Jumat, Agustus 28, 2015
Agustus 28, 2015
BY feni0
Comments
Contoh cerpen bahasa Indonesia dan sedikit English/ An example of short story in Bahasa Indonesia and little bit combination with English
(Edited)
I
Rumah beroles biru telur bebek dengan sepetak halaman ini merupakan tempatku dan keluarga merajut tali kasih . Terdapat sebuah pohon mangga yang membuatku sering berharap-harap cemas. Entah kenapa saat pergantian semester bunga di pohon tersebut merekah dan menunggu untuk berbuah atau mungkin tidak akan berbuah.
Setelah penantian lama menunggu hasil ujian, inilah saatnya . Seperti penantian yang sama, barisan nilai hasil perjuanganku tak ada fantastiknya , rata bagaikan jalan yang beraspal. Semua hampir rata KKM. Namun ibu selalu berkata,” Hidup merupakan kombinasi empat komponen, yaitu ikhlas , kerja keras, doa dan tawakal.
“Please pay attention to me. This chapter will going to be used in the mid semester. You have to understand this one, okay?”
“Yes, mis.”
Suara Ms Manda yang memekik tajam berputar di telinga kami. Aku tak tahu apa yang Mis Manda ajarkan. Entah itu tentang manusia purba dan peninggalan budayanya atau batu-batuan dengan nama yang aneh.
Dari kejauhan, tampak si profesor...
mendekat kepadaku yang sedang bersandar di kursi pojok taman halaman sekolah. Memulai obrolannya sembari meneguk tetesan terakhir Pulpy Orange.
“What happen with you, chika. Are you OK?”
“He, you! Kenapa kamu datang kemari membawa sisa minuman yang tinggal setetes? Bikin orang ngiler aja. Lagian kamu kan habis jalan- jalan ke Surabaya. Mana oleh-olehnya?“
“Soal oleh-oleh gampang , kamu minta apa tinggal sebutin saja!“
Sambil mengerutkan dahi dan memonyongkan bibir, aku menjawab, “Aku lagi bad mood, nih. Makasih !”
“Memangnya ada masalah apa? Muka udah jelek ditambahin, jadi tambah jelek!”
“Enak aja. Ini,nih, aku sebel sama nilai semesterku yang rata, seperti jalan beraspal tanpa ada tanjakan ataupun turunan.”
“Kan itu sudah lama, Neng. Lagian bagus dong kamu gak ada remidi.“
“Memang sih nggak remidi, tapi masalahnya rata semua.”
“Udahlah, mungkin kamu cuman butuh proses untuk beradaptasi aja. Soalnya kita juga kan baru kelas satu yang masih butuh penyesuaian.
“Mau sampai kapan aku begini. Apalagi 2 minggu lagi udah mid semester. Padahal kayaknya,ya baru seminggu kita di semester 2. Udah ada aja itu tes?”
“Makanya kamu jangan sering ngeluh, berusaha donk! Sekarang kamu masih punya waktu dua minggu lagi,kan? Nah, manfaatkan kesempatan itu mulai detik ini!“
“Tapi caranya gimana? Aku aja udah ketinggalan selama ini.“
“Tidak usahlah kamu menyerah begitu. Kamu bisa lihat catatanku. Setiap hari pintu rumahku terbuka untukmu. kurang baik apa Profesor Rofi?“
Dengan nada sok jual mahal dan senyum tipis dari mulutnya, Rofi menawarkan kepadaku, “Mau nggak, jarang-jarang lho ada orang seganteng aku mau...“
Aku membunyikan peluit panjang pemberhenti bicaranya yang semakin ngelantur. “Ok..ok... ok. Siap professor!”
Dengan gaya layaknya seorang professor mulailah dia membuka suara, “Okelah kalau begitu. Pertemuan penting akan dimulai esok hari, pada saat jam istirahat, setelah solat dan tak lupa setelah pulang sekolah.“
“Professor, kenapa meeting-nya sering sekali. Apa professor juga nggak mau istirahat?“
“Eits...nggak ada kata istirahat ataupun jajan. Kamu harus belajar yang sungguh-sungguh. Mengerti?“
Dengan terbata-bata aku menjawab, “Siap pelatih, ups...Siap professor!” Sejak hari itu, kami sering belajar bersama. Tentunya yang lebih tepat dapat dikatakan ‘’Belajar kilat bersama professor Rofi.” Selama seminggu lebih belajar bersamanya, ternyata formula yang dia berikan sangat berkhasiat. Campuran dari bumbu-bumbu rahasia disertai sedikit penyedap rasa membuat otakku sedikit lebih encer. Cara mengajarnya yang menyenangkan membuatku seperti tanah daerah tropis saat menyerap air dan kecap yang meresap sampai ke dalam-dalam.
“Sejak hari itu, kami sering belajar bersama. Tentunya yang lebih tepat dapat dikatakan ''Belajar kilat bersama professor Rofi.” Selama seminggu lebih belajar bersamanya, ternyata formula yang dia berikan sangat berkhasiat. Campuran dari bumbu-bumbu rahasia disertai sedikit penyedap rasamembuat otakku sedikit lebih encer. Cara mengajarnya yang menyenangkan membuatku seperti tanah daerah tropis saat menyerap air dan kecap yang meresap sampai ke dalam-dalam.
