heartkokok

Kamis, Juni 25, 2020

Curhatan Seorang Laporan
Juni 25, 20200 Comments
Laporan sedang bersedih. Tubuhnya meringkuk. Mukanya kusut. Mulutnya pun cemberut. 

Pikirannya  berkelabut seperti suasana hatinya yang sedang remuk. Saat ini ia selalu mudah marah. Beda dengan biasanya. Ia selalu ceria, penuh dengan tawa. 

Kali ini, Laporan pun enggan menyentuh buku. Biasanya setiap pagi diseduhnya kopi untuk menemaninya membaca buku. 
Pisang goreng yang disediakan di meja juga tidak berhasil merayunya. 

Laporan tidak mau membuka gawai. Ia takut, jika bisa-bisa suasana hatinya semakin kacau. 

" Wahai Laporan. Apakah kamu mau terus-menerus seperti ini?", Tanya Pena Ajaib. 

Didiamkannya Pena Ajaib selama berjam-jam. Tak satu katapun ia jawab pertanyaan Pena Ajaib, sahabat sejatinya itu. 

Berkali-kali Laporan mencoba berteriak. Namun tak ada suara yang terdengar. Hanya urat-urat di lehernya yang terlihat membesar mengikuti mulutnya yang menganga. 

Lantai di sekitar Laporan pun kering. Tidak ada satupun peluh yang menetes. Tidak ada keringat yang bercucuran. Meski seharian ini sangat panas. 

"Laporan, sekarang jawab aku. Sebenarnya ada apa gerangan yang membuatmu murung seperti ini? Jika kamu tetap seperti ini, apa gunanya jutaan buku yang sudah kau kuasai? Apa gunanya semua senyum yang kau pancarkan? Apa gunanya air mata yang kau tumpahkan hanya untuk mengasihani seseorang yang kamu sayang?", Teriak Pena Ajaib. 

"Betul, semua yang kamu lakukakan tidak akan sia-sia. Tapi apa gunanya jika semua hal yang telah kamu perjuangkan tidak memiliki pengaruh yang baik terhadap dirimu sendiri?"

"Contohlah bulan..."

Omongan Pena ajaib dihentikan Laporan. Pena Ajaib senang karena setidaknya ia sudah mau mulai bicara.

"Tunggu, dari berjuta-juta buku yang aku baca. Aku tidak pernah dilarang untuk bersedih. Lantas kenapa kamu melarangku?", Sela Laporan. 

"Bagaimana tidak kularang, sedihmu itu sudah sangat keterlaluan. Kamu memang wajar untuk bersedih. Tapi bukan seperti ini caranya. Lihatlah di luar sana, teman-temanmu semakin tinggi. Meraih banyak mimpi. Walau sebelumnya ia dirobek-robek, dicampakkan, bahkan dibuang percuma"

Laporan menjawab dengan nada tinggi, "Aku sangat marah dengan semua orang. Kenapa mereka suka sambat. Suka ngatain kalau aku ini biang masalah. Aku mencoba membantu mereka semampuku. Mereka selalu saja memaki-maki tanpa mengetahui perasaanku. Bahkan mereka pun mencoba mengancamku. Jika seandainya saja aku ini tidak ada. Lalu sekarang apa gunanya aku ada? Toh mereka pun tetap dan akan seperti itu. Susah untuk mengubah tabiat mereka."

Laporan mulai meneteskan air mata, kali ini lantai yang semula kering mulai basah. Dan semakin basah dibanjiri air mata. 

"Baiklah, aku mengerti perasaanmu. Sekarang kamu sudah lega, bukan?"

Pena Ajaib menambahkan, "Bukannya aku ingin mencoba mengguri, tapi kamu tidak perlu risau dengan semua hal yang mereka ucapkan. Cukup cerna, dan ambil yang bisa kamu jadikan hikmah. Karena pada dasarnya, kamu punya andil besar untuk itu. Kamu yang yang  mengatur perasaanmu. Kamu yang dapat menentukan mau bahagia, atau terus-menerus sedih. Dan kamu telah banyak berguna."

Laporan kebingungan, "Berguna seperti apa?


Pena Ajaib tertawa, "Hahahaha. Bagaimana bisa kamu tidak mengetahui bahwa dirimu berharga. Memang terkadang kita seperti itu. Merasa kalau diri kita kurang berharga, tidak berguna. Padahal tidak melulu hal tersebut selalu berkaitan dengan hal yang besar. Bahkan Tuhan pun menjanjikan membalas kebaikan kita walau sebesar biji sawi. Coba bayangkan, biji sawi!! Jadi kamu tidak perlu bersedih, karena kamu tahu kalau kamu itu berguna. Meski tidak semua orang memberi penghargaan kepadamu. Atau sekedar berterima kasih kepadamu. "

Terlihat wajah Laporan yang kembali ceria. Dilahapnya pisang goreng yang sudah dingin itu. Segelas kopi dingin dihabiskan dalam seteguk. 

"Pena Ajaib, kamu memang sahabat terbaikku. Kamu mau menunjukkanku jalan yang benar, tidak langsung memarahiku tanpa sebab. Dan yang terpenting tidak begitu saja meninggalkanku."

Pena Ajaib tersipu, "Hahaha bagaimana bisa aku berpikir seperti itu. Kamu adalah seseorang yang mau berada di dekatku, dari sekian banyak orang yang ada. Dan aku melihat kegigihanmu. Aku mengagumi semua itu. Walau begitu, aku tahu kamu pun sama seperti yang lain, punya kekurangan. Buat apa aku mencari seseorang yang sempurna?" 


Reading Time:

Senin, Juni 22, 2020

Selamat hari ayah, Pak'e
Juni 22, 2020 2 Comments
Untuk ayahku, bapakku, Pak'e

Setiap hari engkau selalu sibuk 
Kuamati punggung mu yang semakin membungkuk
Siangpun engkau rela tidur di gubuk
Melawan beban hidup yang makin terpuruk


Awal masuk IPB (2015)

Sewaktu di rumah. Tidak seperti biasanya saat di kosan. Saat dulu masih SMA atau saat sedang berada di kosan. Beban berada di rumah terasa lebih berat. Dari rumah yang sederhana ini ternyata keluargaku seperti ini. 

Meski sederhana, tapi aku seakan merasakan kehangatan yang tidak terucap. Bapakku, tidak termasuk orang yang banyak bicara. Setiap pagi, beliau bangun lalu pagi bergegas ke sawah, subuh segera ke pasar jika ada sayur yang harus disetor ke pedagang. Siang hari istirahat pulang. Lalu sore pulang lagi ke rumah. Dan habis isya sudah tidur. Terkadang tidur larut malam jika ada wayang atau tontonan yang ia suka. Saat di rumah tidak ada, ya carilah di sawah. 

Terkadang dibuatnya sendiri ramuan dari tumbuh-tumbuhan herbal. Katanya sebagai obat yang manjur. Bisa untuk penghilang pegal, penghilang sakit. 

Terkadang beliau hanya butuh waktu untuk sekedar melepas penat. Mengeluarkan semua beban pikiran, yang lebih ia tonjolkan pada beban fisik yang yang diangkutnya. Berkeluh bahwa terasa sakit di punggungnya. 

Terkadang lucu. Aku pun geli mengingatnya. Saat-saat beliau harus menghadiri rapat atau menghadiri wisudaku. Bahkan di saat aku sakit. Pergi dari desa yang terletak di Ungaran ke Jogja (waktu rapat saat SMA) dan ke Bogor tentu sesuatu yang luar biasa baginya. Sehari-hari hanya sawah yang yang dijamahnya. Saat diberi bekal dan sebuah hape, bermodalkan keyakinan untuk ketemu anaknya. Sampailah beliau ke tempat yang ditujunya. 

Terkadang, aku khawatir karena beliau tak bisa mengoperasikan hape. Ditelpon pun ga diangkat. Apalagi di sms? Jika sedang di bus, bahkan aku tidak tahu sampai mana. Sudah turunkah ? Tahu angkot apakah? Tahu lokasi SMA ku kah? Tahu Dramaga manakah? 

Namun pada akhirnya, keyakinan dan tekadlah yang membantu menuntunnya. Hingga beliau dua kali datang di wisudaku. Pertama saat SMA di Bogor. Kedua saat wisuda sarjana di Dramaga. Dan aku berharap untuk ketiganya nanti saat sumpah. 

