Sabtu, Februari 29, 2020
Februari 29, 2020
BY feni0
Comments
Kali ini aku ingin sedikit mencurahkan isi pikiran yang sering kali melanda ketenangan jiwa. Lha gimana ngga mengusik ketenangan jiwa, iri ini seringkali membuat kita mengkufuri nikmat yang telah diberikan oleh Tuhan. Jadi, gimana nih?
Sebenarnya iri yang aku ingin bahas bukan mengenai harta. Karena aku sedang di masa perkuliahan, maka iri yang ingin aku sebut adalah mengenai ilmu. Wah, berat banget ya? Engga ok aku ngga mau ngebahas yang berat-berat. Sebagian besar yang aku ingin bahas hanya mengenai pemikiran-pemikiran feni hehe.
Terkadang, kesempatan untuk mendapatkan sesuatu, seperti hands on, praktik dengan tangan kita itu tidak sama. Ada orang yang mudah mahir melakukannya, sehingga dia akan mendapatkan banyak kesempatan untuk melakukannya. Atau sekedar, appabila ada pasien datang dan kebetulan sekumpulan orang yang sedang berada di situ akan mendapatkan kesempatan melihat dokter menangani pasien tersebut, atau mungkin melihat teman yang sangat cepat menyerap apa yang telah diterangkan oleh dokter dan dengan mudah mempraktikannya dengan benar, ehm.. berpotensi menimbulkan keiirian bukan?
Wah, pikiran jahat seperti itu apakah boleh ya?
Eit eit, pernah sih aku menaruh iri tentang hal seperti itu. Selanjutnya aku akan mengorek ilmu dari mereka yang sudah bisa, seperti meminta tolong untuk diajari. Terkadang aku juga sempat bertanya-tanya, kenapa kesempatan yang aku dapat tidak sama dengan mereka? Nah, padahal menurut ketenangan jiwaku sendiri tidak terlalu baik. Ketenangan jiwaku hanya menerima aku iri akan ilmu yang dimiliki oleh seseorang, selanjutnya aku harus memiliki pacuan untuk dapat melakukannya, sama seperti yang sudah dilakukan mereka tentunya. Lantas, aku harus rajin berlatih dan bertanya kepada yang sudah bisa. Jika aku terus-menerus bertanya kenapa aku tidak dapat kesempatan itu,, atau kenapa aku tidak dapat dengan mudah melakukannya akan berdampak jelek bagiku. Itu berdasarkan analisa dari logikaku lho ya.
Karena belum tentu jika aku mendapatkan kesempatan yang sama aku akan dapat menyerap ilmu yang diberikan dengan baik. Karena belum tentu apabila aku diberi kemudahan atau kemampuan untuk dapat dengan mudah melakukan suatu praktik, aku akan segera bersyukur dan mau mengajarkan kepada yang lain.
Jadi ya, aku terus belajar agar di setiap kesempatan yang aku miliki untuk mengusahakan menyerap ilmunya, melakukan dengan baik, serta ya kalau ditanya harus mau menjelaskan. Hehe... susah tapi yo menjaga konsistensi itu. Tapi tetap berusaha dong.. aamiin.
Kubuat saat memikirkan momen praktik IB, awalnya ga yakin bisa, dan memang ga bisa, tapi ga menyerah dan terus minta tolong teman buat ngajarin. Alhamdulillah pas ujian lulus hehe.
Februari 29, 2020
BY feni0
Comments
Sebagai mahasiswa kedokteran hewan, salah satu kompetensi yang harus dikuasai adalah melakukan nekropsi. Kalau di berita, kita bakalan sering denger istilah autopsi mayat, nah mirip lah semacam itu, nekropsi ini dilakukan di mayat hewan. Tujuannya sama, yakni untuk mengidentifikasi dan menelusuri penyebab kematian hewan.
Kalau kami dapat mengenal lebih dalam ilmu nekropsi ini di mata kuliah patologi. Kalau untuk yang sudah koas, akan mendapatkannya di bagian/stase patologi. Wah, menarik bukan? Jujur sebelum masuk patologi aku sempat was-was karena patologi ini dikenal dengan mata pelajaran yang sangat menantang. Waktu koas ada ujian teori, ujian nekropsi unggas dan non-unggas, dan ada ujian histopatologi. Semua ujian itu ada tantangannya masing-masing. Pokoke semua serba mendadak, jadi kita tidak bakalan tau siapa yang akan menguji kita. Hehe. Jadi ya harus semuanya belajar tiap malam.