II
Pintu itu terbuka oleh derai angin yang mendesah. Sayup-sayup ku dengar kelelawar dan tikus mondar-mandir di atap rumah. Getaran yang berasal dari kuda Putri Eliana menghadapi para perwira menghentikan bayang-bayangku akan perbincangan tadi bersama Rofi. Bagaimana kalau aku sebagai Putri Eliana dan rofi sebagai pangerannya. Pasti dunia ini terasa lebih segar . Raja dan Ratunya yang suka sekali tertawa, semua rakyat bahagia, Indahnya....Semakin lama semakin ngelantur. Kalau yang jadinya ratu aku dan dia rajanya, pasti akan gempar bumi ini.
Waktunya untuk tidur. Kutapaki kaki menuju pesinggahan nan empuk dan nyaman. Bersiap menyelami dalamnya samudra impian. Saat kumulai membaca buku, melayang-layang sebuah foto. Aku terpaku, diam sesaat . Mencoba untuk menelaah siapa gerangan yang menjadi model di foto ini. Serasa pernah bertemu orang ini namun dalam bentuk lain. Mungkinkah ini teman kecilku? Lantas siapa lelaki yang berada di sampingnya ini? Namun angin apa penyebab foto ini mendarat di kamar ku. Kupandangi foto itu sampai akhirnya terbawa tidur.
Belum juga merasakan mimpi memakan buah mangga yang manis.Ternyata tak kusangka mentari mulai menyingsing , membuat bayangan ke arah barat. Semerbak tempe goreng dicampur dengan terasi dan cabai membuatku terasa diundang untuk segera bergegas ke dapur. Memang nikmat, bangun pagi sudah disediakan menu sarapan khas ibunda. Kumulai mencolekkan tempe goreng ke sambal terasi yang merona. Tiba-tiba panggilan datang , dan ..”Nduk, kamu itu bangun-bangun sudah ke dapur? Memangnya kamu sudah cuci muka atau mungkin, kamu juga belum sholat subuh,ya ?”
Sambil menelan tempe beroleskan sambal ke mulutku, aku mencoba menjawab pertanyaan ibuku. “ ehm..ehem..bell...lum, Bu.”
“Ayo cepat, kerjakan dulu! Solat subuh kok jam segini?”
“Ya, Bu.”
Setelah melakukan semua aktifitas pagiku, dan solat subuh yang terlambat, aku bersiap untuk pergi ke sekolah. Bergegas ku tancap gas di kakiku ini untuk naik ke angkot yang mengangkutku ke sekolah. Pemberhentian selanjutnya berada di gang depan pusat sekolah, Sekolah Makmur Jaya. Jadi inget lagu “ ...pusaka abadi nan jaya”.
Bayangan yang sedari tadi mengusikku dari awal naik angkot kini muncul kembali. Tak usah lagi bersembunyi. Aku akan mengeluarkan jurus andalan mata-mata yang kemarin aku pelajari dalam komik “Detektif Conan“. Penelusuran akan segera dilakukan . Aku akan kenakan jubah sakti dilengkapi sebilah pedang atau bila perlu membawa kalung bawang. Sepertinya di sebelah sana ada yang mencurigakan. Aku akan menapaki jalan kecil samping sekolah. Setelah ku susuri ternyata hanya ada induk kucing bersama anak-anaknya. Yah, ternyata perasaanku salah.
Setiba di kelas aku ingin langsung belajar. Biarkanlah orang yang membuntutiku tadi , aku tak peduli. Sekian lama kutunggu Pak Prof tapi tak kelihatan juga batang hidungnya. Suasana belajar jadi sunyi karena tidak ada lagi suara abang penjual kerupuk. Setiap kali Rofi mencoba melucu, pasti semuanya jadi garing, krik...krik....seperti kerupuk itu. Tapi walaupun begitu, setelah professor itu mengajariku, semua ulangan bisa aku babat habis.
Sepertinya jurus detektif payah seperti tadi tak akan mampu mencari bapak profesor. Aku harus berkunjung ke rumahnya. Siapa tahu kalau bapak profesor sakit, atau jangan-jangan tak mampu lagi mengajariku. Pembabakan berikutnya siap dimulai. Aku akan menuju rumah professor. Seperti tadi pagi, aku merasakan bahwa ada seseorang mengikutiku. Mungkin ini semua hanya ilusi belaka. Aku terlalu khawatir akan keadaan professor.
“Assalamualaikum....Rofi...“
Munculah seorang wanita paruh baya menemuiku. “Adik mau mencari Rofi?“
“Ya, Bu. Apakah Rofi ada?“
“Sebelumnya, adik ini temennya Rofi, bukan?“
“Saya Chika temennya Rofi, Bu. Bisa bicara dengan Rofi, Bu?”
“Tunggu sebentar, ya Dik. Mari duduk dulu!”
“Oh, iya,Bu. Terimakasih.“
Terlihat rumah berarsitektur Jawa-Sumatra ini menyimbolkan kedua orangtua Rofi yang berasal dari Jogja dan Palembang. Tampak terpampang foto keluarga Rofi menempel di dinding ruang tamu. Terlihat sosok bocah laki-laki yang mirip dengannya. Setelah kutelusuri lebih dekat dan dekat, ternyata tak cuma satu foto ini. Terdapat pula anak laki- laki tersenyum manis dengan membawa sebuah bola merangkul Rofi. Semua ini membuatku menjadi penasaran. Selama ini aku tak melihat kalau Rofi memiliki saudara laki-laki. Foto itu terus membuatku semakin berpikir dan terus berpikir. Sepertinya aku pernah melihat foto ini sebelumnya.