Tekadnya sama seperti saat beliau harus terus bertaruh di lapang, dan terus memikirkan "Apakah lebih baik menanam padi? Apakah lebih baik cabai? Atau mungkin mentimun saja? Sepertinya banyak yang mencari terong dan bayam?" Dan akhirnya pun beliau memilih untuk menanam semuanya, walau sedikit. Tentu bukan perkara mudah, untuk seorang pria lulusan SD tersebut. Ditambahlagi harus menyetor uang hasil panen ke pemilik sawah. Berbekal pengalaman dan kegigihannya serta kebutuhan yang yang  mendesak membuatnya mau tidak mau harus melakukannya dengan baik. 

Namun di kondisi itu, beliau masih tetap mengajarkanku kebaikan tanpa sekat. Saat panen, beliau menjual sayur-sayuran atau hasil a panen apapun. Tapi tak pernah absen untuk sekedar memberi tetangga sedikit hasil buminya. Kadang depan rumahku sangat ramai tetangga, entah ngobrol dengan kakak ipar, kakakku, atau nenek-nenekku, atau sekedar duduk di kursi depan rumah. Di situlah biasanya 'godokan telo' disuguhkan. Kadang kalau ada kimpol (mirip talas) tapi kecil, irisan you pepaya, goreng pisang, goreng ubi tak lupa diberikan. Saat memetik cabai, terong, timun tak lupa juga disisihkan untuk saudara dekat. Begitulah, tanpa ucap kata, perbuatan kecilnya itu ia ajarkan kepada anak-anak, anak mantu dan cucunya.  

Aku yang di sana, aku yang di sini. Tetap meminta dan mengharap uang saku dari kantong yang kering itu. "Pak, sangune".

Meski tidak cukup, ternyata bala bantuan dari saudara kandungku dan bantuan pemerintah membantuku sampai aku bisa saja tetap hidup berkecukupan selama ini di tanah rantau. Seperti tadi, keyakinan dan tekad cukup menjadi bekal utamaku. 

Selamat hari ayah, Pae. 


*Pas nulis ini lagu di radio pas banget, lagu dari Ebiet G Ade: Titip Rindu Buat Ayah
Reading Time:
Kaku
Juni 22, 20200 Comments
Pada mulanya
Seperti sebuah senja
Teduh oranye menyilaukan

Lambat laun 
Seberkas senyumu 
Tertimbun malam

Langit sepi
Tak ada bintang 
Bulanpun alfa

Hanya ada aku
Yang sedang 
Bermuram durja

Aku pikir inilah saatnya
Mulai berbicara
Tentang semua

Namun 
Jari ini kaku
Tuk sekedar menguncap rindu


Reading Time:

Senin, Juni 15, 2020

Tips Menjaga Kesehatan Tubuh Ala Nike dan Giam
Juni 15, 2020 2 Comments
Bagaimana kabar teman- teman sekalian? Sudah lama ya kita menjalani koas maupun kuliah secara daring di rumah. Tentunya sebagian ada yang masih di Dramaga, seperti teman kita Giam dan Nike. 

Giam dan Nike merupakan mahasiswa FKH IPB yang sedang menjalani koas. Mereka berdua mahasiswa internasional yang berasal dari Malaysia tapi sangat lancar berbahasa Indonesia lho dan tentunya mereka terkenal aktif di dunia olahraga IPB, baik di OMI (Olimpiade Mahasiswa IPB) atau di OLIVE (Olimpiade Veteriner).
 
Giam dan Nike saat di OMI 2019

   Sebelum ngobrol lebih lanjut Feni mau cerita sedikit nih tentang kehidupan mahasiswa kedokteran hewan. Jadwal kami yang padat dari Senin hingga Jumat, terkadang hingga Sabtu mengakibatkan badan terasa lebih mudah lelah. Banyak waktu dihabiskan di kampus untuk praktikum, kuliah, dan melakukan kegiatan lainnya seperti organisasi dan mengerjakan laporan. Dan kondisi pandemi yang mengharuskan kami di rumah terkadang menjadikan kami terlalu nyaman alias lebih banyak menghabiskan waktu untuk rebahan hehe... 

    Sebenarnya kita ga perlu khawatir lho, karena pada kesempatan ini kita mendapatkan kesempatan mengetahui rahasia Giam dan Nike tentang bagaimana cara mereka menjaga kesehatan badan. Yang sedang scrolling timeline twitter atau nongki di story ig boleh mampir dulu di sini, barangkali bisa semangat seperti mereka. hehe

    Setelah berbincang via Google Meet dengan mereka, Feni jadi tahu banyak nih tentang mereka dan  harus kita ketahui bahwa mereka ini selalu melakukan olahraga dengan rutin.  Jadi, rumus pertama untuk menjaga kesehatan dari mereka adalah Memiliki Jadwal Rutin Berolahraga. Kali pertama memang sulit dilakukan, sama halnya membangun sebuah kebiasaan. Kalau sudah dijadikan sebuah rutinitas, lama-kelamaan kita akan terbiasa dengan aktivitas yang telah kita jadwalkan tersebut. Kalau pepatah Jawa bilan Alon alon asal klakon (pelan-pelan asal terjadi). Kalau bahasa inggrisnya apa nih? Slow slow let it happen wkwk (Just kidding  :p)

    Nike dan Giam menambahkan bahwa kita tidak perlu seperti para ahli yang sudah sering melakukan olahraga berat, kita dapat memulai dari olahraga yang ringan, bahkan olahraga yang bisa dilakukan di rumah sekalipun tidak apa-apa. Lagipula saat ini merupakan kesempatan yang baik bagi kalian untuk lebih intens melakukannya bukan? Sooo... ayo kita Memulai olahraga ringan yang kita sukai atau yang bisa dilakukan dari rumah. Kita bisa melakukannya dengan minimal 30 menit setiap harinya. Kalau pas di kampus Feni suka ikut Giam lari di Gym lho hehe.. FYI, Nike punya channel Youtube nya sendiri juga lho. 

Bersepeda ke Curug Nanka 👏

    Sama halnya dengan kita, terkadang rasa malas pun juga bisa menghampiri mereka. Akan tetapi Giam selalu menekankan bahwa kita harus bisa Set Goals masing-masing. Kalau sudah punya tujuan maka kita akan lebih termotivasi untuk tetap melakukannya dengan rutin. Tentunya ga selalu tentang keinginan untuk kurus. Olahraga yang kita lakukan tidak lain berguna untuk menjaga kesehatan badan kita sendiri. 

Giam memasak 😍
Salah satu hasil masakannya

    Hal lain yang perlu dilakukan adalah Menjaga pola makan. Saat koas intramural, Giam bahkan sering membawa bekal lho. Karena kos Giam dan Nike berdekatan, mereka masak untuk berdua dan sesekali membawa masakan tersebut sebagai bekal. Memasak sendiri berarti kita telah menentukan mana yang lebih sehat untuk kita makan. Jadi kita dapat menjamin makanan tersebut bersih dan bergizi bagi kita. Ditambah lagi seringkali saat membeli makanan di luar porsi sayurannya sedikit. Tahu ga kalian mengenai update kekinian soal porsi makan ideal? 

50 persen porsi di piring kita adalah buah-buahan dan sayuran, untuk 50 persen selanjutnya adalah 1/3 lauk dan 2/3 nya makanan pokok yakni sumber karbohidrat.

      Mungkin masih susah ya buat kita lakukan. Apalagi jika bertemu makanan yang ramah bagi kantong mahasiswa, yakni gorengan. Saat aku tidak sempat sarapan, terkadang aku suka membeli gorengan. Kalau kalian gimana? Suka beli gorengan juga kan buat mengganjal perut? Haha..  Kata Nike dan Giam sama halnya di Indonesia, banyak juga dijajakan berbagai jenis gorengan di Malaysia. Perbedaannya terletak pada gaya hidup atau life style nya. Kalau di kita kan cenderung sangat bersahabat dengan gorengan. Saat di rumah pun hampir setiap hari Ibuk buat tempe goreng. hehe.. Tapi katanya kebiasaan makan gorengan kita bisa kurangin sedikit demi sedikit. Kurangin gorengan ya, fighting!