Menariknya lagi nih pas nekropsi kita harus betah buat berdiri berjam-jam buat melakukan nekropsi itu sendiri, lalu disambung dengan tentir. Tentir itu diskusi bareng dosen gitu, dan harus siap menerima kalau diri ini begitu tidak tahu apa-apa hehe. Jadi ya harus selalu baca, baca, dan baca! Kalau lagi beruntung kita bisa nekropsi satwa liar lho. Misalnya waktu itu kelompok kami sempat nekropsi beruk dan harimau. Kalau untuk beruknya sudah ada di freezer, sedangkan untuk satwa liar lain biasanya tergantung ada kiriman dari kebun binatang tertenu, kalau beruntung ya bisa ngerasain nekropsi satwa liar seperti harimau seperti kelompokku. Banyakin berdoa aja hehe..
Setelah menjalani koas stase patologi, aku merasa bahwa aku ini semakin harus berlatih dan tentunya harus lebih banyak membaca. Ternyata hal-hal dasar itu sangat membantu kita memahami suatu hal lho. Dan tentu saja, sesatu yang kita pelajari itu hanya sebagian kecil dari luasnya patologi. Jadi jangan mudah puas ya,, hehe..
Kalau kami dapat mengenal lebih dalam ilmu nekropsi ini di mata kuliah patologi. Kalau untuk yang sudah koas, akan mendapatkannya di bagian/stase patologi. Wah, menarik bukan? Jujur sebelum masuk patologi aku sempat was-was karena patologi ini dikenal dengan mata pelajaran yang sangat menantang. Waktu koas ada ujian teori, ujian nekropsi unggas dan non-unggas, dan ada ujian histopatologi. Semua ujian itu ada tantangannya masing-masing. Pokoke semua serba mendadak, jadi kita tidak bakalan tau siapa yang akan menguji kita. Hehe. Jadi ya harus semuanya belajar tiap malam.
Menariknya lagi nih pas nekropsi kita harus betah buat berdiri berjam-jam buat melakukan nekropsi itu sendiri, lalu disambung dengan tentir. Tentir itu diskusi bareng dosen gitu, dan harus siap menerima kalau diri ini begitu tidak tahu apa-apa hehe. Jadi ya harus selalu baca, baca, dan baca! Kalau lagi beruntung kita bisa nekropsi satwa liar lho. Misalnya waktu itu kelompok kami sempat nekropsi beruk dan harimau. Kalau untuk beruknya sudah ada di freezer, sedangkan untuk satwa liar lain biasanya tergantung ada kiriman dari kebun binatang tertenu, kalau beruntung ya bisa ngerasain nekropsi satwa liar seperti harimau seperti kelompokku. Banyakin berdoa aja hehe..
Setelah menjalani koas stase patologi, aku merasa bahwa aku ini semakin harus berlatih dan tentunya harus lebih banyak membaca. Ternyata hal-hal dasar itu sangat membantu kita memahami suatu hal lho. Dan tentu saja, sesatu yang kita pelajari itu hanya sebagian kecil dari luasnya patologi. Jadi jangan mudah puas ya,, hehe..
Februari 29, 2020
BY feni0
Comments
When questioning about life, the real thing that I can really imagine is that, “Do I really already in my 23?”
I always wondering that my life is really different with my others friend, also others people life in korean drama. They can have their part time work in the middle of the school. They can do what they want, or having no fear about what they do, also having the best of the best in everything they do. They put high effort on assignment, project, so that everything will be going smooth.
Well, in this middle of uncertainty, I still can breath. I still have energy and high spirit in doing everything. I need to use my energy in everything I do.
Welcome world, and I always want improvement in my life.
I always wondering that my life is really different with my others friend, also others people life in korean drama. They can have their part time work in the middle of the school. They can do what they want, or having no fear about what they do, also having the best of the best in everything they do. They put high effort on assignment, project, so that everything will be going smooth.
Well, in this middle of uncertainty, I still can breath. I still have energy and high spirit in doing everything. I need to use my energy in everything I do.
Welcome world, and I always want improvement in my life.
Minggu, September 29, 2019
September 29, 2019
BY feni0
Comments
29 September 2019
Saat ini, tubuhku, hatiku, telah terpasung memadu dan memintal untaian, menjamu diri dengan segelas kosong, lantaran ingin mengejar ilmu setinggi-tingginya. Jadi ingat, bahwa sat dulu masuk ke SMA, aku pun tak menyangka bisa sejauh itu. Saat masuk kuliah, aku pun tak menyangka bisa sejauh ini. Saat lulus, dan akhirnya masuk menjadi mahasiswa koas atau PPDH, aku pun tak menyangka bisa sejauh ini.
