heartkokok

Senin, Oktober 25, 2021

Berfilosofi
Oktober 25, 20210 Comments
Mengumbar manisnya janji palsu, merangkai berbagai kata, yang indah tiada tara.. 
Janji.. janji.. janji lagi. Mungkin kamu menjadi salah satu orang yang sering termakan janji palsu? Atau obralan janji manis wakil rakyat? 

Duh.. duh duh.. bikin diabetes saja deh!  Hi..hi..hi


Permainan kata saat berfilosofi dengan diri sendiri, mungkin bisa lebih manis dari itu. Ya, kan ada benarnya, minimal untuk kedamaian pikiran kita saat itu, meski terkadang banyak salahnya sih. 

Berfilosofi mungkin sebagian besar dianggap sebagai rangkaian kata berkepanjangan yang tiada habisnya. Ruwet, mbulet, seperti benang kusut. 

Awalnya aku belum menyadari, kata-kata yang tiba-tiba saja muncul dalam benak, terus mengalir bagaikan air. Tak terhenti hingga pada suatu titik yang memuaskan hati. 

Benar adanya bahwa, kata-kata manis tak ubahnya wacana, jika tidak diwujudkan. 






Bagi orang yang notabennya gemar berpikir, hal tersebut sangatlah wajar. Mengumbar kata-kata lewat tulisan, yang mungkin tidak dimengerti oleh sebagian orang. Bahkan hanya dimengerti oleh diri sendiri. 

Namun, pikiran yang semrawut perlu dibantu untuk dirapikan. Baik dan buruknya tergantung olahan kata yang dipergunakan. Membaca menjadi suatu alat untuk mengasah kepiawaian penggunakan diksi yang tepat. Lebih lanjut, beragam kisah dan makna yang tersurat dan tersirat menjadi bahan bakar untuk perdebatan dengan kata-kata yang terpendam itu. Berharap, makin hari menjadi makin bijak. 

Mencari kesimpulan saat berfilosofi rupanya sulit. Semakin digali, semakin dalam. 

Perlu adanya tanda henti untuk memaksa pikiran itu tidak bertambah liar, meski sebelumnya perlu ditambahi tanda koma. Seperti adanya pengingat, bahwa di dunia ini ada sebuah misteri yang dimiliki dan diatur oleh Sang Maha Pengatur. 

Bagiku, mengisi kertas putih dengan tinta hitam tetaplah penting. Sebagai pelepas penat, sebagai pelipur lara, sebagai media penyalur kata-kata yang tidak terbendung. 

Semoga menjadi bijak bestari.. bukan malah menyombongkan diri. 



Reading Time:

Sabtu, Oktober 09, 2021

Apakah Gapapa Menjadi Biasa Saja?
Oktober 09, 20210 Comments

Menjadi bermanfaat tanpa harus menjadi terkenal, bisa gak sih?


Mungkin ada banyak orang yang tertarik untuk menjalani kehidupan penuh dengan pengikut atau follower di media sosial. Karena dirasa orang yang memiliki banyak pengikut dapat dengan mudah menjadi orang yang berpengaruh. Menjadi orang yang dikenal sebagai influencer. Sehingga mudah sekali untuk dikenal oleh banyak orang, diikuti gaya hidupnya, gaya berpaikannya, gaya perawatan tubuhnya, dan banyak hal lain yang mungkin lebih privat, seperti pula gayanya dalam beragama, err meski sih dalam beragama tidak nampak ya dari luar. 


Namun, aku pikir tidak perlu ya semua orang menjadi seperti itu. Nanti, kalau semua orang terkenal siapa dong yang nonton hehe. 

Menjadi generasi yang melewati masa perkembangan zaman, yang merasakan perkembangan teknologi begitu cepat, yaa memang harus diakui sih kalau media sosial memberi pengaruh yang signifikan bagi kehidupan. Kita pun dapat memanfaatkan media sosial sebagai hal yang bermanfaat bagi hobi, usaha, ataupun pendidikan. 

Dan menjadi manusia, seringkali dihampiri pikiran untuk menjadi manusia yang bermanfaat. Ya kan begitu?




Dan disadari pula, ada beberapa celah yang masih bisa digunakan oleh siapa saja yang masih ingin menjadi bermanfaat tanpa harus menjadi terkenal. 


Teruslah berbuat baik, karena siapa tahu kebaikan itu bisa menjadi salah satu cahaya di kehidupan kita. 


Selalu saja ada jalan untuk memberikan kontribusi bagi masyarakat. Bantuan tersebut bisa kita sesuaikan dengan kemampuan. Karena bantuan sekecil apapun itu, aku yakin akan berarti jika melakukannya dengan tulus. 


Banyak artis terkenal yang juga melakukan kegiatan amal secara tertutup, dalam artian tidak diumbar-umbar. Meski publik tidak tahu, dan mereka tidak ingin juga, tetap melakukan kebaikan. Wah, jadi bisa juga ya bantuan kecil itu bisa tetap kita lakukan. 


Banyak juga para aktivis lingkungan, para pengajar, memberikan dedikasinya yang tinggi terhadap apa yang dilakukannya. Meski telah berkali-kali dilupakan, telah berkali-kali ditendang, tetap tidak patah semangat. 


Meski saat ini, wahai diri, bahkan saat tidak memiliki apapun, tetap berbuat kebaikan. Lihatlah sekitar, tidak usah terlalu jauh. Mungkin tenaga kita diperlukan untuk membantu mengajari beberapa anak tetangga dalam pelajaran, mungkin butuh bantuanmu dalam meminjamkan buku, mungkin perlu didengarkan. 

Kebaikan itu ada dimana-mana. Banyak orang baik, tapi dunia perlu lebih banyak lagi orang baik. 


Reading Time:

Senin, Oktober 04, 2021

Lo Sirik Gue Tambah Baik
Oktober 04, 20210 Comments

Kebaikan itu seperti pesawat terbang. Jendela-jendela bergetar, layar teve bergoyang, telepon genggam terinduksi saat pesawat itu lewat. Kebaikan merambat tanpa mengenal batas. Bagai garpu tala yang beresonansi, kebaikan menyebar dengan cepat. Tere Liye (Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin)


Sebetulnya, pernyataan yang aku buat judul "Lo Sirik Gue Tambah Baik" kutemukan dari tulisan Truk yang lewat beberapa waktu lalu. Lagi-lagi, truk memang sering sih jadi inspirasiku dalam hidup. Hahaha.. bahkan memang tulisan yang ada di badan atau ekor truk seringkali viral di sosial media.

Lantas, kenapa ya langsung membuat aku berpikir.? Bisa jadi karena pernyataan tersebut hampir mirip dengan buku yang sedang aku baca kala itu, dan aku sudah menyelesaikannya tentu. Judulnya "Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin" karya Tere Liye. 

Sudah lama aku menjadi penikmat buku-buku karya Tere Liye. Selain bahasanya yang mudah dipahami namun tetap sopan, dan memegang kaidah bahasa tentunya, ceritanya unik dan selalu membuat ketagihan. 