    Selain menjaga pola makan kita juga dapat mengonsumsi vitamin tambahan untuk mencapai daily fruits and vegetable intake. Ada tambahan nih dari Giam, dia memakai produk dari Nutrilite  untuk vitaminnya (bukan iklan yak wkwk) jika temen-teman ada yang mau beli produk yang sama, Giam juga mau ikut beli. Lebih lanjut bisa hubungin Giam yaa,,

    Bagi pejuang deadliners maupun SKS pasti ga asing sama begadang. Nyadar ga sih kalau tidur terlalu larut membuat tubuh kita engga bugar keesokan harinya? Untuk Nike, dia harus tidur minimal 5 jam agar keesokan harinya ia segar kembali. Tapi teman-teman semua harus tau kalau yang paling penting adalah bagaimana kita dapat membuat tidur kita menjadi lebih berkualitas

Banyak dari kita memiliki jadwal yang padat. Aktivitas yang dilakukan pun banyak menguras energi. Namun, sering lupa bahwa kita harus dapat menyeimbangkannya. Heatlhy lifestyle is based on EARN. Excercise, attitude, rest, and nutrition. 

Sekian jumpa kita kali ini, stay safe at home yaa. 







Reading Time:
Bincang dengan Bang Gembul: Ngasih Makan Kucing-Kucing Liar dengan Tim IPB Peduli Kucing
Juni 15, 20201 Comments
Bagaimana ya keaadaan kucing-kucing liar di IPB?
Apakah teman-teman juga memiliki pertanyaan yang sama?

    Terhitung sudah 4 bulan lamanya kampus IPB terkunci karena seluruh mahasiswa diharuskan menjalankan kuliah secara daring. Kondisi tersebut tidak hanya berdampak buruk bagi mahasiswa dan juga warga sekitar. Selama kampus kosong, kucing-kucing liar tidak mendapatkan sumber pakan. Artinya mereka bisa saja sangat kelaparan bila terus-menerus tidak makan. 

Tim IPB Peduli Kucing

    Kekhawatiran tersebut dijawab oleh  Prakoso Muslim Sembodo atau yang kerap disapa Bang Gembul. Bang Gembul saat ini aktif sebagai mahasiswa koas FKH, namun sama halnya dengan yang lain harus menjalankan aktivitas perkuliahan secara daring. Bang Gembul memutuskan untuk tidak pulang ke kampung halamannya, sehingga saat ini masih berada di kosannya yang berada di perumahan dosen, di dalam kampus IPB.  Bang Gembul sangat aktif mengikuti organisasi dan komunitas, dan saat ini menjadi Koordinator IPB Peduli Kucing. 

Bang Gembul

Sebetulnya apa sih IPB Peduli kucing itu? Dan kenapa bisa terbentuk? 
    Pada mulanya Bang Gembul merasakan sedikit kegabutan dan berusaha keliling-keliling kampus dan  melihat kondisi hewan liar di lingkungan kampus. Bang Gembul khawatir karena kampus kosong sehingga tidak ada sumber makanan bagi kucing-kucing liar. 
"Walaupun aku bukan cat person atau cat lovers tapi melihat kondisi tersebut hati nurani ku jadi tersentuh", imbuhnya. 
  Bang Gembul tergerak untuk membagikan pakan kucing yang ia dapat dari seseorang. Mulai dari membagikannya untuk kucing-kucing di kampus, akhirnya ia pun bertemu dengan seorang dosen  bernama Pak Iyep yang melakukan hal yang sama. Pak Iyep merupakan seorang cat lover, di rumahnya beliau memiliki sekitar 20 kucing. Pak Iyep ini memprakarsai adanya open donation, sehingga banyak yang memberikan donasi dan dapat digunakan untuk memberikan pakan bagi kucing-kucing di lingkungan kampus.  
    Bang Gembul membagikan makanan kucing yang berasal dari donasi orang-orang yang dikumpulkan Pak Iyep. Saat bertugas Bang Gembul kerap membagikan kegiatan yang ia lakukan di akun sosial media pribadinya. Lama-kelamaan antusiasme teman-teman begitu tinggi, sehingga banyak juga yang ingin bergabung melakukan kegiatan tersebut. Maka dari itu, Bang Gembul pun mengambil jatah pakan lebih banyak dari Pak Iyep. 


 Apakah sejauh ini efektif pemberiannya?  
     Sistem pemberian pakan kucingnya adalah dengan menempatkan toples pakan yang tersebar di 25 titik. Toples ditaruh di post satpam dengan note sehingga saat pengisian tahu berapa jumlah yang perlu dimasukkan dalam toples. Hal tersebut mengingat pandemi dapat berlangsung lama sehingga kucing-kucing pun akan tetap butuh pakan tambahan selama ini dan harapannya pemberiannya dapat berjalan secara efektif. 


                                   

Stok pakan kucingnya apakah aman?
       Menurut sensus sejauh ini ada sekitar 200 ekor kucing di IPB dan butuh total dua karung untuk setiap minggunya.  Jika keadaannya terus seperti ini ditakutkan dua karung tidaklah cukup. Muncul lah ide baru yang digagas oleh Bang Gembul bersama tim, yakni pembentukan akun sosmed khusus bernama IPB Peduli Kucing. Saat ini IPB Peduli Kucing memiliki akun instagram, twitter, dan channel Youtube. Tujuan dibuatnya akun ini adalah agar orang-orang yang sedang berada di rumah tidak khawatir akan keadaan kucing-kucing liar di lingkungan kampus. Ternyata efek dari sosmed begitu besar. Saat dibuka donasi banyak yang tergugah untuk memberikan donasi. Bahkan setiap minggunya makin banyak yang tertarik untuk berpartisipasi secara langsung maupun tidak langsung dengan cara ikut berdonasi. 

Pengendalian populasi kucing liar di IPB?
    Karena kebetulan juga bergerak juga di ranah medis, Bang Gembul dan tim menggagas sterilisasi kucing IPB Bertahap 2020. Gagasan tersebut mendapatkan banyak dukungan dari para dosen, dokter, dan alumni. Jika lancar kegiatan tersebut akan dimulai pada akhir bulan ini atau awal Juli nanti. Mohon doanya ya teman-teman! 
    Sterilisasi yang fokus pada betina ini bertujuan agar tidak menarik jantan yang berada di luar kampus sehingga diharapkan dapat menekan jumlah populasi kucing liar di dalam kampus. Nantinya, Bang Gembul dan tim juga akan memberi tanda berupa kalung handmade bagi kucing yang sudah disterilisasi. 


                                   

Perubahan sebelum dan setelah ada kegiatan ini?
    Saat kondisi normal biasanya kucing liar di IPB cari tulang atau sisa makanan di tempat sampah. Insting kucing liar kuat buat nyari makanan seperti itu. Sering pula mahasiswa membawa pakan kucing yang ditaruh di dalam botol kecil sehingga muat untuk dibawa dalam tas. Pakan tersebut lalu diberi ke kucing yang mereka lihat di jalanan. Kucing-kucing liar yang berada dalam kampus di sekitar kantin terlihat cukup sehat. Saat pandemi dengan adanya kegiatan seperti ini terlihat kucingnya jadi lebih gemuk-gemuk. 

Apakah hanya diperuntukkan untuk kucing saja?
    Ternyata tidak lho. Kegiatan IPB Peduli Kucing ini tidak terbatas hanya untuk kucing saja. Di lingkungan kampus menurut sensus yang dilakukan tim ada sekitar belasan hingga duapuluhan anjing. Maka dari itu disediakan pula pakan khusus anjing, terkadang disediakan nasi dan kepala ayam. 

Kalau ada yang ingin ikut?
    Anggota IPB Peduli Kucing dengan Pak Iyep sebagai pembina ini merekrut anggotanya dari kegiatan yang dilakukan setiap hari Minggu yang dimulai dari jam 08.00 di FKH. Peserta yang datang akan didata untuk kemudian dimasukkan ke WA grup agar mendapatkan update info seputar kegiatan ini. Jika kita hanya ikut sesekali pun tidak masalah. Kegiatan ini sangat terbuka bagi siapapun. 