Ada hal yang mungkin ingin disampaikan pepohonan yang setiap hari kusaksikan saat aku berangkat ke kampus. Mungkin ia selalu berpesan padaku bahwa setinggi tingginya aku mencari ilmu, aku harus tetap merendah. Layaknya sebuah persimpangan, aku pun terus dilatih memutuskan suatu perkara, memilih kemana arah yang harus kutempuh, sehingga aku pun harus memiliki tujuan dan rencana-rencana yang matang. Akan kemanakah diri ini? Akan kemanakah aku beranjak?
Setiap hari, ku selalu termenung di tengah kesepian (tapi aku sering nyetel radio sih hehe), aku selalu mendorong diri untuk selalu berbuat yang lebih baik. Dan.. Banyak hal yang harus aku perbaiki di setiap harinya.
Ada beberapa memori yang tidak aku tuliskan, tidak mampu kuceritakan. Yaitu kenangan baik suka maupun duka yang mengiringi jalan hidupku. Dari liku-liku perjalanan hidup penuh tangis yang membawaku menjadi lebih tegar dan rajin, kesenangan yang malah memanjakan, kepedihan yang membunuh kepercayaan diri, Kesedihan yang memacuku untuk terus bertahan, kesakitan yang mengajariku arti persahabatan dan keluarga serta nikmatnya kesehatan, kesusahan dalam bekerja yang menjadikanku terus berusaha, setidaknya walaupun itu sulit aku bersyukur dapat bertahan dan berjanji akan terus bertahan. Aku menjadi tambah yakin, bahwa hal yang membuatku semakin tetap bertahan adalah suatu kepasrahan yang ditujukan kepada Zat Yang Maha Agung.
Skripsi, seminar, sidang, wisuda. Semua itu telah kutempuh. Ada banyak orang di balik semua pencapaian tersebut. Ada banyak tangisan, tenaga, pikiran, uang dan kasih yang menyelimutinya.
Saat aku berpikir dan beranjak menuju rehat, aku ingin hanya mencoba membuat diri ini tenang, seperti di nirwana. Hiburan, liburan ke berbagai belahan bumi, yang selalu menjadi impian, aku ingin suatu saat ke sana. Yaaa, untuk sekedar menyelam di antara bintang-bintang.
Ilmu tidak akan didapat oleh orang yang bermalas-malasan.
Tetap saja, godaan kesenangan dunia yang hanya sementara ini sulit terbendung. Bisa saja, jika dapat emas sekarung, akan berpikir untuk mendapatkan sekarung yang lain. Pada dasarnya, kita semua tidak puas terhadap apa yang kita punya. Ingin itu, dan ingin lagi.
Bilamana aku diberi keberkahan dan keridhoanMu, aku ingin hidupku, ibadahku, ilmuku, pekerjaanku, menjadi bermanfaat ya Allah, hanya dengan Rahmatmu lah aku dapat seperti orang-orang terdahulu, orang yang Engkau beri Keridhoan. Aamiin.
Minggu, Desember 16, 2018
Desember 16, 2018
BY feni0
Comments
Minggu pagi ini aku ingin melepaskan egoku
Meredam diri bahwa tak selamanya
Jatuh hati itu membuat keindahan
Harus terpenuhi
Atau harus saling menyampaikan pesan tentang perasaan
Jatuh hati itu menempatkan pusat pikiran pikiran pada titik dimana dialah yang menjadi prioritas
Walau kau pun tak tahu apakah tindakanmu itu akan terbalas
Mengira bahwa dialah orang yang selama ini kaucari
Mengira bahwa hanya kamulah yang pantas untuknya, bukan yang lain
Membelenggu diri dan terus menerus berpikir kompleks akan perasaan
Apa itu yang sedang kamu pikirikan?
Tidak, hentikan
Katanya, perasaan itu normal
Rasa suka itu normal
Cemburu itu normal
Egois akan perasaanmu itu normal
Tapi, ada kadarnya...
Percayalah, jika benar dia
Tuhan akan tunjukan jalan untuk bersamanya
Meredam diri bahwa tak selamanya
Jatuh hati itu membuat keindahan
Harus terpenuhi
Atau harus saling menyampaikan pesan tentang perasaan
Jatuh hati itu menempatkan pusat pikiran pikiran pada titik dimana dialah yang menjadi prioritas
Walau kau pun tak tahu apakah tindakanmu itu akan terbalas
Mengira bahwa dialah orang yang selama ini kaucari
Mengira bahwa hanya kamulah yang pantas untuknya, bukan yang lain
Membelenggu diri dan terus menerus berpikir kompleks akan perasaan
Apa itu yang sedang kamu pikirikan?
