membiarkannya berlalu. Atau bahkan memilih rasa itu ada tapi seolah- olah tidak ada dengan cara menyembunyikannya?

Ku pernah merasakan bahwa membiarkan rasa ada dan hanya berpaling. Rasa itu juga pernah ada dan ku masih sering mempertanyakan kehadirannya secara tiba- tiba. Ku juga pernah membuat rasa itu ada dan singgah, namun saat kubiarkan orang lain tahu tentang perasaan itu, jantungku berdesir keras.

Banyak hal yg selanjutnya aku pikirkan jika rasa itu hanya bersifat sementara dan orang lain belum sempat tahu bahwa rasa itu berpaling pada orang lain. Namun, ada hal lain ketika ku memberitakan rasa itu pada teman, yaitu bahwa ternyata tidak selamanya pikiran kita benar tentang apa yang dirasakan. Pengalaman mereka lah yang menjadikan kita tahu sebenarnya rasa yang kita rasa saat itu apa. Bahkan, kesedihan yang ditimbulkan dari rasa itu sedikit terobati dengan pendapat- pendapat mereka.

Dan, belum berakhir mengenai rasa itu. Karena menurutku hal tersebut sangatlah misterius. Meskipun ku sudah menemukan bukti bahwa rasa juga memiliki alur yang dapat terbaca. Bahwa ada rule dari sananya tentang rasa bagi seorang teman, seorang yang baru saja datang, seorang dari masa lalu, seorang keluarga dan berbeda antara perasaan wanita dan laki- laki.
Aku tahu bahwa ku sebenarnya tidak semudah itu dapat membuang dan mengambil perasan itu sekejap. Kadang rasa yang telah dipendam dalam-dalam ternyata dapat kembali muncul di depan, tidak sempat mengetuk pintu. Hanya kesedihan yang ada, namun tak jarang juga ada tapi tak dianggap ada karena rasa tersebut belum mencapai ambang normal.

Ku adalah orang yang mudah berpura- pura tentang perasaan. Internal ku masih memiliki proporsi yang lebih tinggi dibandingkan dengan external ku.
Bahkan, di depan seseorang yg ku taruh rasa yang lebih dari yang lain. Ku sangat pandai memainkannya. Membiarkan hanya diri ini yang tahu bahwa  keinginan untuk selalu bersamanya hanya sampai di tenggorokan. Tidak bisa dilepaskan di ujung bibir. Bahkan, aku lebih memilih untuk merelakan jika saat orang lain lebih membutuhkan, maka aku memilih orang itu pergi untuk orang lain yang sedang membutuhkannya.

Aku tahu rasa ini tidak penting, tapi rasa itu berbahaya. "Jangan main- main dengan rasa", itu kata seorang guru.

Entah sampai kapan aku mampu menyembunyikan segala yang kurasa. Atau hanya aku saja yang tahu bahwa kusudah menyembunyikannya dengan benar? Memendamnya dengan benar? Atau alam bawah sadar membantuku mengungkapkannya? Sehingga raut wajah dan mataku seakan membantuku menyuarakannya?
Reading Time:
Balance
Mei 01, 20180 Comments
Pernahkah kamu merasa lemah jika berdiri sendiri? Atau malah merasa bangga karena bisa melakukan segala sesuatu sendiri?

Balance

Seperti itulah seharusnya hidup yg harus dijalani. Jin aja buat candi semalam jadi dengan kerja sama kok?

Wkwkwk bukan itu maksudnya. Intinya, ya bisa kita tengok mana yang bisa kita jalani sendiri dan seminimal mungkin minta bantuan teman sekitar jika ada sesuatu yang diperlukan. namun selalu tanamkan ke diri untuk sebisanya membantu teman :D

~ see more at my old blog wkwk

Akhirnya nulis lagi di tahun ini wak 
Reading Time:

Sabtu, Desember 16, 2017

Makna Sebenarnya
Desember 16, 20170 Comments
Apakah aku menyalahkan makna cinta
yg merindu tapi tak tahu mau berkata apa
apakah aku ingin cinta saat ia tak ada aku menanti
saat ia ada aku tak akui

Apakah rasa dibenakku ini dapat dipanggil cinta
jika aku mengharap ada tapi tidak pernah kuungkapkan

Apakah aku mengharap cinta jika saat rayuan datang aku menghadang

Apakah aku butuh cinta
jika rasa rindu pahit dan sedih sangat kunikmati
atas nama cinta
Reading Time:

@way2themes