Kalau ada yang takut anjing atau kucing bisa tetap ikut?
      Saaaangat bisa. Teman-teman yang ingin membantu tapi masih tidak terlalu berani untuk dekat-dekat dengan kucing atau anjing tetap bisa datang lho. Bisa datang untuk foto-foto atau sekedar membantu membawa pakan. Kalau tidak bisa juga teman-teman tetap bisa berkontribusi dengan ikut berdonasi, atau dengan ikut menyebarluaskan kegiatan ini. 
    Bang Gembul juga berpesan seperti ini, "Jika temen-teman hanya ikut sesekali tidak apa-apa. Aku ingin orang orang merasakan feelnya, ketika orang-orang nge-share akan banyak yang tahu kegiatan ini. Sebenarnya aku sendiri saja bisa untuk ngisi toples di 25 titik di IPB. Tapi kalau aku sudah ga bisa nanti siapa yang gantiin? Maka dari itu aku ngajak teman-teman buat ikutan peduli."

Cara berdonasi?
    Untuk info lengkap cara berdonasi ada di bawah ini gengs... so cekidot!


Tanggapan  tentang kondisi kampus lain?
    Sebenarnya Feni sangat penasaran dengan kondisi kampus lain nih gengs. Gimana ya keadaan kucing-kucing di tempat tersebut kalau lagi kondisi pandemi ini? Nah kalau menurutku sih bakal sama ya kondisinya. Semoga saja ada yang memiliki niatan seperti temen-temen IPB Peduli Kucing. Bang Gembul pun berpesan seperti ini, "Jika kondisi sama di-lockdown, kampus dikunci, pasti bakal banyak kucing yang seperti itu. Kalau ada niatan bisa dilakukan. Walaupun bukan cat lovers tapi bisa bermodalkan untuk melakukan kegiatan dan itu tidak merugikan ya bisa saja dilakukan. Selagi ada niat baik yang mau dilakukan akan ada jalan." 
    Nah walaupun Feni mahasiswa kedokteran hewan, tapi Feni bukan seorang cat person lho. Tapi kalau lihat ada kucing mendekat dan mencari makan setidaknya mengusirnya secara halus apabila dirasa mengganggu. Jika sedang makan ikan atau ayam ya bisa disisakan untuk mereka. Kalau ada yang masih suka pukul kucing atau ngasih racun anjing tidak sepatutnya hal tersebut terjadi. Kita bisa lho mengajak orang-orang tersebut secara personal agar tidak mengulangi perbuatannya. 
    Pesan Bang Gembul pada akhir wawancara nih, "Pada hakikatnya manusia dan hewan itu dapat hidup berdampingan, tinggal bagaimana manusianya menyikapi hal tersebut. Karena manusia yang dikaruniai akal, maka manusialah yang harusnya berfikir bagaimana agar terciptanya keharmonisan antar kedua makhluk ini, bukan malah menyalahkan hewan liar yang menggangu." 



Gimana teman-teman? Sangat menginspirasi bukan? Ayo kunjungi lama sosial media IPB Peduli Kucing ya untuk tahu info terbaru!





Reading Time:

Jumat, Juni 05, 2020

Kejadian Konyol: Lupa Tanggal Lahir
Juni 05, 2020 2 Comments
Bu, saya juga ulang tahun, kok ga disuruh maju?

Lagi-lagi saya terus menerus keinget akan hal di luar nalar yang saya lakukan semasa dulu. Terkadang ada saat kita tidak lagi ingat akan hari ulang tahun karena sebuah kesibukan. Atau mungkin sudah tidak ingin meningatnya karena sebab lain yang mengilukan. Tapi berbeda dengan kasus yang saya alami. 

Waktu itu saat saya masih duduk di bangku sekolah dasar, mungkin kelas dua atau kelas tiga.Waktu itu ibu guru memandu kami sekelas agar memberi kejutan kepada teman kita. Kejutannya sederhana. Teman yang sedang ulang tahun tersebut dipanggil Ibu guru ke depan. Lalu kami bertugas menyanyikan lagu Selamat Ulang Tahun sambil bertepuk tangan. Entah bagaimana jalannya refleks saya, sampai-sampai saya mengacungkan jari dan berkata, "Bu, kok saya ga disuruh maju? Saya juga ulang tahun?" 
Lantas semuanya jadi hening. 
"Sekarang kan tanggal 31 Juni. Emang kamu juga ulang tahun?"
"Seingat saya seperti itu, Bu."
Lantas Ibu guru pun membuka buku absensi yang ada catatan tanggal lahir, "Ini bukan"
"Masa sih, Bu. Saya ingatnya sekarang Bu, sama seperti dia"
Ibu guru tidak bertanya lagi, dan segera menyuruh saya untuk ikut maju ke depan bersama teman saya. 




'Selamat Ulang Tahun kami ucapkan...'

Seiring bertambahnya umur, saya baru menyadari bahwa muka Ibu guru yang penuh tanda tanya tersebut sedang tidak ingin diajak ribut. Mungkin dalam benaknya ia tidak ingin mengecewakan hati seorang anak kecil yang rapuh seperti saya. Atau mungkin sedang bertanya-tanya apakah dirinya sudah salah melakukan pendataan murid-muridnya. Di sisi lain, toh tidak ada ruginya hanya nyanyian ulang tahun saja. 

"Oke, Selamat ulang tahun ya buat kalian, semoga jadi murid yang pandai. Silakan duduk di tempat masing-masing"


Psstt Ulang Tahun saya yang sebenarnya tanggal 31 Januari, barangkali ada yang mau ngasih kado hehe


Reading Time:
Kejadian konyol: Sakit-sakitan dek, bukan beneran?
Juni 05, 20200 Comments
Mobil-mobilan, rumah-rumahan, kuda-kudaan, semuanya mainan. Kalau sakit-sakitan berarti sakit yang dimainkan, bukan?

Dulu sewaktu SD, kepolosanku memang tidak ketulungan. Pada zamannya sinetron Tersanjung sangat terkenal. Setiap hari televisi di rumah nyala dengan tayangan yang bertahan hingga ratusan episode tersebut. Sebagai anak, terkadang saya hanya bisa mengalah. Dan ikut menonton beberapa adegan di sinetron tersebut. Wah dalah, kalau mau penuh pun pusing yang ada. Lagipula panggilan main di luar sana sangat banyak. Mending main di luar. 

Jadi, aku ingat sekali adegan pada saat seorang anak menangis karena kakeknya sakit-sakitan. Di situ, aku memandangi sinetron tersebut dengan penuh khidmat. Berusaha mencerna makna tangisan anak tersebut. Padahal kan katanya kakeknya sedang sakit-sakitan. Padahal tetangga sebelah saja anaknya punya kuda-kudaan yang baru dibeli setelah karyawisata sangat senang. Lha ini, kenapa sedih ya. Pikirku saat itu. 

Lantas, seseorang bijak berpesan pada saya bahwa maksud dari sakit-sakitan bukanlah seperti yang saya bayangkan. Benar bahwa, mobil-mobilan, kuda-kudaan, dan rumah-rumahan merupakan sebuah mainan. Tapi, sakit-sakitan berbeda. Itu artinya bahwa sakit-sakitan menggambarkan kondisi seseorang yang terus-terusan sakit. Bukan sakit yang dibuat-buat, atau mainan sakit, atau apalah itu. 

Jadi gausah beli sakit-sakitan ya, beli uang-uangan aja. 
Eh, uang kok dibeli pake uang? :v
Reading Time:

Minggu, Mei 31, 2020

Ngobrol Bareng Nita, Mahasiswa FKH IPB yang Aktif di Organisasi Internasional
Mei 31, 20200 Comments
Hai, kembali lagi di sekilas 'Sosok', tentunya di  blog ini! Kali ini, sangat disayangkan jika kalian tidak membacanya dengan lengkap, karena setiap kata yang diucapkan Nita sangatlah menginspirasi. 

Mari berkenalan terlebih dahulu dengan Nita. Seorang lulusan Fakultas Kedokteran Hewan IPB ini lulus sarjana di umurnya yang masih sangat muda, yakni 20 tahun. Sosok yang kerap disapa Nita atau Cahyani ini bernama lengkap Cahyani Fortunitawanli. Selain berprestasi dengan hasil yang memuaskan, cumlaude, dia ini juga sangat aktif di berbagai organisasi lokal maupun internasional, lho! FYI, Nita ini teman seangkatanku di kampus hehe ^^

Nita saat Wisuda
Karena WFH, wawancara yang aku lakukan ini melalui Whatsapp via voice note. Ayo simak wawancara lengkapku dengan Nita, Le ets Cekidottttt!