Tidak, hentikan
Katanya, perasaan itu normal
Rasa suka itu normal
Cemburu itu normal
Egois akan perasaanmu itu normal
Tapi, ada kadarnya...
Percayalah, jika benar dia
Tuhan akan tunjukan jalan untuk bersamanya
Senin, Desember 10, 2018
Desember 10, 2018
BY feni0
Comments
Aku masih merasakan betapa aku tak rela jika aku bukan tanpa mu ..meskipun aku juga tidak dapat menjamin bahwa kamu bisa denganku
Aku takut.. selama ini aku telah mencoba membuka hati lalu aku takut mengakui bahwa aku bisa dengan yang lain.. bahkan sekedar sapaan saja dari orang lain itu aku takut..
Aku tak tahu bahwa kali ini aku masih bisa tetap menaruh hati padamu.. walau aku lebih ikhlas dan terima jika di depanku aku melihatmu bersama yg lain.. menyapa yg lain.. dan bergurau dgn yg lain.. atau bahkan jika nanti pada akhirnya kamu bersama yg lain..
Aku hanya belum bisa menggantikan org di hatiku .. selama ini hanya kamu..
Aku masih berharap saat itu kamu masih mengetahui bahwa perasaanku masih untukmu
Belum pernah aku mengagumi
Selama ini.. seikhlas ini.. sedalam ini.. setenang ini.. sekhawatir ini..
Aku takut.. selama ini aku telah mencoba membuka hati lalu aku takut mengakui bahwa aku bisa dengan yang lain.. bahkan sekedar sapaan saja dari orang lain itu aku takut..
Aku tak tahu bahwa kali ini aku masih bisa tetap menaruh hati padamu.. walau aku lebih ikhlas dan terima jika di depanku aku melihatmu bersama yg lain.. menyapa yg lain.. dan bergurau dgn yg lain.. atau bahkan jika nanti pada akhirnya kamu bersama yg lain..
Aku hanya belum bisa menggantikan org di hatiku .. selama ini hanya kamu..
Aku masih berharap saat itu kamu masih mengetahui bahwa perasaanku masih untukmu
Belum pernah aku mengagumi
Selama ini.. seikhlas ini.. sedalam ini.. setenang ini.. sekhawatir ini..
Selasa, November 20, 2018
November 20, 2018
BY feni0
Comments
Malam ini aku bersama sepi
Merenungi malam-malam yang aku rasa sendiri
Kala itu
Nampak di kejauhan sana terlintas sedikit sepi
Penuh kerinduan yang mengangkat ingat janji
Sampai kapan aku akan seperti ini
Mendengarkan lagu tanpa mengetahui lirik
Membaca tanpa tahu isi cerita
Menangis tanpa tahu yg ditangisi
Mendongeng tanpa sempat mendengar
Terus berjalan tanpa arah
Hanya saja tetap itu yang aku lakukan
Mengetahuinya tapi engganmelakukannya
Berpikir tanpa ada tindakannya
Kala itu
Nampak di kejauhan sana terlintas sedikit sepi
Penuh kerinduan yang mengangkat ingat janji
Sampai kapan aku akan seperti ini
Mendengarkan lagu tanpa mengetahui lirik
Membaca tanpa tahu isi cerita
Menangis tanpa tahu yg ditangisi
Mendongeng tanpa sempat mendengar
Terus berjalan tanpa arah
Hanya saja tetap itu yang aku lakukan
Mengetahuinya tapi engganmelakukannya
Berpikir tanpa ada tindakannya
Rabu, November 07, 2018
November 07, 2018
BY feni0
Comments
Berdiskusi.
Bersama menikmati secangkir kopi susu yang dipatenkan dengan nama berbeda dari setiap tempat.
Nama sebuah kata yang pantas untuk belajar bersama ?
Aku menganggapnya seperti itu. Karena di posisi kita yang sama, walau ada yg lebih paham dan kurang paham, kita masih memiliki porsi yang besar sebagai pembelajar. Ialah belajar.
Berdiskusi mendorong keaktifan dari setiap orang mengutarakan pikirannya. Berdiskui mengajak orang yang enggan berpikir menjadi aktif berpikir. Berdiskusi mengajarkan kepercaya dirian yang kurang.
Berdiskusi yang kumaksud di sini adalah saat aku dan kami menyadari pentingnya memahami sebuah pelajaran. Apa yang diserap belum tentu sama, belum tentu serupa dan belum tentu lengkap. Dengan berdiskusi, kami dapat memahami sesuatu sehingga menjadikannya ingat hingga setidaknya selepas ujian, bukan hanya menghapal atau memiliki mental tempe untuk curang.