Kubuka tasku yang berdiam di pojok meja . Kuambil sebuah foto yang tersembunyi di antara buku-buku pelajaran. Ternyata, dan mungkin memang benar. Sosok yang berada di foto itu memang benar yang ada di sini.
Tiba- tiba keluarlah ibu paruh baya dengan secangkir teh dan setoples biskuit coklat hendak menghampiriku.
“Sini diminum dulu, biar tidak keburu dingin!‘‘
“Rofinya tidak ada ,ya , Bu?“
Seperti memikirkan kalimat yang pas, ibu itu menjawab, ‘‘kemarin Dek Rofi pergi bersama ibunya ke luar kota. Mungkin hari Minggu baru bisa pulang.“
“Kira-kira pulangnya kapan,ya, Bu?”
“Kurang tahu, mungkin Minggu juga sudah pulang.”
Suguhan biskuit cokelat dan teh hangat menjadi teman bincang-bincang kami. Kumulai menggigit biskuit itu. Rasa cokelatnya meleleh di lidah. Keharuman tehnya membuat Dewi Bulan turun ke bumi. Sembari meneguk teh hangat aku mencoba bertanya pada Ibu, ‘‘Bu, boleh nanya tidak. Foto yang di sebelah Rofi itu saudaranya, ya?“
“Oh, foto itu. Oh, itu namanya Dek Rendi. Dek Rendi dulu yang ibu asuh dari kecil.“
“Maksudnya apa, Bu?Bukanya dia tidak ada di sini. Lalu apa ibu juga mengasuh Rofi ?“ Tanyakau semakin penasaran.
“Begini ceritanya...“ dengan posisi menghadap di depanku, Ibu ini meneruskan penjelasannya, “Nah, waktu mereka berdua kecil, orang tua mereka baik-baik saja. Tetapi, saat keduanya menginjak 3 tahun, ibu dan bapaknya bercerai. Rofi tinggal bersama bapaknya di Semarang, dan Rendi di sini bersama ibunya . Rumah yang sekarang ini, dulunya berada di sekitar jalan Pagelaran Timur. Dalam hati aku berpikir, apa aku tahu anak ini? Apakah aku pernah kenal dan sering bermain saat kecil? Bukankah itu alamat rumahku?
‘‘Nah, saat usianya menginjak 8 tahun, bapaknya Rofi memberikannya pada ibunya dan membawa Rendi bersamanya.“
“Kenapa bisa demikian, Bu?“
“Setahu saya Rofi itu memiliki penyakit yang mungkin, karena bapaknya sibuk bekerja sehingga bapaknya memilih untuk memberikan Rofi kepada ibunya. Tunggu sebentar ya, Dek, Ibu mau menunjukkan sesuatu.“
Suasana di sini semakin tambah aneh. Beberapa menit kemudian ibu itu datang membawa sekotak tempat permainan anak-anak.
“Nah, ini, Dek. Ibu menemukannya saat beres-beres di kamar Den Rofi. Sebelumnya karena bentuknya yang sudah lusuh, ibu ingin membuangnya. Tapi setelah melihat gambar dan tulisan ini , ibu tidak jadi membuangya.“
“Bukankah ini Cuma gambar dua buah mangga, Bu?“
“Tetapi, gambar ini kalau ibu lihat , bukan hanya sekedar gambar dua buah mangga yang masak. Dan hal itu terbukti setelah ibu membaca sekilas isi kertas kecil di dalamnya.“
‘‘Mangga manis. Rofi dan Rendi bagaikan dua buah mangga yang sangat manis. Walaupun kami jarang bertemu, tapi kami tetap menghargai. Kami tidak akan saling menyakiti. Mungkin setelah aku pergi dari sini, bidadari chika akan kutitipkan kepada Dek Rofi.”
“Bu, Chika di sini itu bukan aku, kan?“
“Ibu juga kurang tahu, Chika itu siapa , tapi ada sebuah kalung dari rerumputan yang hanya sebelah.” Ibu itu membuka kotak itu, ” Ini dia,Dek.”
Aku tidak percaya dengan semua ini. Ini kalung pemberian Rendi kecil saat kami memainkan raja dan ratu. Berarti dulu anak laki-laki yang sering bermain denganku adalah Rendi, saudara Rofi. Dan sekarang aku berteman dengan Rofi. Mereka berdua adalah sebuah pelangi bagiku. Walaupun mereka berbeda satu sama lain, tapi pancaran kebaikan yang mereka berikan kepadaku begitu indah hingga mengenang selalu di hatiku.Dulu Rendy yang menemaniku bermain. Aku ingat saat pertama kali aku mengenalnya , saat aku masih sering manja sama Ibu. Masih imut dan lucu.
Aku akan membiarkan ini semua berjalan seperti biasanya. Biarlah cerita ini berakhir atau berlanjut. Apabila masih tersisa koma di hidupku berarti akan terus berlanjut. Apabila titik yang menyelimuti hidupku, maka itu semua berarti hidupku telah berakhir. Ceritaku mungkin hanya sampai di sini.