Oiya satu lagi nih, selayang pandang tentang Nita. Nita saat ini menjabat sebagai Public Relations Coordinator di IVSA Global. IVSA (International Veterinary Students Association) itu merupakan organisasi mahasiswa kedokteran hewan internasional yang memiliki anggota dari 73 negara. Untuk lebih lengkapnya bisa dilihat di sini. Untuk ke depannya Nita akan melanjutkan koas agar ia tahu bagian mana yang kira-kira cocok buat dia nanti. Rencana jangka panjangnya, ia ingin melanjutkan S2. 

Penasaran nih sama alasan Nita. Apa yang membuat Nita kuliah jurusan kedokteran hewan. Dan memilih di dalam negeri alih2 di luar negeri?
Jadi dulu pas masih kecil berangan-angan kalau dewasa nanti kerja jadi apa ya? Kalau menurutku kalau kita suka apa yang kita lakukan, kerja itu bukan untuk hidup, jadi pekerjaan akan gak kerasa seperti pekerjaan.  Selain itu memang dari kecil aku suka hewan dan sudah pengen jadi dokter hewan, makanya pilih ini. 
Kalau alasan milih dalam negeri itu karena dari SMA memang memilih di IPB, jadi daftar SNMPTN di IPB, karena IPB yang menurutku nomor satu di Indonesia. Tapi sembari nunggu aku juga coba-coba ke luar negeri. Tapi ternyata pas nunggu hasil SNMPTN, yang di luar negeri udah tutup semua untuk bidang medis, seperti kedokteran umum dan kedokteran hewan. Akhirnya aku tetap nyoba dan dapet di jurusan konservasi satwa liar di Inggris. Tapi sistemnya ada foundation dulu, kalau di Amerika itu sama seperti college.  Di foundation kita perlu untuk 3 tahun dulu setelah lulus SMA, baru bisa masuk kuliah setelah itu. Alasan lain juga, karena kedua kakakku udah di luar negeri dan aku sendiri yang di Indonesia, jadi bisa nemenin orang tua di rumah. Sebenarnya alasan yang paling utama itu karena perlu 3 tahun dulu dan biayanya sangat tinggi, meskipun udah dapat beasiswa tapi masih tetap tinggi biayanya. Maka dari itu aku memutuskan untuk di Indonesia aja, dan akhirnya bisa masuk FKH IPB keterima lewat jalur SBMPTN. 

Kalau boleh tau kesibukan Nita waktu masih aktif di kampus itu apa aja sih? 
Kesibukan waktu masih di kampus itu dari awal masuk aku aktif di IAAS dan UKF,  lumayan aktif di keduanya dan di IAAS aku juga pernah berkesempatan jadi panitia IAAS World Congress. Selesai dari itu, aku daftar IMAKAHI dan kepilih jadi kadep Infokom, lalu jadi BPIC  (Badan pengawas IMAKAHI cabang IPB), pernah juga jadi kadiv Mukernas IMAKAHI IPB. Aku memang lebih banyak geliatnya di IMAKAHI tapi aku juga bantu-bantu di HKSA juga. 
Waktu itu aku ikut kegiatan volunteer di Singapura waktu kongres WSAVA (World Small Animal Veterinary Association). Pernah juga ikut sebagai delegasi di Polandia dan Di Krakow pada The 67th Congress IVSA. Di kongres tersebut aku ngajuin jadi sekretaris, jadi sekalian jalan BPIC aku juga menjabat jadi sektretaris. Awalnya ga mau lanjut, tapi aku akhirnya jadi Public Relations Coordinator, dan kebetulan aku satu-satunya yang dari Asia yang ada di excecutive committeenya, waktu itu mikirnya karena pas jadi sekretaris aku udah satu tahun, tapi belum bisa ngelepas karena ngerasa belum ada calon yang pas, jadi sekalian buka jalan juga biar dari Asia bisa ada yang masuk IVSA Global. 

Waktu ikut volunteer

Pas di masa-masa akhir kuliah, aku sempat bantuin proyek membuat video, dan mulai jadi freelancer ngerjain desain di ICO IPB, terus akhirnya dari situ aku bantu translate artikel ke Bahasa Inggris di ICO dan masih berjalan sampai sekarang. 
Oiya satu lagi, aku juga ikut kegiatan WWF, dari tahun ketiga kuliah aku daftar jadi volunteer bagian Panda Mobile. Kegiatannya kita ke sekolah atau ke tempat-tempat tertentu buat ngasih edukasi tentang konservasi  ke anak-anak dengan truk Panda dari WWF. 


 Kegiatan Panda Mobile

Bagaimana sih caranya punya kepercayaan diri buat jd volunteer di acara-acara besar bahkan jadi bagian organisasinya? 
Sebenarnya ngga ada alasan buat ngga percaya diri sih, asalkan kita selalu mau belajar dan memiliki mindset yang baik, di sana ngga mengharapkan dibayar atau apa. Sebenarnya tujuan utama ikut karena kita ingin bermanfaat. Memang ada satu bekal, yakni pemahaman Bahasa Inggris yang baik jika ingin ikut kegiatan IVSA, tapi bukan jadi halangan untuk buat kita ngga PD. Justru jadi kesempatan bagi kita untuk belajar. 
Kalau acara-acara PDHI misalnya Indopet Show atau Indo Livestock, itu juga kan acara IMAKAHI karena volunteernya juga dari mahasiswa. Acara tersebut bagus karena menjadikan kita dapat bertemu dengan calon kolega kita yang berasal dari berbagai universitas di Indonesia. 
Yang aku suka dari ikut acara maupun organisasi ini adalah aku dapat bertemu dengan orang-orang yang memiliki minat yang sama, mereka semua punya perspektif masing-masing, jadi bisa belajar. Karena jika saat nanti kita bertemu kolega di luar sana, bisa timbul mindset bersaing, jadi kalau ikut kegiatan-kegiatan seperti ini menjadikan kita lebih mengedepankan solidaritas karena kita berasal dari bidang yang sama, meskipun berasal dari alumni yang beda. 

Acara Indo Livestock

Volunteering itu sangat asik, walaupun ngga dibayar karena kita bisa belajar. Aku juga senang karena ketemu banyak teman, semakin luas jaringan kita semakin banyak pula kesempatan yang bisa kita dapetin. Mana tau kita akan dapat kesempatan baik dari teman yang kita kenal di acara tersebut. Jika kita daftar, terus kita lolos kan sebenarnya banyak orang yang ga punya kesempatan yang sama. Embrace the opportunity, yah step up and embrace it! Kalau ngga keterima kan ngga masalah, kita ngga pernah dikasih batas buat nyoba lagi. Kalau misal ga dapet mungkin kita ditunjukkan kesempatan lain. So, have good mindset, you don't have to overthink it! Jadi sekarang kuatkan tekad kalau kita itu mau belajar, mau ketemu temen, dan be like a sponge, bisa nyerap semua yang aku alamin, karena kesempatan itu biasanya ngga lama kan, 1 minggu atau berapa hari, jadi maksimalkan kesempatan itu buat jadi the best version of ourselves so we can get the most of the experience. 

Embrace the opportunity, yah step up and embrace it!

Aku juga mau nambahin, sebenarnya kita ngga usah merasa inferior ya, karena sebenarnya mereka semua yang asalnya entah dari Eropa, Amerika, atau negara Asia lain, mereka sama seperti kita, kita sebenarnya mempelajari hal-hal yang sama, walaupun kurikulumnya sedikit berbeda, dan kita sama-sama seorang pelajar. Ngga usah merasa lebih rendah, mereka juga calon kolega kita. Jadi, santai aja asalkan kita punya niat yang baik, jadi ngga ada masalah, walaupun ada masalah tapi kita bisa ngehadapinya. Sekali lagi, kita ngga boleh takut akan hal yang berbau internasional, karena sama seperti aku, awalnya aku juga ngga tahu kalau sesuatu itu aku pikir terlalu tinggi levelnya buat aku, tapi pas dilakuin ternyata itu masih di batas kapasitas aku. Jadi kalau kita ngga nyoba kita ngga bakal tau apa yang bisa atau yang benar-benar ngga bisa kita lakuin.

Nita bersama Excevutive Committee IVSA Global

Kalau untuk tau update kegiatan atau acara-acaranya, bagaimana Nit?
Bisa di media sosial atau website mereka karena pasti ada update kegiatannya. Kalau misal ngga buka khusus, bisa kirim email ke perusahaan atau lembaga yang kita tuju. Oiya, kalau di kampus kan juga banyak kegiatan volunteer, maksimalkan kesempatannya. 