Kalau sedang mencari novel berjenis romansa, buku ini sepertinya cocok deh. Alurnya yang maju-mundur terkesan rapi dan mudah dipahami. Saat membaca pun kita ikut merasakan emosi yang dimiliki oleh Tania, tokoh utama. Tentang perasaannya kepada malaikatnya, Kak Danar, tentang paradoks yang dialaminya, tentang persahabatannya, dan semua hal yang penulis suguhkan, serasa menjadi bagian dalam diri. 

Hinga pada akhir cerita, perasaanku ikut sedih, ikut menangisi kejadian yang membuat Tania memiliki puncak rasanya, bahkan ketika tidak digambarkan bahwa Kak Danar mengungkapkan perasaannya secara tersurat, aku tahu benar perasaan keduanya dari awal.

Beragam jenis kejadian yang dialami para tokoh menggerus emosi. Rasa cinta yang berharga, bahkan ketika kita tidak memintanya, tiba-tiba ada. Namun, ketika semua itu tidak seperti yang diimpikan, ditinggal pergi oleh orang terkasih, tidak dapat memiliki apa yang dicintai. 

Tapi, seperti judulnya, bahwa seperti daun itu ketika jatuh, tak ada yang perlu disesali. Tak ada yang perlu ditakuti. Biarkan dia jatuh sebagaimana mestinya. Biarkan angin merengkuhnya, membawanya pergi entah ke mana. (Hal 197)

Bahwa hidup harus menerima.. Bahwa hidup harus mengerti.. Bahwa hidup harus memahami.. Tak peduli lewat apa, penerimaan, pengertian, dan pemahaman itu datang. Tak masalah meski lewat kejadian yang sedih dan menyakitkan. 

Bahwa, kadang kejahatan tidak lebih baik dibalas dengan kejahatan lagi. 














 

Reading Time:

Selasa, September 28, 2021

Romansa Fiksi Sejarah
September 28, 20210 Comments

Beberapa tahun belakangan ini aku terus-menerus mendapatkan asupan romansa fiksi sejarah. Sesaat setelah selesai membaca suatu buku, tak lama kemudian tiba-tiba muncul rekomendasi novel yang serupa. Ada yang sengaja kucari ada yang tidak.


Yaps, ketertarikan diriku akan dunia sejarah bukan tanpa alasan. Aku beruntung, semasa sma mendapatkan guru sejarah yang memang ahli di bidangnya. Metode mengajarnya pun bukan hanya dari buku paket. Lebih dari itu, beliau banyak sekali mengajar yang selama ini tidak aku temukan di buku paket yang biasa kita dapatkan di perpus sekolah. 

Walhasil, em meski tetap mengantuk sih hehe, tapi aku menemukan sebuah makna mendalam, bahwa kejadian yang sebenarnya menimpa Indonesia dulu, tidak sesedarhana yang selama ini diperlihatkan. Bukan hanya hitam ataupun putih, tentang perkara baik maupun jahat. Buktinya, banyak pahlawan, peristiwa, dan perjuangan yang tidak tercatatkan dalam sejarah tapi sebenarnya ada. Dan yang paling disayangkan adalah, seseorang menjadi tidak baik karena perspektif yang disajikan tidak satupun menengok mereka.




Padahal sejarah bukanlah aib yang harus ditutupi, karena aku percaya kebenaran akan terungkap dengan sendirinya. Baru-baru ini bermunculan pula novel, meskipun fiksi tapi menyinggung kejadian sejarah yang sebenarnya. Sebuah cerita yang menyingkap tabir. Seperti yang para penulis kemas dengan indah, dengan berbalut romansa. Dan yang semakin membuat kita bangga adalah, banyak generasi bangsa yang mengangkatnya menjadi komik yang ada di kanal Webtoon. Tidak lain tidak bukan adalah menyesuaikan dengan perkembangan zaman.

Berbicara tentang itu, beberapa novel dari penulis yang aku kagumi adalah berikut ini,

1. Bumi Manusia

Aku yakin sekali banyak yang sudah mengenal Pram penulis novel ini. Novel ini pun sudah diangkat menjadi filmnya, hehe tapi aku belum sempat menonton sih. Novel setebal 354 halaman ini cocok dibaca genarasi muda seperti kita (15+). Kita tidak akan dibuat bosan, karena Pak Pram membalut novel ini dengan kisah romansa. Novel ini pun mendapat banyak penghargaan dan telah diterjemahkan dalam berbagai bahasa, jadi kalau yang mau mendapatkan sinopsisnya gampang sekali untuk ditemukan. Ngomong-omong, Pak Pram merupakan mantan tahanan Pulau Buru. Meski begitu, penyiksaan yang didapatnya membuatnya tidak mematahkan kemampuannya dalam menulis, novel ini pun terkenal sebagai Tetralogi Pulau Buru.

 

sumber: goodreads

2. Webtoon A Tempo Doeloe Story

Kyaa.. komik yang ada di webtoon banyaak sekali, baru-baru ini pun komik lokal yang kualitasnya ciamik semakin banyak bermunculan. Salah satunya adalah komik fiksi sejarah yang dibuat oleh A. Pradipta. Berlatar waktu di era transisi, masa sebelum, sesaat dan setelah merdeka ini tentu unik, karena tak banyak yang mengambil kisahnya. Meski fiksi, belajar sejarah di komik ini tentu lebih menarik kan, tidak membuat tertidur. Mengangkat kisah Tirto, Pertiwi, Sam, dan Jan, penulis mampu membuat tempo dulu benar-benar tidak hanya berkisah hitam dan putih saja. Ada banyak warna kehidupan yang menerangi masa itu. Pun komik ini tidak main-main lho, ngga ngasal, karena penulis melakukan riset dahulu. Bisa dikunjungi dari tautan berikut.  

Poster Webtoon A Tempo Doeloe Story

3. Novel Laut Bercerita

Berkisah mengenai peristiwa tahun ’98, novel apik karya Leila S. Chudori ini begitu dalam. Memikat siapa saja yang membacanya. Kita diajak mengunjungi relung waktu yang terjadi pada masa itu. Banyak kisah yang diambil dari para saksi, para keluarga korban, dan benar sekali, menggambarkan fiksi dalam balutan sejarah disertai romansanya. Lebih dari itu, kisah yang ada menceritakan kepada kita bahwa negara ini pernah dikuasai oleh rezim yang kejam. Novel ini begitu tragis tapi begitu menginspirasi. Tidak hanya novel ini, aku pun cukup jatuh cinta dengan tulisan-tulisan beliau yang lain. Seperti Novel Pulang dan 9 dari Nadira. 

Sumber: goodreads


Tidak hanya ketiga karya yang aku kagumi tersebut. Tetapi banyak lagi karya yang sudah memperkenalkan aku ke dunia yang tidak dapat aku lihat. Para penulis membawa aku melihat dunia sejarah, yang tidak dikisahkan. Penulis membawa karakter-karakter yang menorehkan beberapa makna kehidupan, tentang bertahan, perjuangan, romansa, pengkhianatan, dan rasa cinta tanah air. Benar adanya, selimut tebal yang digunakan untuk menutupi kejahatan dan kebengisan kemanusiaan, lama kelamaan akan tersibak dengan sendirinya. Pun banyak hal yang diajarkan kepada kita, telah hilang esensinya, karena sejarah bukanlah hanya sebuah kisah hitam dan putih, sejarah manusia di bumi ini seperti pelangi, berwarna-warni dan penuh makna.