Rabu, Agustus 19, 2015
Agustus 19, 2015
BY feni0
Comments
Introuducing campus to New Students
Uploaded by MPKMB IPB
That's a choreography video and jingle of MKPMB 52. What is it exactly? It is a sequences of events to introduce new students in my campus, Bogor Agricultural University. This program is also having a purpose for them to have strong affection to farm. Actually this kind of event has agenda in total of seven days. For the first, we call it as Griatama or Pra MPKMB 1 which is held at 5th of July 2015. The next agenda of Pra MPKMB 2 was held at 15th of August 2015. In the second agenda, we were having an opening ceremony in front of Andi Hakim Nasution (AHN) building. All those two agendas were really awesome. We can increase our spirit, teamwork, and knowing many people before entering new study environment,
Huh,, stop!!
WHY??
Senin, Agustus 17, 2015
Agustus 17, 2015
BY feni0
Comments
Assalamua'alaikum warahmatulllahi wabarokatuh
Hi, my friends all over the world! See mee again in this chance. Ehm,, I hope I'm not only greet to myself but I'm greeting you now who read my blog. :D
I'm very thankful to Allah who gives me a chance to study in my college, Bogor Agricultural University,IPB. Allhamdulillah, ya Allah. Sekarang aku telah lebih dari sebulan menginjakkan kakiku di IPB. Kampus yang berdasarkan Kemenristek-Dikti menempati urutan ketiga dan peringkat 150 dunia. Sekolah rakyat yang berbasis pertanian ini sangat menjunjung tinggi pertanian di Indonesia dengan memiliki visi "To become a research-based higher education of international standard and a prime mover of agriculture mainstreaming."atau "Menjadi terdepan dalam memperkokoh martabat bangsa melalui pendidikan tinggi unggul pada tingkat global di bidang pertanian, kelautan, dan biosains tropika" (Statuta IPB, 2013)
Nah di sini, aku merasakan keharmonian sebuah kampus yang memiliki asrama wajib bagi mahasiswa baru selama satu tahun. Semakin banyak kegiatan di sini yang menjadikanku bersyukur dan dengan The creator of the world. Maka dari itu, ayo simak ocehan2ku di My Blog, SHINY!!
All about IPB |
All about PKU and Doormitory Life |
Sabtu, Agustus 15, 2015
Agustus 15, 2015
BY feni0
Comments
15-08-15
source :http://oi61.tinypic.com/slgytz.jpg |
http://ipb.ac.id/uploads/uploadsimage/assets/ ppri662013_statuta_LOGO.png |
Ehm,, tidak menjadi esai terbaik sih, tapi insyaAllah udah maksimal.(Esai MPKMB 52 IPB 2015)
Sejak kelas
2 SMA, yang aku pikirkan bukan aku harus sekolah di universitas mana, tetapi
dimanakah aku akan berada, jauh dari orang tua (lagi) atau dekat dengan mereka.
Sedari itu aku selalu berpikir keras karena hal yang harus aku putuskan sangat
berpengaruh untuk masa depanku.
Sejak
SMA aku telah tinggal di asrama yang berada jauh dari kampung halamanku. Dan
berencana masih ingin merantau kembali. Namun waktu berada di puncak kegalauan,
yaitu kelas 3, aku pernah sekali berpikir kalau tinggal jauh dari orang tua
menghabiskan banyak biaya. Namun pikiran itu aku buang jauh-jauh. Pilihan yang
jatuh di IPB ini dikarenakan aku memiliki berbagai alasan. Untuk yang pertama
yaitu IPB berada di wilayah Bogor, tempat SMA-ku berada, Sampoerna Academy
Bogor. Selain itu, aku berusaha mendapatkan universitas dengan prestasi tinggi
namun masih bisa aku jangkau dengan nilai yang aku punya.
Rabu, Juli 29, 2015
Juli 29, 2015
BY feni0
Comments
29 Juli 2015
Sekarang aku menikmati bagaimana kehidupanku di sini. Yah, sekarang aku di asrama di univ ku, tepatnya asrama A5 IPB. Dulu juga aku tinggal dia asrama tapi bergaya kan hotel di desa Caringin, Kinasih Resort. Seperti kata Pak Jo, guru math waktu di SA, tidak enak menghadapi sebuah perbedaan karena lebih berisiko untuk tidal bersyukur pada Allah. Memang sih susah bertransformasi dari bagian Bogor yang sana ke bagian Bogor yang sini. Apalagi keadaan asrama, teman, dan segala hal yang didalamnya berbeda. Jujur saja, Astaghfirullah, aku gak terlalu suka berada di sini karena melihat berbagai perbedaan yang berkebalikan 180 derajat dengan keadaanku yang sebelumnya.
Alhamdulillah, walaupun masih sempat kepikiran, aku akhirnya mendapat petunjuk kalau sesuatu itu tidak terjadi karena kebetulan. Ada hal yang berbeda memang, tetapi aku harus pandai-pandai mengambil hikmah dari setiap hal yang aku hadapi. Aku menemukan kebersamaan dari kedua asrama yang aku jalani.