Oiya, bagaimana sih Nita ngatur waktu antara organisasi dan kuliah, sama ngejalanin hobinya Nita? 
Ngatur waktu antara organisasi dan kuliah itu tergantung masing-masing orang. Kalau aku, jangan ngelakuin hal lain apabila besok ada ujian selain belajar. Kalau pas kuliah biasa, aku itu termasuk orang yang harus melakukan sesuatu hal, kalau habis kuliah langsung pulang ngga ada yang dilakuin aku malah ngga ngelakuin apa-apa. Mungkin ga bisa diem kali ya, makanya ikut organsisasi. Memang iya, kalau ikut organisasi itu bisa bikin sibuk banget tapi mending karena menurut aku bisa membuat waktu kita lebih produktif. 


Waktu di IAAS menurutku proyeknya banyak yang dilakukin, mbak pen juga tahu kan (iya nit haha) di External aja bisa dalam satu periode kita bisa punya 3 proker yang berbeda. Itu menurutku paling parah sih, karena setiap malam aku ngga bisa tidur dengan tenang, ngga bisa pulang ke kamar langsung ke kasur terus tidur karena ada aja yang belum beres yang harus dikerjain. Tapi setelah dari itu, aku jadi lebih bisa, seperti misalnya kalau ngebuat poster dulu itu lama, tapi sekarang bisalah 30 menitan beres, karena ya dari pengalaman itu jadi aku bisa buat lebih efisien lagi. Aku juga ngerasa perubahan kalau sekarang aku lebih santai. Kita juga ngga usah terlalu pusing dan terlalu stress, kita harus ngerjain suatu hal sesuai dari pace kita masing-masing. Kita harus bisa alokasikan waktu berapa lama kita ngerjain suatu hal. 
Sesibuk apapun kita, pasti kan punya waktu luang ya, jadi karena aku ngga bisa diam aku alokasikan waktu luang untuk ngelakuin hobi. Hobi aku dari dulu itu gambar, tapi pas kuliah sepertinya aku jarang punya waktu luang deh, hehe. 

Di masa depan, nita ingin berkiprah di bagian apa?
Ehm, pertanyaan ini paling susah hehe. Aku merasa jawaban aku belum fix karena masih bisa berubah di masa depan.  Kalau pada umumnya aku ingin berkiprah di kedokteran hewan, terutama hewan kecil atau hewan kesayangan. Kalau bisa sih aku pengennya masih terlibat di NGO, tapi aku juga pengen memanfaatkan skill kedokteran hewan yang aku punya, mungkin kalau bisa ke OIE aku pengen ke sana.  Tapi belum pasti, ehm yang pasti ngga jauh-jauh dari bidang kedokteran hewan. Sebenarnya aku masih punya impian-impian lain yang aku pengen capai di masa depan, tapi aku belum bisa ngasih tahu sekarang, karena masih jauh jadi aku masih menyimpannnya untuk diri sendiri. 

Setelah ngobrol bareng Nita, aku dapat pesan yang luar biasa. Seperti saat dulu pun aku juga ngelakuin banyak hal yang ga tentu. Coba kegiatan sana-sini dan aktif sana-sini. Tapi kadang masih saja takut untuk mengikuti suatu hal. Padahal sebenarnya ngga ada salahnya juga buat nyoba hal yang berbeda dan siapa tahu kapasitas kita bisa kok, karena gabakal tau kalau kita engga nyoba, bukan? Dan, seperti yang Nita bilang kalau kegiatan yang berbau internasional itu ga selamanya menyeramkan, asalkan kita mau nyoba dan mau belajar. Oiya, nambah relasi dengan ikut kegiatan yang sesuai dengan bidang kita memang asik sih. Aku juga pernah ikut jadi volunteer Indopet Show dan bisa dapat kenalan teman dari berbagai kampus.

Bagaimana teman-teman, merinding bukan? Ayo kita semangat seperti Nita! Be the best version of ourselves! Berbeda itu engga masalah, siapa tahu orang juga ikut termotivasi membawa perubahan baik berkat kita. 

Kalau mau tahu Nita lebih lanjut, bisa kunjungi instagram @cahyanifortunita atau @ivsaglobal




Reading Time:

Senin, Mei 25, 2020

I Try to Solve The Unsolved
Mei 25, 20200 Comments
Well, do you remember about everything?
Did you ever think about it the same way?
Why I asked a lot of questions?

Neither you, 
I never known that
Yet, I try to solve the unsolved

After a lot of coincidence
some might be come right after my intention
or yours?
                
Hahaha.. 
Those laughing words means a lot to me
But how often since I really paid attention to that?

wkwk 
Actually those secret means everything to me
though when I only gave 'yes' or 'no'
for every questions you gave

Just right beside you, 
I already feel safe

I wish I could stop the ticking time
Beneath the star after the moon
When you gave the ride
to walk me home

     I just love those little conversation
     where we spoke about nonsense 
    I just love those small talk
    which I wish to become big talk

Someday I wish I could tell what I really feel
I could tell now right away
but, 
my fear is bigger than my faith

       Right this time,
       I don't want to burn my ego
       wanting you is so frustating
      Like always, give me time to be with you, 
        longer, 
       safer, 
      warmer, 





Reading Time:
Berkenalan Denganku, dengan Diri Sendiri
Mei 25, 20200 Comments
Pepatah bijak berkata bahwa, perkenalan dengan diri sendiri lebih sulit dan membutuhkan waktu. 

AB? Aquarius? INFJ?

Begitulah kira-kira keputusan sebuah personality test yang ternyata tidak terlalu membosankan, hingga akhirnya aku termasuk karakter INFJ-alias introvert-iNtuition-Feeling-Judging. Terkadang aku bersyukur bahwa aku sangat terbantu mengenali diri sendiri. 

Terdengar aneh sih, dengan perpaduan bahwa aku termasuk orang dengan golongan darah AB, yang katanya termasuk pemilik golongan darah dengan persentase terkecil di bumi. Begitupun dengan karakter INFJ. Karakter tersebut ternyata juga tergolong ke dalam karakter langka yang dimiliki oleh orang-orang di bumi. Dan Aquarius? Tidak langka sih, akan tetapi hal tersebut malah menambah bukti bahwa aku ini orang langka, lho. hehe. 

Banyak orang memperbincangkan kalau orang dengan golongan darah AB termasuk orang yang unik, begitupun INFJ, juga Aquarius. Hahaha. 

Pantas saja, terkadang aku merasakan saat aku ini terlalu berbeda dengan orang kebanyakan, bahkan dengan orang-orang di sekitarku. Meskipun begitu, aku tetap berusaha untuk bergaul dengan yang lainnya. Akan tetapi selalu tiba saatnya saat aku selalu mempertanyakan diriku sendiri, sulit untuk benar-benar menemukan teman yang klop dengan apa yang sedang kupikirkan maupun kulakukan. 

Sulit dipahami. 
Menjadi seseorang yang dilahirkan dengan karakter unik membuat tidak banyak orang yang memahami maksud perbuatan yang dilakukan olehku. Sebenarnya memang terkadang jiwaku ini secara natural ingin melakukan hal-hal di luar nalar. Di sisi lain, aku terkadang tidak suka dengan hal yang dilakukan oleh orang di luar nalarku. Beberapa teman memang dengan gamblang mengatakan kalau sulit untuk mengetahui apa maksud dari perbuatan yang aku lakukan. Namun, banyak juga teman-temanku yang sangat mengerti dan memahami benar bahwa aku pasti memiliki maksud dan tujuan atas berbagai tindakan yang sedang aku lakukan. Thanks ya my dearest friend yang sudah memahamiku. 

Memiliki kepribadian hangat.
Maaf ya jika aku ingin menonjolkan karakterku, tapi kali ini memang ditujukan agar aku lebih mengenal diri sendiri. Hehe. Tentunya sekaligus ingin menghibur diri yang terkadang kurang bersyukur ini. 
Tak ayal memang aku akan berusaha untuk membuat orang-orang terdekatku merasa bahagia dan berharga berada di sampingku. Walau hanya dengan sebuah kartu ucapan berisi sebuah kata-kata dari internet, aku akan mencoba membuatnya karena aku merasa bahagia setelah melakukan hal tersebut. Seperti ada yang kurang jika aku tidak melakukannya. Tapi entah kenapa aku terkadang cukup tidak percaya diri memikirkan reaksi orang terhadap apa yang aku buat. Seperti waktu valentine misalnya, aku membuat bingkisan kecil tapi karena keterbatasan suatu hal, aku membuatnya tidak terlalu baik. Hahaha, tapi tidak apalah, aku bahagia saat mereka mencoba memilih secara acak,, hingga akhirnya tiba di sebuah tulisan kecil. Semoga tulisan tersebut dapat membahagiakan mereka ya, meskipun kadang ada tulisan yang bikin baper sih hahaha. 