Coba yuk, mulai sedikit mencintai budaya dan sejarah bangsa kita. Bisa juga coba tengok novel Amba oleh Laksmi Pamuntjak atau Gadis Kretek oleh Ratih Kumala, cerpen-cerpen Putu Wijaya, Novel atau cerpen Okki Maddasari, daaan masiih banyak lagi. 

 

Reading Time:

Senin, September 20, 2021

Membaca Menjadi Sebuah Kebutuhan
September 20, 20210 Comments
Siapa bilang membaca buku dilakukan sebatas sebagai sebuah hobi?


Pernah waktu itu aku berpikir jika membaca buku, novel, bahkan sekarang komik elektronik, bukan merupakan sebuah hobi.

Ha..ha..ha.. Aku sempat berpikiran seperti itu karena, ya semua orang bukannya bisa dengan mudah melakukannya? Bukankah membaca menjadi kebutuhan semua orang?



Ternyata, tidak mudah lho memiliki komitmen kuat untuk membaca secara rutin. Banyak yang masih beranggapan bahwa menghabiskan waktu dengan membaca adalah suatu hal yang membosankan. Bahkan nih ya, sampai di beberapa kolom komentar orang dapat dengan mudah melontarkan pertanyaan atau kritikan yang nggak nyambung, ya karena tidak membaca dulu tulisannya. Hihi.


Saat itu tanggal 9 September, kebetulan sebuah akun sosial media yang aku ikuti meminta untuk melihat buku yang sedang dibaca pada baris ke 9 halaman 19. Aku menemukan kata, Not much that she wanted to remember dari buku Looking for Alaska karya John Green.

Satu bulan penuh selama Agustus hingga awal September, aku memiliki kesempatan cukup kesempatan untuk membaca lebih banyak dari yang biasanya. Membaca apapun itu, di luar konteks yang tidak berhubungan langsung dengan dunia pekerjaan. Misalnya saja novel, komik webtoon, puisi, atau buku penyejuk jiwa.


Sebenarnya tidak susah untuk menjadikan membaca sebagai hobi. Menurutku, bacaan apapun itu (dalam konteks positif) baik. Ada yang suka novel berjenis teenlit, thriller, romans, sejarah, aksi dan berbagai jenis lainnya. Tidak apa-apa kok walau sudah dewasa masih suka bacaan petualangan anak kecil ataupun masih suka teenlit. Hehe. Asalkan tidak berhenti untuk membaca, ya kan?


Kalau sudah suka baca, bisa juga ditambah dengan mengikuti akun sosial media yang berhubungan dengan itu. Banyak akun toko buku dan akun selebgram juga lho yang turut mempromosikan kegemaran membaca sekaligus memberikan rekomendasi bacaan. Hitung-hitung sebagai ajang motivasi atau tambah teman.






Membaca membuat aku memiliki banyak sekali teman. Meski teman tersebut mungkin hanya ada dalam dunia fiksi. Aku mengenal karakter mereka. Sedikit demi sedikit memahami tindakan mereka. Berkeliling di berbagai belahan tempat.


Membaca membuatku lebih dapat memahami berbagai karakter. Memahami alasan orang-orang melakukan berbagai tindakan, walaupun tetap tidak membenarkan pelaku kejahatan. Memahami karakter berbudaya.


Bahkan, membaca membuatku paham bahwa tidak selamanya yang aku anggap benar adalah benar. karena kalau kata Minke di Novel Bumi Manusia, "Kan baik belum tentu benar juga belum tentu tepat. Malah bisa salah pada waktu dan tempat yang tidak cocok".

"Benarmu bisa jadi hanyalah suara egomu", tambah Gus Mus dari suatu bacaan yang aku baca.


Membaca pun menghiburku dengan berbagai kata indah, "Mendidik diri untuk menjaga jarak dengan orang lain, dan juga untuk menjaga jarak dengan kata-kata yang sewaktu-waktu bisa berkhianat." - Novel Amba, Laksmi Pamuntjak

Membaca juga mengantarkanku pada dunia yang lebih besar dari saat ini, yakni dunia penuh imaji. Menghadirkan kepada diri,, bahwa keajaiban demi keajaiban yang terjadi penuh dengan misteri. Meski ya, kita tahu bahwa imajinasi yang berlebihan, seperti adanya 'magic' atau sulap, tidak bisa kita dapati di dunia kenyataan. Tapi bukankah menakjubkan, jika kita sempat merasakannya meski dalam bacaan. Dan ternyata di kehidupan nyata, menakjubkan kalau kita harus menungkap sebuah misteri, bukan?





Reading Time:

Rabu, September 15, 2021

Berhenti Sejenak
September 15, 20210 Comments

Kadangkala, istirahat dari kebisingan dapat membuat kita menikmati keindahan dari keheningan 

Saat semangat sedang membara, seringkali diri abai terhadap apa yang seharusnya diperhatikan. Benarkah begitu? 


Aku tidak tahu bagaimana respon tiap individu saat sedang ada di titik yang membuat kita menjadi terpaksa untuk berhenti sejenak. Menurutku saat-saat tersebut sedikit membuat kaget. Yang bisa saja membuat diri lebih takut untuk memulai kembali. 

Menjadi sibuk kadangkala membuat diri terkekang oleh aktivitas yang melelahkan bagi tubuh dan pikiran. Mungkin tubuh masih kuat tapi otak sudah lelah, pun sebaliknya saat otak masih dapat digunakan berpikir dengan baik tapi tubuh sudah tidak kuat. Berbagai keadaan bisa saja terjadi. 


Aktivitas sehari-hari dipenuhi dengan telepon genggam atau hape yang dari bangun tidur hingga tidur kembali. Memang tidak dapat disangkal, bahwa semua tugas, jadwal, pesan, hingga hiburan bisa diakses menggunakan teknologi ini. Haha... Pernah juga, kan ngerasa aneh kalau tidak megang 'jimat',yang dimiliki tiap orang ini? 


Saat berhenti sejenak, aku melepaskan diri dari media sosial, yang menurutku menghabiskan lebih dari 50% waktuku megang hape. Meski bukan sepenuhnya aku gunakan interaksi dengan orang lain, tapi informasi yang aku perlukan, bahkan rekomendasi buku yang hendak aku baca aku dapatkan dari sana. 

Saat membiarkannya sebentar saja, ehm.. mungkin selama lebih dari satu bulan ini aku berjalan dengan sangat pelan. Memang sih, tidak melepaskan sosial media secara total, tapi aku merasakan adanya perbedaan.


Aku memahami makna yang jauh berbeda dibandingkan
 jika aku terus memegang hape tanpa henti.

 

Sebenarnya awalnya aku sedikit uring-uringan. Pertama karena merasa apa yang aku rancang tidak berjalan seperti yang aku harapkan. Aku pun merasa sedikit tertekan tatkala keadaan sekitar tidak mendukung. Bahkan merasa bimbang saat tidak tahu langkah yang harus dikerjakan. 



Namun, nggak apa-apa kok jika saat ini masih belum dapat melakukan
seperti yang orang lain sudah lakukan.