Aku bersyukur, diskusi yang dicanangkan berjalan dengan lancar dan memiliki banyak peminat. Memberi manfaat setidaknya untuk diri sendiri dan lingkungan sekitar.
Senin, November 05, 2018
November 05, 2018
BY feni0
Comments
#1
Sulit.
Julid.
Kulit.
Berbelit-belit.
Ah, nanti saja ngelakuinnya, toh masih belum deadline ini?
Dan akhirnya akan pusing sendiri pas mepet deadline.
#2
Suatu sore di sebuah tempat
ramai. Pedagang baslok kembali lagi ke tempat ia selalu berjualan. Tidak ada
kios, tidak ada terpal, melainkan hanya gerobak beserta payungnya. Oiya ditambah
lagi satu kursi tempat ia duduk sepanjang hari. Basloknya lumayan enak. Beliau juga
ramah. Sebagai pembeli aku pun hanya mampu mampir ke lapaknya beberapa kali. Namun,
setiap kali kesana aku merasakan ada banyak cerita yang ia simpan. Keriput di
wajahnya membuatnya tetap terlihat lemah, walau aku tahu beliau berusaha tetap
menjadi gagah. Kelembutannya dalam melayani pembeli memperlihatkan bahwa ia
nampak dipenuhi kasih sayang merawat anak-anaknya di rumah. Di sela waktunya
menunggu pembeli, dibacanya sebuah Koran. Terkadang diselingi dengan secangkir
kopi. Tak jarang pula dengan pelan memainkan gawai di tangannya. Benar, beliau
memang penuh cerita, meski tak langsung menceritakan.
#3
Waktu itu, aku pernah berpikir mengenai arti perjuangan. Aku
mempertanyakannya, bukan karena lelah. Tapi lebih karena tidak sabar. Dan sepertinya
ketidaksabaran akan sesuatu banyak dampaknya.
Banyak yang menjawab bahwa sesuatu memang ada yang tidak
layak untuk terus diperjuangkan. Bukan berarti tidak pernah mencobanya dulu. Walau
dengan belajar dari pengalaman yang sudah-sudah menurutku sudah bisa untuk
memutuskan untuk membuat keputusan itu, memperjuangkannya dengan maksimal atau
meninggalkannya. Tergantung kondisi. Berjuang itu pahit di awal, tapi manis
pada akhirnya.
#4
Kisah cinta di usia 20an. Bukan hanya
perasaan suka yang mestinya dicari. Tapi aku sedikit belajar bahwa semuanya
memang mengarah ke jenjang yang serius. Meskipun pada awalnya tidak tahu bahwa
orang tersebut adalah yang akan menemani sisa hidup kita ataupun bukan.
Memikirkannya matang-matang
membuat sebuah awalan yang baik untuk menjalin hubungan yang sehat. Ada saatnya
kita bersenang-senang seperti anak kecil, ada saatnya pula kita harus mencari value yang harus kita pegang sebagai pengembang
diri.
Banyak pasangan yang tetap
menjalin komunikasi yang baik dengan pasangannya, tetapi tetap melejit dengan
kariernya masing-masing. Ia tetap mempertajam skillnya dan terus menggeluti
hobinya tanpa hanya bersenang-senang memikirkan perihal percintaannya saja. Mereka
saling menguatkan untuk melatih diri masing-masing. Jika waktunya bertemu, ya
bertemu saja. Aku suka yang seperti itu. Ya, berat sih untuk menjalankannya,
kata mereka yang mengalaminya. Cuman, mereka merasakan kedewasaan tumbuh di
antara mereka berdua.
#5
Perasaan itu bisa tumbuh.
Aku percaya bahwa perasaan itu
bisa tumbuh, seperti aku percaya pada orang-orang yang menikah dengan jalan ta’aruf.
Seperti orang yang menikah setelah kenal beberapa bulan saja.
Pada mulanya, aku tidak terlalu
percaya bahwa perasaan bisa tumbuh. Saat
itu, aku mengenalnya sebagai orang yang biasa dan berbicara sebagai orang yang
biasa. Dan selalu menganggap apa yang kulakukan padanya dan sebaliknya sebagai
suatu yang biasa. Melihatnya berjalan sendirian di tempat yang sepi juga
sebagai sesuatu yang biasa. Dan memang
tetap biasa aja.