Tapi, ada satu hal yang sampai sekarang aku beum pahami mengapa diriku jadi begitu pemikir dan sering bersedih. Aku sangat sensitif terhadap hal yang berbau rumah, keluarga, teman lama, dan kampung halamanku. Terasa diri ini sedang mengalami gejolak yang luar biasa. Tapi, aku kembali lagi berfikir, kalau hal ini didiamkan akan mengganggu kegiatanku selama menimba ilmu di sini. Apakah aku belum membenarkan niatku? Apakah aku telah melakukan kesalahan yang besar? Apakah aku tengah di uji hatinya oleh Yang Maha Kuasa? Beribu pertanyaan terus menerus mengusik kepalaku enggan berhenti seperti pasukan Israel yang hendak merampas Masjid Al-Aqsa dari Palestina.
Aku sering menangis akan pikiran yang berkecamuk di diriku sehingga prasangka2 buruk terus menerus datang. Aku mencoba memahaminya dengan terus berdoa dan bertawakkal kepada Allah. Aku bertanya kepada ibuku apakah hatinya sudah tentram jika aku berada di sini. Beliau sudah mengiyakannya dan mendoakan agar aku bisa berhati-hati. Sekarang, tidak apalah aku masih ingin mengeluarkan tetesan peluh di pipiku asalkan tidak mengganggu rutinitasku sebagai seorang pelajar.
Misalnya, pada saat solat, mengaji, dan mengingat kematian karena sesungguhnya hal-hal tersebut menjadikan kita tidak takabur. Sesungguhnya Allah adalah Zat Pemberi Kekuatan.
Sekarang aku menikmati bagaimana kehidupanku di sini. Yah, sekarang aku di asrama di univ ku, tepatnya asrama A5 IPB. Dulu juga aku tinggal dia asrama tapi bergaya kan hotel di desa Caringin, Kinasih Resort. Seperti kata Pak Jo, guru math waktu di SA, tidak enak menghadapi sebuah perbedaan karena lebih berisiko untuk tidal bersyukur pada Allah. Memang sih susah bertransformasi dari bagian Bogor yang sana ke bagian Bogor yang sini. Apalagi keadaan asrama, teman, dan segala hal yang didalamnya berbeda. Jujur saja, Astaghfirullah, aku gak terlalu suka berada di sini karena melihat berbagai perbedaan yang berkebalikan 180 derajat dengan keadaanku yang sebelumnya.
Alhamdulillah, walaupun masih sempat kepikiran, aku akhirnya mendapat petunjuk kalau sesuatu itu tidak terjadi karena kebetulan. Ada hal yang berbeda memang, tetapi aku harus pandai-pandai mengambil hikmah dari setiap hal yang aku hadapi. Aku menemukan kebersamaan dari kedua asrama yang aku jalani.
Tapi, ada satu hal yang sampai sekarang aku beum pahami mengapa diriku jadi begitu pemikir dan sering bersedih. Aku sangat sensitif terhadap hal yang berbau rumah, keluarga, teman lama, dan kampung halamanku. Terasa diri ini sedang mengalami gejolak yang luar biasa. Tapi, aku kembali lagi berfikir, kalau hal ini didiamkan akan mengganggu kegiatanku selama menimba ilmu di sini. Apakah aku belum membenarkan niatku? Apakah aku telah melakukan kesalahan yang besar? Apakah aku tengah di uji hatinya oleh Yang Maha Kuasa? Beribu pertanyaan terus menerus mengusik kepalaku enggan berhenti seperti pasukan Israel yang hendak merampas Masjid Al-Aqsa dari Palestina.
Aku sering menangis akan pikiran yang berkecamuk di diriku sehingga prasangka2 buruk terus menerus datang. Aku mencoba memahaminya dengan terus berdoa dan bertawakkal kepada Allah. Aku bertanya kepada ibuku apakah hatinya sudah tentram jika aku berada di sini. Beliau sudah mengiyakannya dan mendoakan agar aku bisa berhati-hati. Sekarang, tidak apalah aku masih ingin mengeluarkan tetesan peluh di pipiku asalkan tidak mengganggu rutinitasku sebagai seorang pelajar.
Misalnya, pada saat solat, mengaji, dan mengingat kematian karena sesungguhnya hal-hal tersebut menjadikan kita tidak takabur. Sesungguhnya Allah adalah Zat Pemberi Kekuatan.
Jumat, Juli 24, 2015
Juli 24, 2015
BY feni0
Comments
Ungaran, 23 Juli 2015
Sebelum
tahun 2000-an merupakan tahun yang sangat berat bagi perempuan Indonesia.
Dahulu mereka diharuskan tidak terlalu banyak bekerja dan pergi dari luar
rumah. Mereka seakan di-design untuk menjadi pendamping pria yang selalu
taat kepadanya. Seorang gadis yang menginjak umur 16 tahun sudah dikatakan
dewasa dan siap untuk dijodohkan. Jikalau sudah menginjak 23 mereka akan
dianggap sebagai perawan tua dan apabila tetap sendiri akan tidak baik bagi
kehidupannya.
Pada
umumnya, seorang wanita akan diam di rumah mengerjakan pekerjaan rumah
sekaligus merawat anak-anaknya. Sedangkan bagi kamu pria, mereka harus
menafkahi anak istrinya dengan bekerja keras. Setelah pulang, maka istrinya
akan menjamunya. Begitu seterusnya.
Akan
tetapi sekarang telah berganti era. Alih-alih karena berlandaskan emansipasi
wanita, jadi semua pria tidak terlalu memperdulikan kelemahan yang memang
dimiliki wanita. Simple-nya kalau sekarang seorang remaja sedang marah
seolah-olah mereka sedang mengalami pms, padahal hal itu tidak selamanya benar.