Aku belajar mencintai keheningan. Hehe bukan keheningan karena pertapaan seperti yang dibayangkan. Cukup dengan keluar dari hiruk pikuk kota besar yang penuh akan hingar bingar. Dan mungkin tak sedikit yang juga merasakannya saat pandemi berlangsung, kan? Ya, kira-kira seperti itulah. 


Karena aku hidup di sebuah perkampungan yang terletak di Ungaran, maka ceritaku akan bersinggungan dengan suasana di sini. 



Hidup di sebuah desa yang tidak terlalu dingin, tapi kalau malam lumayan berhawa dingin, kalau siang lumayan panas. Kalau hujan bisa berubah jadi sangat dingin. Ditemani pemandangan gunung yang dapat dilihat dari depan rumah. Serta ayam kampung yang dilepasliarkan. Kokok ayam jantan saat fajar menjelma. Dikelilingi dengan sawah dan kebun yang sekarang sudah banyak digantikan perumahan. Suara serangga, anak-anak bermain, orang-orang yang bersenda gurau hingga berteriak dari bertengkar pun dapat terdengar dengan jelas. 


Aku merasa dapat menyerap energi-energi positif dan mengeluarkan energi negatif yang menyelimuti tubuh. Meski kadang bergejolak dengan marah, sedih, tertawa, tapi aku merasa ada sesuatu yang terpendam jauh di dalam sana dapat keluar. Aku pun menjadi lebih lega. 


Aku pun semoga tersadar, bahwa tidak mengapa jika butuh waktu untuk berhenti sejenak, untuk mengistirahatkan diri, lantas memulai kembali meneruskan langkah yang sempat terhenti dengan membawa semangat yang baru. 













Reading Time:

Rabu, September 01, 2021

Cerita Ayam (bukan) Heartkokok
September 01, 20210 Comments

Ayam kecil itu seperti kucing, masuk dan keluar rumah dengan sesuka hati


Saat pertama kali pandemi aku memutuskan untuk memelihara ayam buras (alias ayam kampung). Hitung-hitung untuk menambah kegiatan, bukan untukku tapi untuk adekku .  He..he .. 


Ayam tersebut dibeli di pasar hewan Pon, Ambara. Sekitar 12 ekor kalau tidak salah. Karena posisiku masih kuliah di Bogor, aku tidak terlalu banyak melihat perkembangannya (cielah kaya anak aja). Dan kalau ga salah di hari Lebaran, ehm ayam tersebut sudah cukup dewasa untuk dikurbankan (huhu agak sedih sih). 

Sekarang ayamku tinggal Satu Pasang Pasutri (duh tapi ga kunjung mengerami juga wkwk). Satu ekor betina yg namanya Saiko (ya memang seperti yang kamu pikirkan dia memang phsycho alias tingkahnya rada-rada dari kecil). Dan yang terakhir tambahan si Minul kecil. 

Minul ini unyu sekali. Dia adalah ayam broiler. Tahu kan ayam broiler yg pada mulanya dibeli karena diwarnai dengan berbagai warna oleh penjualnya. Yang sebenarnya merupakan ayam DOC (day old chick) afkir. Bisa jadi karena diprediksi perkembangannya buruk, tidak sesuai standar, atau karena stok DOC yg berlebihan atau mungkin alasan lainnya. 

Pada perkembangannya Minul tumbuh menjadi ayam kecil yang warna bulunya kembali seperti semula. Putih, bersih, tak sembarang bersih. Jadikan yang putih tetap putih. (Loh kok kaya narasi iklan sih hehe). 

Meski aku dokhe, emang ga jamin juga sih, kelakuan ayamku aneh-aneh. Malah karena dokhe jadi aneh kali ya? Haha.. 

Ayam Pasutri tidak kunjung bertelur dan mengeram sehingga berkembang biak. Meski setiap hari mereka ditempatkan di kandang yang sama. 

Si Saiko juga sangat aneh kelakuannya. Dari kecil dia ini berbeda dari saudara-saudaranya. Dia kelakuannya aneh. Dan tentu tidak bisa disatukan dengan saudara-saudaranya yang lain. Berdasarkan Ilmu Perilaku Hewan yang aku pelajari, si Saiko ini memang memiliki kelainan dari kecil. Suka mematuk-matuk. Hal tersebut bisa karena trauma, kekurangan nutrisi, atau memang takdir aja kali ya hehe.. (Wkwk ngasal nih). Tapi hebatnya sejak Saiko dewasa, dia hampir bertelur setiap hari. Tau lah ya kalau telur ayam Kampung yang kecil itu sangaaatlah nikmat. Jadi kadang rebutan hihihi.. 

Dan yang terakhir si Minul yang kalau bisa dibilang mirip kucing. Dia mungkin usianya sudah hampir dua bulan. Tapi badannya masih segitu-segitu saja. Padahal nih ya, kalau seusianya dia sebagai ayam broiler sejati sudah dari kapan taun tersaji di piring kalian masing-masing. Hihi.. 

Minul yang jalannya tinal-tinul, suka sekali ngikutin orang yang berjalan di depannya. Bahkan nih ya, walaupun kebiasaan orang di desa itu melepas liarkan ayam-ayamnya, gak bakal dibiarkan masuk ke dalam rumah, sekalipun rumah pemiliknya. Tapi beda sama Minul, aku suka ga tega kalau mau ngusir dia. Bahkan aku biarkan sesaat dia mondar-mandir di rumah. Pengen kudusel-dusel juga, tapi Minul ayam jadi teriak-teriak malah wkwkw. 



Bukan Minul


Akan tetapi, sekeluarga ga akan biarkan Minul lama-lama di dalam rumah. Jadinya.. syahhhh .. syaaahh.

Bye bye Minul, 










Reading Time:

Selasa, Agustus 24, 2021

Mengubah Perspektif
Agustus 24, 20210 Comments

 The events of life rejoining and culminating into a point of life, 

 Particularly leaving lessons

to be able to withstand in every conditions, 

to see clearly the greater plan, 

to understand that I am both the architect and tenant of my destruction and rebirth


Menjalani sebuah kehidupan dengan percaya bahwa setiap hari adalah sebuah kesempatan baru, sebuah lembaran yang mungkin berbeda dengan hari yang sudah lalu. 

Menjalani sebuah kehidupan berarti menyadari diri bahwa kita merupakan kumpulan berjuta-juta sel yang memiliki nyawa. Memiliki tugas masing-masing. Namun, terkadang memiliki sebuah hal yang sebenarnya bukan untuk diri sendiri. Melainkan ditakdirkan untuk orang lain. Terkadang dibawa ke atas, turun sebentar, atau tiba-tiba ke atas lalu ke bawah lagi. Terkadang sedih, senang, tawa, duka, lara, bahagia. Pada akhirnya kita pulalah yang akan bertanggung jawab terhadap jiwa masing-masing. Kembali seperti saat kita belum memiliki apa-apa.


Saat dilanda kesusahan, kita dituntut untuk tetap bangkit. Memaksa diri untuk tetap tegar, meski itu tidak dapat terjadi secara sekejap. Ada yang bernama harapan. Berharap jika akan ada kehidupan yang lebih baik setelah mencoba lebih baik lagi. Berharap kepada Yang Maha Besar bahwa penghambaannya dapat diterima. 