Hal itu baru disadari setelah
perasaan itu tumbuh, ternayata aku sebegitu tidak menyadarinya. Pertemanan menjadikan
simpati dapat datang ke sesama. Bahkan pertemanan pula dapat menjadikan emosi
kita semakin terlatih, baik untuk selalu bersama, berdebat, makan bareng,
kumpul bareng, jalan bareng. Semua menjadi tidak biasa. Dan menjadi lebih luar
biasa lagi jika hal-hal yang biasa kita lakukan bersama teman tidak lagi kita
lakukan.
Sekali lagi perasaan itu bisa
tumbuh.
Kita harus lebih berhati-hati
lagi. Jika yang tumbuh adalah perasaan sayang, maka baguslah demikian. Tapi jika
sebaliknya, perasaan benci yang tumbuh maka patut diwaspadai, bisa-bisa
kebencian membuat semua tindakan yang baikpun ikut menjadi buruk.
Lalu tentang dirimu, hanya dirimu
bukan mereka
Aku bahkan lupa siapa dulu saat
kusakit siapa yang membelikan makanan itu kamu atau yang lain. Karena aku menganggapnya biasa,
hingga aku takut hanya mengaitkannya bahwa itu kamu, padahal orang lain. Seperti
itulah, semua akan dianggap spesial jika perasaan itu telah tumbuh.
Perasaan itu bisa tumbuh. Hanya saja dalam
menjalaninya, kadang layu, kadang menguning, kadang bisa tumbuh, atau bila lupa
memupuk lama-lama akan mati secara perlahan Tentu aku masih tidak memahaminya
bahwa perasaan bisa tumbuh. Setidaknya, aku sadar bahwa sebuah alasan pun
bahkan aku tidak dapat benar-benar menjelaskannya dengan baik. Alasannya adalah
tanpa alasan.
Sabtu, September 22, 2018
September 22, 2018
BY feni0
Comments
Waktu itu sesorang bercerita. Sepanjang malam ia mengutarakan kisahnya dengan khusyuk.
"Entah mengapa aku menganggap bahwa sebenarnya aku dan dia memiliki satu frekuensi hanya saja masih belum bertemu pada satu resonansi. Hingga, terlihat bahwa aku dan dia terus-menerus mencoba melarikan diri satu sama lain. Aku punya rasa dan aku merasakan bahwa ia memiliki getaran yang sama.
Saat aku lewat di depannya, pura-pura kutak mengetahui keberadaannya. Ku berjalan seakan-akan tidak ada seorangpun di tempat tersebut. Hanya aku yang tahu bahwa kau pun berlaga seperti itu. Terus saja kita berdua saling menghindar.
Saat itu aku ingin mencari keberadaan temanku, namun apa daya. Tanpa sengaja aku menangkap matamu, sedang menatapi keberadaanku. Kamu mengalihkan pandangan, tapi aku menangkapmu sedang menatapku sebelum kau sempat kabur.
Entah kapan, tapi aku yakin benar di beberapa kesempatan kehadiranmu menjadi presensi di setiap kegiatanku. Jikapun engkau tak ada, aku akan mengharapkanmu berada di sana. Setidaknya ada untuk mengisi kehadiran. Selanjutnya, aku tidak peduli lagi akankah interaksi kita akan berjalan dengan lancar? Sekali lagi, kehadiranmu yang utama.
Lantas, aku pun sadar. Aku bukanlah siapa-siapa yang berhak mengaturmu kamu di mana. Hanya saja, pikiranku tentangmu telah mulai meracuni diriku."
"Aku pun belum merasakan perjuangan bagaimana aku bisa dapat bersamanya. Sampai saat ini aku hanya bisa secara sembunyi membantu urusannya. Mencoba mendengarkan kisahnya. Mencoba diam jika yg lain tengah bersuara. Mendukungnya menjadi sosok yang lebih baik lagi. Menyemangatinya di setiap kegiatan. Dan aku takut jika aku terlalu berharap, karena aku ingin melakukannya dengan tulus. Aku ingin melakukannya dengan murni, agar ku tak diliputi oleh rasa kecewa. "
Ia pun berhenti, dan mulai terdengar isaknya.
"Biarkanlah hati ini terisi dengan perasaan lain hingga akhirnya aku dapat melupakannya. Alasanku sampai sekarang belum dapat melupakannya adalah belum ada rasa yang lebih baik bagiku melebihi rasaku padanya."
Aku pun memikirkan hal yang sama, betapa rumitnya pikiran tersebut. Pikiran yang membuat semuanya terasa begitu dalam.
September 22, 2018
BY feni0
Comments
"Terlalu sibuk mencari orang yang mempedulikanmu,
Malah membuat lupa bahwa ada orang terdekatmu yang mempedulikanmu"
Memang lucu dan aneh. Di saat diri belum siap menikah namun sudah mulai mencari sosok pujaan yg tepat yg kelak dapat dijadikan sebagai pendamping. Bahkan yg lebih parah terlalu lama dan terlalu berpikir panjang untuk hanya memikirkannya.