Beranjak
ke hal yang lebih kompleks lagi. Berhubung di daerah saya merupakan daerah
industri, terutama industri garmen. Saya akan bercerita tentang kehidupan yang
ada di daerah saya.
Dahulu
memang benar kalau wanita wajib melakukan pekerjaan rumah dan tidak boleh
berada jauh dari luar rumah. Seiring berjalannya waktu, hal tersebut sudah
tidak berlaku lagi. Para pemuda baik pria ataupun wanita tetap menimba ilmu
sampai luar daerah bahkan bisa sampai ke luar negeri. Akan tetapi, banyak
pelajar dari berbagai bidang ilmu memutuskan untuk bekerja sebagai buruh di
pabrik. Karena lokasi yang dekat dengan industri seperti garmen, minuman
kemasan dan tekstil menjadikan mereka lebih memilih bekerja untuk membantu perekonomian
keluarga mereka daripada melanjutkan sekolah yang malah mengeluarkan biaya.
Sebagai
contoh, tetanggaku yang pada awalnya bersekolah di salah satu SMK ternama di
sini dengan jurusan teknik komputer dan jaringan memilih bekerja ke pabrik
garmen sebagai buruh cutting, pemotongan kain daripada memilih pekerjaan
sebagi teknsi komputer atau sebagainya. Hal terebut sudah tidak jarang
ditemukan mengingat industri yang semakin meningkat jumlahnya.
Mirisnya,
kebanyakan dari perusahaan tersebut lebih membuka lapangan pekerjaan untuk
perempuan daripada laki-laki, yang dahulu katanya sebagai pencari nafkah.
Alhasil, dengan pekerjaan yang mudah bagi perempuan, kaum pria yang kebanyakan
bekerja sebagai petani, buruh bangunan, dan pekerjaan serabutan lainnnya lebih
mengandalkan gaji istri untuk menghidupi kehidupan mereka.
Dan
sekarang, banyak kaum pria yang tinggal di rumah untuk mengasuh anak mereka dan
kaum istri yang bekerja di pabrik. Setelah pulang dari kerja, kaum perempuan
tetap harus patuh terhadap suaminya, seperti membuatkan kopi, menyetrika,
mencuci baju, dan pekerjaan yang seharusnya dapat dikerjaan oleh suami.
Sebagai
umat manusia yang peduli akan perempuan, apakah kalian tega membiarkan keadaan
ini terus berjalan demikian?
Keadaan
yang saya ceritakan mungkin masih tergambar dalam situasi yang masih normal,
namun kenyataan bisa saja berkata lain. Seorang isri yang sudah bekerja keras
masih saja tersakiti oleh laki-laki. Padahal kita ini tetap memiliki
keterbatasan sebagai seorang wanita yang tidak dimengerti oleh kaum pria. Kita
ini tidak memiliki kewajiban seperti pria yang seharusnya mengayomi keluarga.
Masihkah kita pantas untuk disakiti?
Saya ingin mendegear suara anda/?
Kamis, Juli 23, 2015
Juli 23, 2015
BY feni0
Comments
Don’t be rigid, just be fun!
Explore Semarang and Ungaran, the beautiful cities in
Central Java. INDONESIA
There are a lot of options to have refreshment in Semarang
regency. If you want to enjoy the beauty of those cities and are confuse where
to visit, just take a look at these places. It has varies places to go through.
It varies from nature vacation until the ancient one.
1. Candi Gedong Songo ( Temple of nine buildings )
Location: Desa Candi, Bandungan, Semarang
Haha… This is the place where I found
“Bule”, a term to call western people. In that time, I went there with my
sister and her husband. We were very tiring at that time because we have to
climb hills in order to find all nine temples as they are separated. However
don’t worry guys, because you can rent a horse with the guide. These Hindu
temples were built in mount of Ungaran. When we’re in the journeys of
searching, the natures serve the beautiful scenery of this mountain.
2.
Umbul Sidomukti
Location: Desa Sidomukti, Bandungan, Semarang
3.
Watu Gunung
Location: Dusun Soka Desa Lerep, Ungaran
Barat.
This one is still in my village. I can
reach this place for only more or less 15 minutes by foot. Do you want to get
married in this year? I recommend you to rent this place. Just think out of the
box to hold your marriage. Don’t get rigid to always use building. Just enjoy
the beauty of my village. J
4.
Swimming Pool
We have a lot of swimming pool surrounding
place where I live. We have Water boom in Mapagan, Siwarak, and swimming pool
in Balai Lerep Indah (Si Cowek) . If you just want swim and have low budget, I
recommend you to choose Balai Lerep Indah one.
5. Center of gift
Do somebody want to miss this ? I think no unless they are backpacker who want to save more money rather than to spend it for only buying a special gift from the place they just visited. It's normal that we can always find this place in the place that we visit.
I recommend you to come to Center of crispy chips in Karangbolo, Ungaran Barat. Here, we can find many variations of it. Then, we can also buy the special food from Ungaran which is Tahu Baxo, a food made from tofu filled with meat ball. This kind of food is easy to get, but don't worry, Ungaran has Tahu Baxo Ibu Pudji and Tahu Baxo Woning which are easy to find in map.