Seperti sebuah senja yang segera berganti malam. Mengubah  sesuatu yang saat ini kita sendiri belum yakin adalah sebuah usaha yang melelahkan. Kita semua tahu bahwa untuk mencapai kebahagiaan sebenarnya tidaklah sulit. Dulu pun, saat kita kecil sangat bahagia sekali ketika pertama kali akhirnya bisa mengendarai sepeda. Mungkin setelah terjatuh dan luka di badan. Kita pun sangat bahagia tatkala tahu bahwa besok akan diajak pergi bertamasya. Kita pun berharap di hari penerimaan raport saat kita sudah yakin akan mendapatkan nilai yang baik, orang tua kita akan memberikan kado. 





Sebuah perspektif. 


Bukan sedih karena tidak dapat mengejar impian. Tapi sebaliknya, mungkin lebih baik redaksi pikiran yang berkecamuk diganti dengan betapa senangnya masih diberi kesempatan untuk berkumpul keluarga. Akan ada rencana-rencana yang lebih indah, yang telah direncanakan-Nya. 

Bukan sedih ketika tidak dapat memiliki mobil dan rumah mewah. Tapi senang karena dapat makan dengan cukup, tidur tanpa takut ada yang mengusir, bangun tanpa melihat selang bergelantungan, serta masih dapat melihat dan berjalan dengan baik. 



Begitulah kiranya, permainan demi permainan yang perlu kita menangkan. Mendamaikan pikiran diri sendiri.    Tentang bagaimana diri menempatkan suatu keadaan menjadi lebih baik dari yang ada. Menempatkan diri menjadi makhluk yang penuh rasa syukur. Menggeluti pikiran dengan ketenangan dan kedamaian di tengah dunia yang penuh permainan ini. 


Akan ada hari dimana kita benar-benar merasakan jerih payah yang selama ini kita lakukan, dengan melihat senyuman orang-orang yang selama ini telah membersamai kita, dengan orang-orang yang selama ini kita berbagi. 


Reading Time:
Mencintai Bahasa seperti Diri Sendiri
Agustus 24, 20210 Comments


Pernah tidak sih kalian bingung dalam menggunakan di sebagai kata depan dengan di sebagai imbuhan?
Seperti di sini atau disini?

Bulan Agustus masih belum berakhir.. itu artinya masih ada kesempatan buatku ngungkapin hal yang selama ini, eh... kupendam hehe

Aku adalah seseorang yang dilahirkan di Tanah Jawa. Bagiku dan semua keluarga serta tetanggaku, bahasa Jawa telah melekat sedari lahir. Namun demikian tidak membuat kami benar-benar menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari. Secara tidak sadar kami menggunakan dua bahasa sekaligus, yakni Bahasa Jawa dan Bahasa Indonesia. Bahasa Jawa lebih sering kami gunakan sebagai komunikasi sehari-hari, sedangkan Bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar yang digunakan di sekolah-sekolah, kantor, maupun media masa. 

Dan aku secara sadar telah mencintai kedua bahasa tersebut. 


Siapa bilang pandai dalam berbahasa asing tidak keren? Aku sangat setuju kalau bisa dengan baik menggunakan berbagai bahasa adalah suatu kebanggaan tersendiri. Namun, tidak keren menurutku apabila penggunannya tidak disesuaikan dengan baik. 

Dewasa ini banyak kita temukan fenomena 'Nginggris' yang ternyata secara tidak sadar kita pun telah terjerumus ke dalamnya. Meski aku pun tidak mengerti semua padanan Indonesia yang baik sih. Hehe. Jadi fenomena tersebut menurutku terjadi karena kita sendirilah yang membuatnya demikian. Bagaimana tidak, kita sendiri saja sebagai penutur aslinya tidak mulai menerapkan menggunakan padanan kata dengan baik dan benar. Kita lebih paham makna download, online, offline, dan sebaliknya lebih asing dengan istilah mengunduh, daring, luring, dan sebagainya. 

Karena aku sudah terlanjur bilang, aku cinta Bahasa Indonesia, mau tidak mau aku harus terus menggunakan bahasa tersebut dengan baik dan benar. He.. he.. kalau tidak kita sendiri, siapa lagi kan?

Ngomong-ngomong, masih bisa santai kok nggunain Bahasa Indonesianya, ngga membuat Bahasa Indonesia menjadi terlalu kaku. Ya kan?!

Selain itu, aku pun juga mencintai Bahasa Jawa, eh meski aku tidak pandai menempatkan diri dalam menggunakan bahasa Jawa ngoko, kromo inggil, kromo alus hehe. Tapi yang pasti, aku bangga dengan Jawa dan budayanya. Karena banyak sekali bahasa Jawa walaupun ngoko, aku masih kurang paham. Dimaklumi kan ya, karena aku lama berada di Tanah Sunda (Tapi ngga pandai bahasa Sunda huhu). Jadi, aku yakin dan tetap bangga kalau suatu saat nanti mengajarkan anak cucuku menggunakan bahasa Jawa. Tidak apa-apa sedikit terlambat dalam penggunaan bahasa asing, karena sebenarnya penanaman jati diri seseorang dimulai sejak dini, bukan? hehe
Reading Time:

Sabtu, Juli 03, 2021

Ini Passion atau Demen? Ngobrol bareng Osa ngomongin tentang Passion
Juli 03, 20210 Comments
"Osa, lagi di hutan atau tidak?"


Ada yang kangen obrolan kita bareng 'sosok' anak kedokteran hewan yang menginspirasi? 
Kali ini obrolan kita bakal seru banget nih, karena kita akan ngobrol bareng orang yang dulunya bercita-cita jadi polisi eh tapi kok sudah lulus jadi dokter hewan.

Auzan Zihni Sukaton yang akrab dipanggil Osa merupakan dokter hewan yang baru saja menetas. Seorang yang lahir pada 11 Juni 1997 ini dikenal sebagai orang yang jarang banget ada di daratan alias sering banget di hutan.

Lho kok gitu, sih? Apakah Osa tinggal di sana?

Ngomongin soal itu, penasaran ga sih kalian kenapa Osa sampai dikenal di kalangan teman-teman sejawat menjadi penghuni hutan? 

"Osa, lagi di hutan atau tidak?" Wawancara pun dimulai dengan menanyakan keberadaan Osa. Syukurlah wawancara dilakukan pada waktu yang tepat, ia sedang tidak ada di hutan hehe. Tapi wawancara harus segera dilakukan, karena tidak lama lagi, ia akan kembali melakukan aktivitasnya di hutan. wkwk. 

Los geht's!

Milenial yang berasal dari Malang ini mulai tertarik akan dunia petualangan sejak SMP. Ia mulai serius dengan kegiatannya setelah masuk kuliah di FKH IPB. Keseriusannya dibuktikan dengan mengikuti kegiatan mahasiswa bernama 'UKF' Uni Konservasi Fauna IPB. 




Kok, awalnya pengen jadi polisi malah jadi dokter hewan? 

Oiya teman teman, Osa baru banget menjalankan UASDH atau kompre yang menjadi syarat sebelum akhirnya dinyatakan sebagai dokter hewan. Tapi kok bisa ya kuliah di kedokteran hewan IPB, fakultas yang terkenal sulit dan banyak hafalan serta praktikumnya itu? 