Siapapun yg ada di diri. Entah itu indah atau gundah selalu berusaha mencoba menjadikannya cocok dengan diri, mencari kesamaan di tengah perbedaan.
Aku tahu aku tak sendiri. Mungkin ada jutaan orang di sana yg selalu mencari. Namun, apakah aku harus seperti orang yg tak tahu apa-apao jika kita terlalusibuk mencari sosok yg belum ada, malah menjadikan kita lupa bahwa di dekat kita sekarang ini ada orang yg menyayangi kita, rela berkorban untuk kita. Coba tengah ayah ibu, kakak adik, keluarga, teman dan orang-orang di sampingmu.
Aku jadi ingat pikirku kala itu yang tanpa arah mempertanyakan apakah ada orang yg menyayangiku?
Pertanyaan seperti itu hanya dapat dijawab oleh diri sendiri. Apakah kamu sudah menyayangi orang-orang di sekitarmu?
Lantas jika ia, maka yakinlah bahwa ketulusanmu akan terbalaskan, belum tentu oleh manusia tapi pasti oleh Allah.
Sabtu, September 01, 2018
September 01, 2018
BY feni0
Comments
Klinik Nada-Tetaplah
Jadi yang Terbaik
By Denis Sutrisno
Buktikanlah kita bisa menjadi satu
Saling menguatkan tiada yang memisahkan kita
Semangatku semangatmu kita bagi bersama
Melewati menjalani hari yang indah ini
Menjadi cerita yang sangat berharga
Bahagianya kita
Berjanji untuk selamanya tetap bersama
Reff.
Segala rasa yang kita alami
Harusnya kita pun saling mengerti
Tak ada yang berbeda meski tak sempurna
Karena cinta kita abadi selamanya
Ada kalanya kita kan saling menyebalkan
Terkadang juga kita kan saling membosankan
Saling membantu bukti sebuah persahabatan
Sungguh bangga kawan
Tetaplah jadi yang terbaik
Menjadi cerita yang sangat berharga
Bahagianya kita
Berjanji untuk selamanya tetap bersama
Back to Reff
-Terimakasih kepada kak Denis dan Klinik Nada yang telah mempersembahkan lagu yang spesial ini kepada FKH 52.
Setelah Intravena 52, kemudian kami menemukan jati diri kami yaitu sebagai Griffin. Tibalah kami dalam tahun terakhir berjuang menjemput gelar sarjana, sebelum nantinya melanjutkan perjalan menuju PPDH/ koas. #WelcomeTingkatAkhir
FKH 52 |
Aku sangat suka dengan lirik 'Ada kalanya kita kan saling menyebalkan, Terkadang juga kita kan saling membosankan, Saling membantu bukti sebuah persahabatan, Sungguh bangga kawan, Tetaplah jadi yang terbaik'. Dalam lirik tersebut seakan mengisahkan bagaimana sebuah pertemanan itu berjalan, terkadang marahan terkadang saling jail, saling membantu, saling membutuhkan sama lain, dan seperti pesan yang ingin disampaian kepada kami semua, Tetaplah jadi yang terbaik. Ya, kami ingin menjadi yang terbaik atas usaha yang kami lakukan. Dengan kata-kata mutiara tersebut aku dan mungkin Griffin lain berusaha untuk terus belajar dan berkarya untuk memberikan yang terbaik, dengan dukungan dan doa kolega semua.
Jumat, Agustus 31, 2018
Agustus 31, 2018
BY feni0
Comments
Aku bisa berdiri tegak karena saat diri terjatuh di dalam lubang yang paling dalam, ada teman yang ikut membantuku bangkit.
Bismillah.
Menginjak umur 21. Untuk seorang manusia, di umur yang tidak lagi muda tersebut, semakin mengajakku untuk tidak lagi bergantung pada keluarga. Ketergantungan yang selama ini aku lakukan semakin membuatku malu. Padahal di luar sana banyak orang-orang yang telah mandiri dan meraih prestasi yang dapat dibanggakan oleh keluarga.
6 tahun silam, aku memutuskan untuk melakukan perantauan. Selama itu pulalah aku mencoba untuk sedikit menarik diri dari kehangatan yang keluarga sederhanaku tawarkan. Menghadapi ketidakpastian bahwa di luar sana mungkin aku akan menemukan beragama jenis manusia dengan segala keadaan yang tidak pasti. Mencicipi pahit manisnya dunia yang selama ini tidak pernah terbayangkan sebelumnya.Akhirnya pun 6 tahun tersebut terlampaui dan masih kujalani hingga sekarang. Berada jauh dari kampung halaman demi menimba ilmu dan mendapatkan pengalaman sebanyak-banyaknya.