You deserve as much love as you give to everyone else. 
Ya benar sekali. Dengan sebuah kalimat mantra tersebut, aku harus selalu berusaha membuat diriku yakin bahwa apa yang telah aku lakukan terhadap oleh orang lain akan terbalas dengan suatu kebaikan pula, dan belum tentu orang tersebut yang akan melakukannya. Tetapi tetap saja, aku juga harus memikirkan kebahagiaan diri sendiri. Terkadang sulit sih untuk mengungkapkan hal yang aku suka, demi mengedepankan orang lain.Eits,, jangan terlalu dipupuk sih toh nanti malah ketahan-tahan dan akhirnya membuat patah hati. Walau kadang aku sendiri mempertanyakan kapan ya ada orang yang benar-benar menyanyangi dengan tulus hihi. Udah ada kok tentunya cuman kurang hahaha.
Tapi aku tetap berpegang prinsip dan ingin selalu mengulang prinsipku bahwa, tidak boleh menggantungkan harapan terhadap seseorang. Kasih sayang yang aku berikan ke teman-teman sekitar semuanya aku coba untuk lakukan setulus mungkin. Hal tersebut sangat membuat diriku bahagia ketika sudah melakukannya. Jadi jika ada yang tanpa sengaja membaca ini, wahai temanku, insyaAllah tulus aku hehe. Maap2 ya kadang aku lebay terlalu perhatian ke kamu. Tapi mau gimana lagi yak aku emang gini. Maap juga kalau kadang cuek haha. 

Butuh energi buat diri sendiri. 
Emang ya kalau selepas mengikuti bejibun kegiatan sosial, selalu ada saat aku membutuhkan waktu dengan diri sendiri. Banyak hal yang aku lakukan saat sendiri, entah itu baca buku, hanya sekedar dengerin musik kesukaan, ngelihat masa depan haha. Tuh kan ga jelas, ya begitulah. Semakin banyak energi yang kuhabiskan dengan orang, semakin banyak pula energi yang kuperlukan untuk merecharge diriku kembali. 

Feeling so nostalgic
Uwa bener banget sih. Aku sangat senang menyimpan berbagai hal seperti kartu ucapan, surat atau tulisan-tulisan yang diberikan orang kepadaku. Selain aku suka memberikan orang surat, akupun suka menyimpannya. Haha. Saat ada waktu lenggang, atau saat lagi sedih-sedihnya aku akan melihat kembali surat tersebut. Entah menurut kalian gimana, tapi menurutku, melakukan hal tersebut seakan memiliki kekuatan magis, sehingga dapat memberikan asupan semangat. 

Sulit bercerita sekalinya bisa...
Ngerasa banget bahwa aku ini sangat seneng ngedengerin daripada bercerita. Jadi seneng kalau punya partner yang lebih suka cerita atau memulai percakapan. Kadang tuh kalau cerita bawaannya banyak, mikirin apakah aku bener ya ceritanya, gini ga sih, eh lupa ternyata bukan ini aja, sampai mana ya tadi, bagian ini perlu diceritakan ga ya, eh kalaman gasih aku ceritanya, kok wajah dia gitu, kok matanya ga ngeliatin aku? Tapi sekalinya aku menggebu-gebu, aku tidak akan memikirkan semua hal itu, Langung aja nyerocos ga habis-habis. 

to be continued...







Reading Time:

Kamis, Mei 21, 2020

Mungkin Bukan Hanya Kamu
Mei 21, 20200 Comments
Bumi bukan hanya berputar untuk kita.
 
Pernah ga sih ngerasa, kalau sesuatu yang menimpa di hidup kita terasa begitu berat. Seakan semua beban sedang kita pikul sendirian. Tidak ada satupun orang yang bisa diandalakan, bahkan keluarga atau teman terdekat. Semuanya benar-benar tidak bisa diharapkan. Seakan-akan semesta pun tidak berpihak pada kita. 

Pemikiran ini muncul kembali setelah aku menuntaskan Reply 1988 dan Reply 1944. Berhubung aku ketinggalan update dan baru menontonnya di tahun 2020, aku tidak menyelesaikan semua serinya, dan alih-alih dari 94 malah mencoba yang 1988 terlebih dahulu. Dan rasanya, jiwaku seperti terguncang. Drama tersebut sangat dekat dengan kehidupan kita sehari-hari. Bercerita tentang kekeluargaan, pertemanan, romansa, pekerjaan, dan berbagai masalah hidup lainnya. Tapi pasti terdapat pelajaran yang dapat kita petik dari drama tersebut. Aku sangat kagum terhadap perjuangan dan kasih sayang yang tercipta dalam drama. 

'Terkadang, orang asing lebih baik daripada keluarga dekat'
Karena berkisah tentang persahabatan yang terjadi di satu blok rumah, drama tersebut sangat kuat dalam menceritakan bagaimana keluarga-keluarga tersebut sangat murah hati, berbagi satu sama lain. Hampir tidak ada batasan antara satu keluarga dengan keluarga yang lain. Mereka sangat peduli apabila ada salah satu orang dari tetangganya mengalami permasalah.

Tapi ada satu hal yang paling menarik di sini. Yakni kisah cinta Doek Sun. Begitu rumit, karena melibatkan banyak perasaan. Pertama, aku ikut merasakan setelah mengetahui Sun Wo mencintai kakak Doek Sun, alih-alih dirinya. Ternyata Doek Sun disukai oleh dua orang temannya, Choi Taek dan Juhnwan. Nah, untungnya dari awal aku sudah mendukung penuh Choi Taek, jadi sangat senang dengan cerita akhirnya. Eh tapi, banyak pendukung Juhnwan yang patah hati karena melihat mereka sangat cocok, tapi di drama cerita mereka tidak berakhir bersama.

Jika saja aku di pihak Juhnwan, aku juga akan merasakan hal yang sama. Pastinya, rasa sakit itu akan tetap singgah di hati Juhnwan. Dan akan sulit menerima hal seperti itu, dan pastinya akan menyalahkan dirinya jika saja dulu dia mengungkapkan perasaannya kepada Doek Sun. 'Bukan hanya soal waktu, tapi terlalu banyak keraguan' begitu kira-kira perasaan Juhnwan ketika dia terlambat untuk menemui Doek Sun di saat terpenting. Namun, dia akhirnya sadar bahwa selama ini dia memiliki banyak kesempatan, akan tetapi keraguan mengalahkan niatnya untuk segera mengungkapkan perasaannya pada Doek Sun. 

Sering dialami oleh kita, mungkin oleh aku juga. Terkadang sesuatu tidak untuk diungkapkan dengan langsung, secara terang-terangan. Hanya tindakan yang sering ditunjukkan, bahkan malah sering menimbulkan kebingunan. Tidak banyak yang memahami untuk merespon, sebagian mengetahui tapi tidak memiliki kesamaan rasa, yang lain benar-benar memilih diam, sedang yang lainnya enggan untuk menyerah, meskipun terlampau sakit. 

Berbicara mengenai hal tersebut, ternyata banyak yang mengalaminya. Namun, aku selalu saja berpikir bahwa seandainya tidak ada di Indonesia, pasti tidak perlu ada gengsi yang tinggi. Sering menemukan di drama jika mereka bisa dengan baik untuk memulai, tapi tidak ada lagi hal yang selanjutnya terlalu mereka pikirkan, entah itu gengsi atau malu karena dibuli. 

Reading Time:

Selasa, Mei 19, 2020

Pandemi Berakhir, Siapkah Kembali Koas?
Mei 19, 20200 Comments
Pertanyaan ini akan aku bahas dan sebetulnya sebagai motivasi buat diriku agar nanti siap menghadapi segala kondisi haha..