"Jadi dulu, aku sempat daftar polisi, udah ikut tes juga, tapi belum berkesempatan masuk. Saat ada seleksi masuk perguruan tinggi aku telat tahu mau masuk apa, karena Poster FKH IPB yang tersebar di sma aku ada gambar hewannya akhirnya aku milih kuliah di fkh deh.. hehe"  Btw, wah jadi penasaran ga sih, dulu poster FKH IPB semenarik apa?  wkwk

Meski awalnya tidak terpikirkan akan berkuliah di kedokteran hewan, ia tidak mau melewatkan tugas atau pekerjaan diskusi kelompok. Dan pada akhirnya dia telah menuntaskan apa yang ia mulai, yakni lulus dengan gelar dokter hewan. 

Alasannya pun begitu menyentuh, teman-teman. Ia yakin bahwa tanggung jawab merupakan hal yang sangat penting. Terlebih lagi, selama ini orang tuanya telah membiayayai kuliah dan merestui apapun kegiatan yang dilakukannya. 

"Prioritas sama tanggung jawab itu beda." "Sebenarnya kita lulus di IPB itu merupakan tanggung jawab terhadap orang tua dan negara, walau mengejar passion itu bisa jadi merupakan prioritas kita." 

Lebih lanjut lagi dia pun menambahkan, "Meski jujur kalau kuliah di FKH itu bukan prioritasku, melainkan mengejar passion dengan aktif mengikuti kegiatan ukf [red], aku tetap harus bertanggung jawab untuk menyelesaikan pendidikanku, dan aku pun udah membuktikannya dengan lulus sebagai dokter hewan." 


"Ada pernyataan seperti ini sa, kejar uang dulu passion nanti, atau 
kejar passion dulu uang nanti mengikuti, kamu lebih setuju yang mana?

"Kalau untuk saat ini sampai kira-kira 4-5 tahun kedepan, aku memilih mengejar passion agar aku bisa mengembangkan potensi diri. Untuk ke depanya aku belum tahu, yang pasti aku juga nanti harus memikirkan masa depanku, terlebih jika sudah memiliki orang yang harus aku kasih nafkahi misalnya, hehe."

Kita tidah usah takut teman-teman. Memilih antara passion dan mengejar pendapatan memang tidak bisa langsung nilai baik buruknya. Karena tiap individu memiliki pertimbangannya masing-masing. Selain itu menurutnya, sebagai anak muda kita perlu menggali potensi kita, terlebih lagi saat menjadi seorang mahasiswa. Seperti yang kita tahu bahwa di kampus terdapat berbagai macam organisasi maupun komunitas yang mendukung perkembangan diri kita masing-masing. Bebaskan diri kita, dengan lebih tahu bagaimana potensi diri serta cara kita bersosialisasi dengan teman maupun masyarakat . Tentunya dengan tetap bertanggung jawab terhadap kewajiban kita ya, teman, harus dengan dibarengi melakukan time management dengan baik.  

Kegiatan Osa di UKF ngapain aja?

Ngomong-ngomong soal kegiatan yang dilakukan oleh Osa di UKF ini sebenarnya beragam, sebagian besar kegiatan yang dilakukan adalah melakukan kegiatan lapang di hutan untuk mencari keragaman, keanekaragaman, kepadatan, dan kelimpahan jenis fauna. Untuk seseorang yang tingkatannya sudah seperti Osa masa bisa lebih mendalam lagi, seperti mempelajari ekologi jenis spesies tertentu, seperti perilaku, pakan, masa berkembang biak dan lain-lain yang lebih spesifik. 

Sebetulnya, kegiatan konservasi yang lengkap meliputi kegiatan perlindungan, pengawetan atau pelestarian, dan pemanfaatan yang tidak berlebihan. Namun, kegiatan yang saat ini ia lakukan belum seluas itu. Kalau teman-teman mau tahu lebih lanjut bisa kepoin lembaga yang memiliki wewenang tersebut ya.. 

Sebelum melakukan pengamatan di lapang, banyak hal yang harus dipersiapkan. Yang pertama adalah tekad atau kemauan yang besar. Kegiatan di lapangan memiliki banyak tantangan. Kondisi cuaca pun tidak menentu.  Tekad atau kemauan yang besar membantu kita untuk terus melakukan kegiatan hingga akhir dengan baik. Yang kedua adalah studi literatur untuk mengetahui kondisi lapangan, seperti perkiraan cuaca, fauna yang sering ditemukan dan lain lain. Saat di lapang kita harus benar-benar memperkiraan jauh ke depan sebagai persiapan untuk kegiatan yang dilakukan selama di lapang, tentunya agar tidak pulang dengan tangan hampa. Melainkan memiliki hasil pengmatan yang kita harapkan. Selanjutnya pengetahuan dasar tentang cara bertahan  juga merupakan hal penting yang harus dimiliki jauh-jauh hari sebelum kita terjun ke lapangan. 


Tahu gak temen-temen semua, kalau Osa dan beberapa kawannya telah menulis buku. Hal ini sekali lagi membuktikan bahwa ia benar-benar mengejar apa yang ia yakini sebagai pilihannya dengan sangat baik. Untuk lebih detailnya, teman-teman bisa kunjungi instagram @yayasankiara ya.. 

Buku Karya Osa dkk

Osa tertarik jadi dokter hewan satwa liar?

Bicara soal menjadi dokter hewan yang ahli di bidang satwa liar bukan hal yang mudah menurutnya. Jika sebagai dokter hewan yang dimaksud di sini ialah tentang tindakan dokter hewan sebagai medik veteriner, yang kegiatannya mencakup pengobatan hewan. Namun, tentunya dokter hewan juga bukan mengenai pengobatan saja ya teman, ada yang lebih luas dari itu. 

"Dokter hewan itu tidak selamanya bicara tentang medis, kalau selamanya belajar tentang medis, buat apa kita belajar perilaku hewan?" "Saat kita mempelajari perilaku keseharian satwa, sebagai dokter hewan kita mungkin kita memiliki manfaat tersendiri, seperti misalnya saat melakukan pengematan perilakunya juga akan mengamati bagian yang sudah mengarah ke arah medis tentunya, karena kita sudah mempelajarinya sewaktu kuliah dan sudah menjadi bagian dari cara berpikir kita sebagai dokter hewan. "

Tidak diragukan lagi deh, teman-teman kalau ditanya soal pengalaman Osa dalam melakukan kegiatannya. Aku harap setelah membaca kisah Osa yang inspiratif ini, kita jadi lebih percaya diri mengenai apapun yang kita sedang usahakan, meski itu berbeda dari kebanyakan orang. Kita juga harus terus mengasah potensi diri tentunya, tidak lelah untuk belajar. Entah itu mengejar passion atau mengejar karir, lakukanlah itu yang menurut kita baik, tapi harus bertanggung jawab sehingga kita melakukannya dengan maksimal :)

Sebagai bonus, kalian bisa lho mengunjungi situs https://www.inaturalist.org/people/auzansukaton


sebagian hasil jepretan Osa saat pengamatan ada di sini lho!