7. Palagan Ambara Monument and The Ambarawa Railway Museum
Enjoy the fantastic of this city by enjoying the old steam locomotive which was built in Dutch time. Ha...ha... I actually didn't remember all the things here because I visited this place when I was kid. I only remember that although we should pay more to rent but the journey on this steam train is unforgettable. However in Palagan Ambarawa, we can also see the story of Palagan Ambarawa war when Indonesia fight ally.
Do somebody want to miss this ? I think no unless they are backpacker who want to save more money rather than to spend it for only buying a special gift from the place they just visited. It's normal that we can always find this place in the place that we visit.
I recommend you to come to Center of crispy chips in Karangbolo, Ungaran Barat. Here, we can find many variations of it. Then, we can also buy the special food from Ungaran which is Tahu Baxo, a food made from tofu filled with meat ball. This kind of food is easy to get, but don't worry, Ungaran has Tahu Baxo Ibu Pudji and Tahu Baxo Woning which are easy to find in map.
7. Palagan Ambara Monument and The Ambarawa Railway Museum
Enjoy the fantastic of this city by enjoying the old steam locomotive which was built in Dutch time. Ha...ha... I actually didn't remember all the things here because I visited this place when I was kid. I only remember that although we should pay more to rent but the journey on this steam train is unforgettable. However in Palagan Ambarawa, we can also see the story of Palagan Ambarawa war when Indonesia fight ally.
Jumat, Juli 03, 2015
Juli 03, 2015
BY feni
2 Comments
Feni, Mba Fen, Mba Pen, Feenii, Pen, Pencay, atau Wati. Itulah namaku.
18 tahun yang lalu aku telah dilahirkan di dunia ini. Dulu aku dapat cerita kalau hari lahirku yang pada saat bulan Ramadhan sangatlah penuh cerita. Tidak jauh sebelum kelahiranku, ada orang menggantung di desaku. Yang namanya zaman dahulu, maka orang pun percaya kalau keluar malam akan berbahaya setelah ada kabar kematian itu. Lantas tengah malam ada pertanda kalau aku ingin segera keluar dari perut ibuku dan pergi ke dunia. Akan tetapi tidak ada orang yang berani untuk pergi menemui ke dukun bayi*. Lantas aku bagaimana keluarnya?
Katanya sih aku keluar sendiri tanpa bantuan siapa-siapa?
Ha..ha.. ya enggalah. Masa aku merangkak sendirian dari perut ibuku? pastilah aku dibantu. Bagaimana juga anak bayi baru lahir terus bisa bersihin darah sendiri, bisa jalan sendiri. Kan malah ngeri.
Seperti itulah kehidupanku. Seperti sekarang ini. Aku masih tidak bisa ngebayangin kenapa aku bisa masuk IPB jurusan FKH padahal banyak dari teman-temanku yang jauh di atasku belum masuk ke universitas dengan nilai raport. Mungkin itu belum rezekinya atau masih ada jalan buat meeka. Akan tetapi setelah itu aku dapet rintangan kalau nantinya aku bisa diancam dikeluarin kalau misalnya nilaiku di raport yang bekas dicoret terus di tip-ex ngga bersih ngga bisa dibuktiin keabsahannya dengan buku induk. Sudah sewajarnya di posisi itu hatiku engga tenang. Tapi alhamdulillah, bekat wali kelas dan guru2 yang lain, masalah itu beres.
Ceritaku sebelum masuk ke Sampoerna Academy yang ada di Bogor pun tidak jauh beda dengan bagiamana aku harus berjuang untuk masuk sekolah tersebut. Pada awalnya aku ga paham kalau tetangga aku yang juga kakak kelas smp-ku sekolah di sana. Bapakku sering cerita kalau dia ketrima di sana tapi aku ngga ada pikiran untuk tanya ke dia. Tapi ternyata guruku menawarkan hal yang sama kepadaku, yaitu untuk mendaftar ke Sampoerna. Tak disangka hari aku tahu tidak jauh dai deadline pengumpulan formulir aplikasi.
Nah, disitu aku melakukan banyak kesalahan dengan menunda mengisi formulir yang harusnya cepat dikumpulkan. Pantaslah waktu itu aku sering kena marah. Enaknya, banyak urusan yang seharusnya aku selesaikan sendiri dibantu oleh beberapa guruku.
Alhamdulillah, ternyata aku berhasil lolos di tahap satu. Guruku pun ikut senang sampai-sampai beliau datang ke rumahku untuk memberikan kabar gembira itu. Maklum, pengumuman seleksi di internet dan aku pun memiliki koneksi terbatas.
Untuk selanjutnya yaitu tes wawancara. Aku harus berangka ke Bogor demi menyelesaikan tahap selanjutnya. Di sini aku mendapat bantuan uang dari beberapa guru ku. Di sini pun aku merasakan semangat agar aku tidak boleh gagal di tes wawancara tersebut.
Kembali lagi ke cerita masuk kuliah. Sekolahku masih baru. Aku merupakan angkatan kedua. Harapan untuk diterima di SNMPTN undangan sangatlah tipis. Bahkan sering kami menjadikan jalur ini sebagai bonus. Efeknya, kami harus belajar mati-matian untuk diterima di jalur tulis. Setelah pengumuman, kami semua terkejut sekaligus bersyukur karena sekolah kami mendapatkan jumlah yang lumayan bagi peserta yang lolos SNMPTN. Selain itu ada juga temenku yang diterima di NYC Beijing. Luar biasa.