Pernah di suatu masa di saatku menginjak sekolah menengah pertama, aku mulai mencoba memahami makna pertemanan. Akupun berharap dan berdoa kepada Tuhan, bahwa aku ingin diberikan teman-teman yang tulus di hidupku. Tuhan pun mengabulkan doanya.
Aku belajar banyak hal dari orang-orang yang Tuhan berikan untuk menjadi bagian dalam hidupku. Salah satunya adalah dari teman-temanku. Aku bisa melepaskan tawa, penat, kekesalan, kisah hidup bersama mereka. Terimakasih teman, walaupun di hidup ini, engkau datang dan pergi, karena memang begitu kisahnya.
Agustus 31, 2018
BY feni0
Comments
Belajar dari orang. Belajar dari banyak orang. Belajar dari siapa saja.
"Hidupmu indah? Hidupmu bahagia? Sudahkah kamu membuat dirimu senang?"
Jika kata-kata hanya sebuah isyarat yang mewakili isi hati, maka kamu berbohong. Kamu lupa ada otak yang memiliki andil yang besar di sana.
Saat memikirkannya, bukankah aku menganggap bahwa hari yang kumiliki di dunia adalah hari ini. Hari yang harus lebih baik dari kemarin, untuk menuju hari esok yang lebih baik.
Menata hati sedikit demi sedikit. Memikirkannya dengan otak. Namun kolaborasi yang baik antara keduanya akan menjadikan harimu lebih baik.
Apakah kita tahu hikmahnya? Pikirkan itu!
-Sedikit kata-kata yang tiba-tiba datang
Sabtu, Agustus 11, 2018
Agustus 11, 2018
BY feni0
Comments
Semakin hari visualisasi semakin menjadi-jadi. Layar kaca, internet, gambar yang bergerak pun mulai menyoroti sebuah kegusaran saat sepi. Ditampakkannya segala keindahan. Memukau sejagad mata. Membiarkannya terbuai sekejap saja.
Dengan penglihatan, manusia mampu menangkap pesan lebih cepat dari pesan dengan indra lain. Konsepan warna yang dikombinasi seakan menambahkan tipu dayanya untuk sekali lagi menyilaukan setiap mata yang menatap.
Namun, pernahkah kita lebih jauh memahami pesan yang ingin disampaikannya. Jauh lebih dalam dari yang biasanya?
Aku membaca, aku pun terlena.
Tidak, sekarang tidak jaman lagu itu. (Hehe maaf receh).
Tidak, sekarang aku dan orang-orang didekatku merasa enggan untuk menunggu. Lebih baik, kuputar layar video itu daripada kuharus meneguk lembaran-lembaran kertas yang membuat mataku keriting.
Lalu saat kuberjalan jauh menyusuri pantai, mendaki terjalnya gunung, aku ingin membagikannya pada dunia tentang apa yang kurasa. Ingin kujuga menengok reaksi mereka tentang tempat yang kutuju. Atau sekedar berbagi cerita bahagiaku. Walau kadang aku merasa layu karena inginku bersimpang dengan tujuan utamaku. Aku terlalu lama memegang ponselku. Sibuk mencari celah memikirkan hasil jepretan yang bagus. Sibuk menata, menyebar hingga membumbui apa yang ada. Aku malu padanya. Kepada alam yang membuatku nyaman. Kepada alam yang membuatku tenang. Jika aku datang bukan untuk benar-benar menikmatinya.
Saat aku bekerjasama dengan telinga, hidung dan indraku yang lain. Aku akhirnya paham tentang semuanya yang tersembunyi.
Awalnya kuberpikir bahwa dengan melihat sesuatu secara kilat, sekejap, aku dapat memaknai sesuatu.
Ternyata itu tidaklah cukup. Mereka yang tersembunyi sesungguhnya tidaklah benar-benar tersembunyi.
Aku hanya perlu mencarinya lebih dalam. Memahaminya lebih lama. Menunggunya dengan sabar.
Aku yang kini terbawara arus perubahan teknologi. Namun tetap berusaha mencari. Mencari sesuatu yang tersembunyi. Menyibakkan keindahan yang bahkan cukup tuk diresapi, dihayati lebih dalam.
-Terinspirasi dari beberapa menit menunggu matahari terbenam, Punaga, Sulawesi Selatan-