Teman-teman semua, terima kasih ya sudah meluangkan waktunya mengunjungi heartkokok.site yang memiliki tampilan baru (meski masih b aja tapi aku baru bikin domain lho wkwk). Oiya, sebagai penutup kita dapet closing statement menarik nih dari Osa. 

"Lebih baik berdarah-darah mengejar impian kita daripada tergerus dengan impian orang lain akan diri kita"

See you, 
namaste! 
Reading Time:

Minggu, Juni 13, 2021

Berprasangka Baik
Juni 13, 20210 Comments

 "Sesungguhnya dia hanya takut menjadi dewasa sebab ketika dewasa ia akan menafsirkan hujan sebagai berkah atau bencana, padahal ia ingin hujan tetaplah hujan"- Jokpin Jogja 2019


Berbicara mengenai pilihan. 

Ada yang sering kita hadapi, tapi kadang juga kita masih kebingungan. Ada yang kita anggap sangat penting bagi hidup kita, hingga butuh beberapa waktu untuk menentukannya. 

Memang sih, sebenernya ada banyak pilihan yang silih berganti datang pada kehidupan kita. Mulai dari menu makanan yang harus kita pilih setiap hari sampai memilih jodoh terbaik yang kita harap sekali seumur hidup. 


Dari semua pilihan yang datang di hidup kita, aku sadar kalau semua ada risiko dan pertanggungjawaban atas pilihan yang diambil. Walau kadang, ada suatu kejadian yang mungkin tidak akan terduga setelah kita memilih suatu jalan itu. 

Misalnya saja, aku suka makan pedas, dan memilih memakan ayam geprek level pedas saat itu. Biasanya, gada respon yang berarti pada perut, gataunya hari itu pas banget setelah makan perutku langsung mulas. Alhasil, aku harus menanggung risiko karena sudah memilih ayam geprek level pedas itu. 

Kita pun sudah sering meleewati pilihan, seperti memilih teman, guru, tempat sekolah, tempat bekerja, hobi, dan beribu pilihan yang silih berganti datang. 


Aku terkadang ngerasa, bahwa banyak sekali pilihan yang mengharuskan kita memilih antara kedua hal yang hampir sama. Atau justru hal yang berbeda 180 derajat. Haha Kalau ingat kejadian dulu, kadang ada rapat dua organisasi yang harinya bertabrakan, atau malah satunya ngajak rapat satunya main. Hehe.. jadi bingung kan.. padahal itu mah ngerasa sok penting aja wkwk

Semakin beranjak dewasa, pilihan yang datang semakin kompleks. Tidak tahu karena pikiran saja yang membuatnya menjadi kompleks atau memang pilihan itu adalah sebuah hal yang sulit. 

Setelah kutelusuri, ternyata kekhawatiran membawa dampak yang besar pada setiap pilihan. Khawatir akan masa depan yang tak pasti. Khawatir jika kita salah pilih. Khawatir jika dan hanya jika kita tak usah memilah dan memilih yang tidak baik.



Huft.. Khawatir atau cemas yang berlebihan ngga baik ya. Jadinya, aku sering coba kombinasikan dengan berprasangka baik. Dan semoga terus bersabar dan berharap kepada Yang Maha Kuasa. 



Kita benar-benar tidak tahu, apa yang akan kita hadapi ke depan. 

Kita benar-benar tidak bisa kembali pada masa lalu. 

Kita hanya bisa menghidupkan hari ini dengan sebaik-baiknya. 



Sisanya, kita coba untuk mengusahakan, menimbangnya, meminta petunjuk, serta menyerahkan pada Yang Maha Tahu. 

Begitu ya, saat kecil kita tidak terlalu banyak berprasangka, hujan hanyalah hujan, pelangi adalah hiasan indah di langit, bintang bertaburan bersama cahaya bulan yang menenangkan. 

Skenario terbaik, telah ditulis untuk kita. Semoga semesta terus menuntun kita agar semakin bijak dan terus berprasangka baik kepada keputusanNya. 


sumber: Pinterest


Reading Time:

Selasa, Mei 18, 2021

Overthinking Bukan Gaya Gue
Mei 18, 20210 Comments

Melewati kedewasaan dengan suguhan pahit, manis, asam, gurih? Itulah namanya hidup. 

Aneh ga sih,  kadang ada kalanya kita merasakan kesibukan yang membuat kita tidak ada waktu untuk diri sendiri atau keluarga. Kadang pula, ada kalanya kita tidak tahu mau ngapain, sampai ngebuat orang jadi overthinking alias berpikir berlebihan. Balik lagi ke rumus, segala sesuatu yang berlebihan itu tidak baik, maka dapat kita simpulkan bahwa overthinking juga ga baik kan. 

Berbagai macam bentuk overthinking dapat kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Mulai dari mikirin yang enggak-enggak tentang pendapat orang lain terhadap kita, "Gimana kalau orang mikir gini, ". ada juga bentuk lain yang hampir mirip, "Gimana ya pendapat orang lain tentang aku, " atau "Kayanya gini aja deh biar orang ga ngira aku gini...". 

Tidak dapat dipungkiri bahwa kita merupakan umat manusia, bagian dari masyarakat umum yang pastinya memikirkan tanggapan masyarakat terhadap diri kita pribadi. Pada dasarnya kita juga mau diterima sebagai bagian dari mereka. Tapi, kalau sudah berlebihan mikirin tanggapan mereka, yang ada kita sendiri yang kelelahan gasih. Misalnya saja aku mau berbuat sesuatu nanti kelamaan mikirnya gara-gara nunggu respon mereka dulu hehe. 




Bentuk overthinking lain yang sering kualami adalah rasa tidak percaya terhadap diri sendiri. Biasanya sih disebutnya insecure. Rasa insecure ini timbul sebagai akibat kurangnya rasa percaya diri atau menganggap orang lain lebih baik di atas kita, dan membuat diri menjadi minder. Wah wah bahaya ini hehe. Terlalu pede juga ga baik, eh terlalu minder juga ga baik. Tapi emang sering terjadi sih, apalagi di zaman sekarang, dunia maya dipenuhi oleh berbagai iklan produk kecantikan atau perwatan kulit skin care mulai dari harga yang sebumi hingga selangit alias muahal polll. 

Lagi-lagi tentang bagaimana kita menyakapi kedinamisan masyarakat, yang memang setiap saat akan berubah. Perubahan tersebut kalau dirasa semakin cepat berlangsungnya. Bahkan perubahan mode juga ga akan ada habisnya. Kalau nuruti gengsi jadinya ga akan ada titik akhirnya. Jadi kalau aku mikirnya, asal kita nyaman, ya udah. Kita jalani hari kita dengan bahagia. Dont' worry be happy. 

Seringkali waktu luang memberikan kesempatan lebih banyak bagi kita untuk overthinking. Oleh karenanya menyibukkan diri merupakan salah satu cara agar tidak terjerembab ke dalam perkara yang tidak baik. Bisa dengan melakukan bersih-bersih kamar, rumah, ngerapiin meja, ngelakuin hobi, nonton di Netflix, dengerin radio, nyoba masakan baru, atau menghubungi kawan terdekat. Sekali lagi, say no to overthinking!