Sepertinya sudah lebih dari dua bulan, terhitung setelah hari pertama ditetapkannya seluruh mahasiswa dipulangkan ke rumah masing-masing. Ceritanya waktu itu aku dan seorang temanku sudah berada di lokasi magang ekstramural, karena tempat magang mengharuskan kita datang lebih awal dua hari. Selanjutnya, terdapat pemberitauan dari kampus bahwa seluruh mahasiswa diharuskan belajar dari rumah. Awalnya ga terlalu peduli sama imbauan tersebut, karena bagaimanapun kami sudah berada di lokasi magang. Bahkan ada teman kami yang sedang dalam perjalanan ke Garut menggunakan bus juga dalam keadaan bimbang harus bagaimana. 

Akhirnya, diputuskan bahwa pemberitauan tersebut resmi, bahwa kami semua dipulangkan.

Dan, setelah mendapatkan izin dari dosen dan pembimbing magang, akhirnya kami pulang ke kampus. Tanpa berpikir panjang, kami meninggalkan beberapa benda penting di mes. Haduh, ternyata pembatasan sosial berjalan lebih lama. wkwk. Mungkin debu yang menempel di barang yang kami tinggalkan sudah lebih dari 10 cm T_T

Kegiatan yang dilakukan tentunya lebih longgar, jika semuanya dilakukan di dalam rumah, mengingat masa koas adalah masa penuh waspada bagi mahasiswa kedokteran hewan. Terkadang penuh ketegangan, terkadang pula penuh kegembiraan, bahkan penuh haru. Pokoknya rasanya akan capek dan tidak akan terus pulas.

Lantas, jika nanti ada pengumuman untuk harus kembali ke kampus dan mengikuti kegiatan seperti biasa, apakah sudah siap? Yap, sebenarnya ada banyak pikiran yang berkecamuk. Siapkahh untuk berkegiatan seperti normal? Menghadapi banyak orang dan juga banyak hewan? Bertemu dosen? Masyarakat?

Tentunya fen, akan ada banyak hal yang baru setiap harinya. Setiap detik yang kita lalui berarti. Tidak ada yang tahu apa yang terjadi ke depannya. Sesungguhnya semua itu adalah rahasia sebelum kita benar-benar melaluinya. Jadi, khawatir berlebihan tidaklah baik. Jalani saja dan sesuaikan diri, dengan bersikap adaptif. 

 
Reading Time:

Minggu, Mei 17, 2020

Is this right? Not right, but it's alright
Mei 17, 20200 Comments
Spending time thinking about someone who doesn't know that we're thinking about them is sometime wasted. 

Your're not a blame. It's only me who loves to watch your eyes. I feel those eyes energize me. Makes me flutter. Since I spoke, I just don't need your argument but those eyes, already tell more. 

I spoke to me after that, beginning to transform the meaning of those eyes. 

Truthfully, it's hurt when you don't feel the same. 
I just can't help to think about it. In the same time, I doubt it. I never expect that you will feel the same. 
It is me and me. And you with you. Not us. 

It's hard to believe that something is already different between us. I used to not care almost about everything. And it's just okay. Everything is beautiful, or just okay. 
But when I realize I have feelings for you, I just more prone to be hurt. Even you know nothing.

The message that I used to type, not thinking that much, now I think about it. Does it really good? Or will you reply it soon? Will you make it last longer? Or will you ended up soon? 

I used to not asking much attention. But now, I'm afraid if you're not asking anything to me. I scared if you left me, or never remind me about something important. Or just never replying my message. 

Is it right?

I'm happy if you asking about something and I master on it. I like it when you can solve my problem, or just giving me clue what should I do.

Sorry, I make a mistake again. 


We're nothing but friend. Yeah. 

And can I hope for more?


No, it's alright. I just don't want you getting far, further from now. I just have to do nothing, and let everything just like this. 


Reading Time:
Lepas dari medsos?
Mei 17, 20200 Comments
Selama ini, aku terlalu banyak menerka berbagai tanggapan dari orang. 
Terlalu banyak kegiatan yang menyuruhku untuk melihat berbagai macam kegiatan orang. 
Sempat berpikir untuk tidak boleh melewatkannya saja barang sebentar. 
Sempat pula berpikir, bahwa kegiatan yang sedang aku lakukan, akan menarik dan patut untuk selalu disebar ke media sosial. 

Kegiatan yang tanpa ujung tersebut mencapai titik jenuh dan akhirnya membuatku bosan. Aku tidak lagi memiliki gairah untuk melihat story ig, timeline twitter, vlog atau semacamnya. Hanya sedikit saja keinginanku untuk menyebarkan apapun itu. Selebihnya aku hanya sekedar membagikannya, tanpa berharap akan mendapat tanggapan dari banyak orang. 

Itulah, kata kuncinya.
" Di dunia ini seakan memperlihatkan bahwa media sosial dan segala rupanya mencoba membangun harapan baru bagi sebagian orang"
Tentu hal tersebut tidak lah buruk. Malah dapat menciptakan peluang bisnis yang baik. 

Seperti ungkapan yang populer, 'sesuatu yang berlebihan itu tidak baik.' Aku pun demikian, tengah merasakan ketidakbaikan dari menggunakan media sosial secara berlebihan. Perasaan gelisah kadang menghampiri jika tidak banyak yang reply tweetanku, jika tidak ada nama gebetan sebagai daftar viewersku, atau sekedar haha dan wkwk terhadap celotehan yang yang sedang kubuat. 

Hanya saja, semua orang juga seperti kita, manusia. Tidak semua hal yang mereka lihat menarik baginya. Tidak semua hal perlu untuk direply. Tidak semua hal perlu untuk dilihat. 

Harapan yang palsu tersebut tidak selayaknya dipupuk. Lebih baik harapan tersebut beralih ke sesuatu yang lebih bermakna dan berguna. 

Kini, kumencoba tidak lagi berlandaskan harapan yang semu. Harapan yang sejati menurutku adalah menjadi lebih tenang dan lebih terhibur terhadap segala hal yang aku buat. Karena bagiku hanya duduk diam melihat segala hal tanpa mengekspresikan sesuatu seperti membelenggu tubuhku dengan jerat tali, tidak bebas. Aku berhak untuk menunjukkan segala hal yang menurutku dapat dilihat orang. Aku pun berhak memberikan sejumlah kata-kata yang menurutku dapat juga dijadikan inspirasi bagi orang-orang. Bahkan aku juga berhak membalas kegiatan orang dengan tanggapan-tanggapan yang masih pantas. 

Boleh jadi aku lebih semangat membuat berbagi tulisan setelah aku menyebarkannya, kemudian lebih terpacu ketika seseorang memberikan tanggapan positif. Namun, pantaskah aku memiliki rasa sedih ketika ada banyak tanggapan negatif menghampiri? Boleh, karena itu hal yang wajar. Tidak semua hal akan memberikan satu tanggapan, tapi yang tidak wajar adalah menanggapinya secara berlebihan.

Terus berkarya, walau itu hanya sebuah kalimat. 








Reading Time:
Wakul Plastik (Bakul Plastik)
Mei 17, 20200 Comments
Waktu itu di rumah sedang ramai karena ada acara 'mendak' atau istilahnya tahlilan memperingati kematian seseorang tiap taunnya. Saat seperti itu aku sebagai anak kecil memiliki peran yang sangat penting. Peran tersebut tidak lain dan tidak bukan adalah menjadi seorang kurir, jadi saat disuruh untuk mengambil atau membeli sesuatu aku harus selalu siap. 
Suatu ketika ada yg memintaku seperti ini,
X : "Jupukno wakul plastik kae ng duwur rak!" (Ambilkan bakul plastik yg ada di atas rak) 

Aku bergegas mengambil apa yang disuruh. 

F: "Niki, onone plastike. Aku rak gaduk wakule." (Ini, adanya plastik, bakulnya ga sampai)
X: "La nopo jupuk plastik barang?" (La kenapa ngambil plastik segala)
F: "La bukane wakul lan plastik to? Iyo iki plastike sek. Wakule rak iso" (Lha bukannya bakul dan plastik? Ini plastiknya dulu, bakulnya aku gabisa)
X: "Astaghfirullah, piye to nduk nduk. Maksudku iku wakul plastik, wakul sing digawe seko plastik iki lho." (Astaghfirullah bagaimana sih nak. Maksudku itu bakul plastik, bakul yang dibuat dari plastik, seperti ini lho)
F: "Oalah gitu to, ngomong dong! Wkwkwk



Reading Time:

@way2themes