Hal itu tidak dapat terjadi tanpa bantuan Allah SWT. Ditambah lagi prestasi kakak-kakak kelas yang sangat membantu menambah kepercayaan universitas terhadap sekolahku. Satu hal baik yang harus aku tahu, bahwa ini merupakan jalan terbaik yang Allah berikan untukku.
Terimakasih atas doa dan dukungannya kepadaku my lovely father, mother, sisters, brother, families, teachers, and my friends. Alhamdulillahirabbil'alamin.
Jadi pas aku ngga semangat waktu berada di tengah-tengah, "Whenever you feel like giving up, remember why you set this goal in the first place."
Rabu, Juni 10, 2015
Juni 10, 2015
BY feni0
Comments
Dua
Yahya Wahyu Kurniawan
Dua, Karena Kami berjalan di 2 sisi sekaligus
Beriringan Hitam dan Putih
Kekuatan dan Kelembutan
Dua, Karena kami
yang membidik tembok
Karena kami yang melempar tembok
Tak gentar tantang tembok
Melanjutkan ditingkat babak
Dua, Karena kami kuat atas persaudaraan
Kami bangun benteng kami, ketika
Tekanan, serangan dan tantangan
harus berjibaku dengan
Semangat, amanat dan Tabiat
Selasa, April 28, 2015
April 28, 2015
BY feni0
Comments
28th of April 2015
Hi, me! Now you are growing up into mature.
Aku tidak menyangka bahwa waktu itu berjalan begitu
cepat.walau terkadang kita membutuhkan usaha dalam mencapai suatu mimpi, dan
perjuangan itu terasa begitu berat, namun perjalanan waktu akan segera
menyelesaikan semua itu. Bahkan saat kita memejamkan mata, waktu terus berjalan
sampai berbeda masa, seperti kisah tujuh pemuda Ashabul Kahfi.
Bagi sebagian orang, tinggal jauh dari rumah orang tua saat
menginjak bangku sekolah menengah atas adalah hal yang tidak mungkin dilakukan.
Tapi bagi sebagian orang itu dapat dilakukan. Walaupun sebenarnya mereka sendiri tidak tahu bagaimana
yang akan terjadi di tanah rantau. Tidak satu pun yang dapat menjamin
bahwa tinggal di rumah orang tua atau pun jauh hidup akan terus terasa mudah
atau terus-terusan susah. Allah telah memberikan tanda- tandanya melalui
perputaran bumi. Di saat bumi bagian
Rabu, April 22, 2015
April 22, 2015
BY feni0
Comments
April 2015
Guys, do you know what you should do after final
examination? I will guarantee that you will need stress-released after long
time period of study. Ha.. ha.. anyway being happy can be through simple thing
. However, I want to share my little experiences to you, maybe it can be
recommendation for your better life ;)
1. 1
Break simple rules
Minggu, April 12, 2015
April 12, 2015
BY feni0
Comments
28th of March, 2015.
H-15 (sbenarnya H-16 tpi yg sehari buat istighosah ^^ ) Hi..hi..! See me again in this beautiful moment.
It's not usual when 12 graders have homework in their narrow time to face final examination. Yap.. It happens. Me and my friend have a project in art class making a gravity which take a theme from Sunda. We can have any theme based on our creativity, and because we are live in West Java, we should relate it with Sunda.
Me and my classmate have to submit it by next week, but actually the teacher only gives us a week because we just do it after UAS ( school final examination).
My groups are Baiq Zilvia Juliatri ( Via ) , Imroatul Maghfiroh ( Firoh ) , Vito Rizki Imanda ( Vito ) and Surya Dwi Fachrozi ( Surya ).
So, we decided to make Gayana Orang Sunda " The Sundanese style " .
and I just published it at 12th of April, 2015. Then I just want to tell you that tomorrow I'll face National Examination. And through preparation and du'a that I made, I believe in Allah that I'll get paid off for what I've done and Allah will give easy and best result. Aamiin.
H-15 (sbenarnya H-16 tpi yg sehari buat istighosah ^^ ) Hi..hi..! See me again in this beautiful moment.
It's not usual when 12 graders have homework in their narrow time to face final examination. Yap.. It happens. Me and my friend have a project in art class making a gravity which take a theme from Sunda. We can have any theme based on our creativity, and because we are live in West Java, we should relate it with Sunda.
Me and my classmate have to submit it by next week, but actually the teacher only gives us a week because we just do it after UAS ( school final examination).
My groups are Baiq Zilvia Juliatri ( Via ) , Imroatul Maghfiroh ( Firoh ) , Vito Rizki Imanda ( Vito ) and Surya Dwi Fachrozi ( Surya ).
So, we decided to make Gayana Orang Sunda " The Sundanese style " .
and I just published it at 12th of April, 2015. Then I just want to tell you that tomorrow I'll face National Examination. And through preparation and du'a that I made, I believe in Allah that I'll get paid off for what I've done and Allah will give easy and best result. Aamiin.
Kamis, Maret 12, 2015
Maret 12, 2015
BY feni0
Comments
Kamis, Maret 05, 2015
Maret 05, 2015
BY feni0
Comments
Rabu, Maret 04, 2015
Maret 04, 2015
BY feni0
Comments