Reading Time:

Rabu, April 28, 2021

Kebaikan itu Bagaikan Air
April 28, 20210 Comments


Kindness is like water. A gentle flow can erode the hardest seemingly unmovable objects




Pernah tertampar mendengar, 

"Kalau berbuat baik terhadap orang yang baik pada kita itu hal biasa, tapi berbuat baik pada orang yang jahat pada kita itu baru luar biasa". 



Seringkali menimang-nimang, apakah kita terlalu baik pada orang, sehingga seringkali dikecewakan? 

Huft, padahal apasih yang udah aku lakukan, hingga bisa berpikir seperti itu? 


Berbuat baik, kemudian melupakan kebaikan itu dan ikhlas merupakan kombinasi lengkap, yang memang bukan hal yang mudah untuk dilakukan. Nyatanya, masih kok aku berharap kalau perbuatan baik itu ingin dapat balasan, meski sekedar ucapan terima kasih. 


Walau begitu, ternyata berbuat baik dan sekedar membagi sesuatu terhadap orang lain itu sesungguhnya banyak manfaatnya untuk diri sendiri. Misal saja, saat ini, karena sudah bekerja, aku bisa ngebantu sedikit uang belanja ortu (Bukan sombong beneran deh) hehe. Entah kenapa hal tersebut membuat diriku sedikit bangga. Dulu bocah kecil ini yang hingga menghabiskan waktunya di bangku sekolah dan meminta uang terus menerus bisa lebih sedikit mandiri. Rasa bahagia itu sanggup menjadi obat. Dan sangat berguna saat sedih dan capai melanda. Saat sesuatu yang diharapkan tidak kunjung datang.


Berbuat baik terhadap orang yang berbuat jahat pada kita? Entahlah aku pun belum bisa membayangkannya. Namun kalau dipikir-pikir, hati akan jauh lebih bahagia bukan, jika dapat melakukan perbuatan baik itu?

Aku pernah denger dari bapak temen deketku yang bilang, waktu itu aku nanya kenapa bapaknya dan keluarganya baik banget, setiap orang yang datang ke sana dijamu dengan baik, bahkan diberi uang saku.




 Beliau percaya bahwa kebaikan itu akan mengalir, bagaikan air. 

Jika saja dia baik terhadap orang lain, secara tiba-tiba kebaikan itu bisa saja datang ke keluarganya, contohnya ke anaknya. Entah itu kapan. 

Aku pernah dengar juga konsep, Pay it Forward. Konsep itu berlaku seperti saat kita ngasih bantuan kepada orang lain, suatu saat orang yang kita bantu itu berpotensi untuk melakukan kebaikan kepada orang lain. Wah... Bayangkan saja jika hal tersebut jika terus menerus berjalan, terus mengalir bagaikan air, pasti semua orang tersebut akan merasakan kebaikan itu.


Pengen cerita saja, bukan karena apa-apa. Tapi lebih karena aku bahagia. Dan kebahagiaan itu sangat berbekas. 

Jadi, aku sangat suka ngasih sebuah note, atau fortune cookies, yang berisi tulisan 'quote' gitu disertai snack jajanan murah ke temen-temen. Meski kadang gada snacknya juga sih hehe. Kadang aku juga ngerasa, apain sih aku ini ngasih begituan hehe. Kadang aku juga ngerasa, kok orang biasa aja ya aku kasih begituan haha. Tidak ada ekspresi (karena saking seringnya jadi ga terkejut lagi :))). Tapi suatu hari aku pernah nanya ke salah satu temen, gimana sih tanggepanmu aku kasih begituan? Jawabannya "Kadang aku menduga-duga, bakal dapat apa ya? Haha" . Aku kaget, aku kira dia merupakan salah satu orang yang kadang ga berekspresi saat aku kasih fortune cookies. Ternyata bisa penasaran juga yaa 😅


Dan, benar. Aku walau gadapet apa apa. Tapi hal tersebut membuat diriku bahagiaaa. Sangat bahagia. Meski ya seperti itu, kadang aku berpikir ulang apakah yang aku lakukan ini merupakan hal bodoh. Atau hal yang sia-sia. Tapi, aku yakin, aku sedikit menghibur mereka dengan kata-kata itu kann? Hehe .  Entahlah. 



Benar kok, kebaikan itu mengalir. Kadang gatau kapan. Kadang ga terduga. Dan kadang,, bikin diri tertawa ngakak 😂






Reading Time:

Selasa, April 06, 2021

Sudahkah Menjadi Pendengar yang Baik?
April 06, 20210 Comments
Terima kasih untuk kalian yang telah menjadi pendengar yang baik, bagi siapapun yang suaranya atau sekedar keluh kesahnya ingin didengarkan....



Media sosial  membuka jalan bagi setiap orang untuk menyuarakan pendapat, membagikan keseharian yang dialaminya, bahkan sebagai ajang untuk meraih pundi-pundi uang. Berbagai macam media pun ikut mendukung hal tersebut. Kita seringkali mendapatkan berbagai macam informasi yang bersumber dari berbagai media, tentunya dalam hitungan detik. Informasi tersebut mengalir begitu cepat sehingga tak terbendung. 

Dalam keadaan seperti itu, kita seringkali dibutakan dengan berbagai macam opini, yang kadang kok kita pun percaya padahal belum tentu  kejadiannya demikian. Karena derasnya arus informasi tersebut,, ya mau tidak mau kita juga harus lebih waspada, alias harus bisa menyaring dan mengolah serta memilah mana yang sekiranya terpercaya, dan nggak ngerusak mental kita.



Omong-omong, pernahkah tiba-tiba omongan kita tiba-tiba diberhentikan oleh orang lain? Atau ngerasa pas lagi ngomong kita tidak diperhatikan? 


Nah kalau iya, berarti sama. Atau jangan-jangan kita lah orang yang tiba-tiba memberhentikan omongan tersebut?


bersama ka jinsi (rekaman project video sumpah dokter hewan)


Seperti media sosial yang semakin meluas, maka semakin sering pula kita menyuarakan pendapat dengan mudahnya. Alhasil beberapa diantara kita sulit atau mungkin belum bisa menjadi pendengar yang baik. Mungkin ngerasa kalau pendapat kita lebih penting untuk didengarkan?

Gatau juga, pasti banyak alasannya sih.. 

Sebagai generasi yang pernah mengalami masa berjayanya warnet hingga sekarang masa yang internetnya  atau teknologinya sudah canggih, menjadi suatu pembelajaran tersendiri. 



Baiklah, tidak ada salahnya kan menjadi pendengar yang baik, sekedar mendengar dengan sesama apa yang sedang orang lain sampaikan. Mendengarnya dengan penuh antusias. Meski terkadang mereka hanya perlu butuh pendengar.  Hanya sekedar menjadi teman  yang mengerti tapi bukan menghakimi, tapi bukan menggurui, tapi bukan balik menasehati. Kadang hanya butuh didengarkan. 


Sometimes listening is more important than being heard


Ga jelek juga kok, jadi pendengar.. Hehehe.. 



eits.. Kalau berusaha jadi pendengar yang baik, mungkin kita ga dengan gampangnya ngasih komentar yang jelek ke orang lain kan, entah dengan tulisan atau secara verbal?


Reading Time:

@way2themes